Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kematian Pengidap HIV/AIDS di Kota Depok Bukan Karena HIV atau AIDS

26 Oktober 2014   00:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:44 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14142347171738630456

"Sebanyak 19 orang warga Kota Depok, Jawa Barat meninggal dunia akibat menderita penyakit HIV/AIDS. Pasalnya, karena rendahnya tingkat kesadaran mereka untuk meminum obat anti retroviral virus (ARV).” Ini lead pada berita “19 Orang di Depok tewas karena HIV/AIDS” (merdeka.com, 25/10-2014).

Pernyataan pada lead dan judul berita tsb. menyesatkan karena:

(1) Kematian pada pengidap HIV/AIDS, disebut juga Odha yaitu Orang dengan HIV/AIDS, bukan karena (virus) HIV atau (kondisi) AIDS, tapi karena penyakit-penyakit yang muncul pada masa AIDS (secara statistik masa AIDS antara 5-15 tahun setelah tertular HIV) yang disebut infeksi oportunistik, seperti diare, TBC, dll.

(2) Sampai sekarang belum ada laporan kematian Odha karena HIV atau AIDS.

(3)  Tidak semua orang yang tertular HIV/AIDS mengetahui bahwa dirinya sudah mengidap HIV/AIDS karena tidak ada gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik mereka dan tidak ada pula keluhan kesehatan yang khas AIDS. Akibatnya, ketika mereka masuk masa AIDS mudah sakit dan ada yang harus dirawat di rumah sakit. Tapi, karena kondisi sudah parah sering tidak tertolong sehingga menemui ajal.

ARV adalah singkatan dari antiretroviral yaitu obat yang bisa menghambat perkembangbiakan HIV di dalam darah. Obat ini diberikan kepada Odha jika CD4 (hasil pemeriksaan laboratorium) sudah 350. Maka, tidak semua orang yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS otomatis meminum obat ARV.

Disebutkan oleh Pendiri Kuldesak, Samsu Budiman: "Tingkat kesadaran para ODHA (orang dengan HIV/AIDS, red) belum tinggi. Dari 387 ODHA, hanya 35 orang atau kurang dari 10 persen saja yang rutin mengonsumsi obat anti ARV."

Pertanyaan untuk Samsu: Apakah semua Odha itu, 387, sudah menjalani tes CD4?

Kalau jawabannya YA, maka berapa CD4 mereka? Apakah 387 Odha itu CD4-nya di bawah 350?

Kalau CD4 di atas 350 tidak dianjurkan minum obat ARV. Maka, patut dipertanyakan apakah yang tidak mau minum obat ARV itu CD4-nya di bawah 350?

Persoalan yang dihadapi Odha di Kota Depok adalah mereka tidak akan menerima santunan kematian karena peraturan daerah (Perda) Kota Depok membuat pengecualian terhadap kematian penduduk karena terkait AIDS (Santunan Kematian yang Diskriminatif di Kota Depok, Jawa Barat).

Masalah lain adalah Pemkot Depok tidak mempunyai program penanggulangan HIV/AIDS yang konkret, terutama pada laki-laki dewasa yang melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan pekerja seks komersial (PSK).

Bisa juga Pemkot Depok menganggap di Kota Depok tidak ada pelacuran karena tidak ada lokalisasi pelacuran yang diregulasi. Tapi, biar pun tidak ada lokasi pelacuran praktek pelacuran yang melibatkan PSK tetap ada di Kota Depok.

Selama Pemkot Depok tidak melokalisir pelacuran, maka selama itu pula insiden infeksi HIV baru terus terjadi melalui kegiatan pelacuran yang pada gilirannya bermuara pada “ledakan AIDS”. *** [Syaiful W. Harahap - AIDS Watch Indonesia] ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun