Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kampanye AIDS yang Mengukuhkan Mitos

19 Desember 2010   21:41 Diperbarui: 23 Maret 2023   10:14 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: badalo.co)

Catatan: Biar pun waktu sudah berjalan sepuluh tahun, tapi slogan-slogan seputar kampanye penanggulangan HIV/AIDS tetap saja tidak berubah. Informasi dibalut dengan mitos (anggapan yang salah). Kampanye AIDS yang disiarkan di GlobalTV, misalnya, menyebutkan: "..... kuatkan iman, hindari seks bebas, setia dengan satu pasangan".

Ini semua mitos. Laporan terakhir UNAIDS menunjukkan setiap menit 11 penduduk dunia terinfeksi HIV. Ini menunjukkan epidemi HIV sudah merupakan ancaman utama terhadap keselamatan umat manusia.

Jadi, karena vaksin untuk melumpuhkan HIV belum ditemukan maka upaya yang paling efektif untuk menghindarkan diri dari infeksi HIV adalah dengan cara melindungi diri sendiri secara aktif.

Hal ini dapat dilakukan setiap orang, khususnya mencegah infeksi melalui faktor risiko hubungan seks yang tidak aman. Melindungi diri pada faktor risiko infeksi melalui hubungan seks yang tidak aman kian penting artinya karena faktor risiko inilah yang merupakan jalur utama penyebaran HIV.

Walaupun probabilitas infeksi per kontak melalui hubungan seks hanya berkisar antara 0,03% sampai 5,6% per kontak, tetapi pola penyebaran HIV melalui hubungan seks justru berkisar antara 22-96%. Hal ini terjadi karena setiap orang melakukan hubungan seks yang berulangkali sehingga probabilitas infeksi yang rendah itu menjadi tinggi.

Faktor risiko penyebaran HIV sangat bervariasi antara satu negara dengan negara lain. Di RRC, misalnya, faktor risiko utama justru melalui jarum suntik pada penggunaan narkoba (injecting drug use--IDU).

Di negara lain melalui homoseksual dan lain-lain. Sedangkan di Indonesia jalur utama penyebaran HIV melalui faktor risiko heteroseksual, dan belakangan ini dipicu pula melalui jalur IDU. Maka, amatlah beralasan kalau upaya pencegahan dititikberatkan pada faktor risiko hubungan seks.

Soalnya, penyebaran HIV melalui transfusi darah tergantung kepada operator yang menyediakan darah sehingga seorang penerima transfusi hanya bisa pasif. Di samping itu pencegahan melalui pemakaian jarum suntik bersama, khususnya di kalangan pengguna narkoba suntikan juga dapat dilakukan secara aktif karena seseorang dapat menolak memakai jarum yang sudah dipakai temannya atau orang lain.

Dalam konteks IDU ini di banyak negara sudah diperkenalkan program pertukaran jarum suntik (needle-exchange program) yang bertolak dari filsafat harm reduction (pengurangan kerugian), seperti memakai helm jika naik motor atau memakai sabuk pengaman di mobil.

Artinya, seseorang yang tidak bisa meninggalkan kebiasaan memakai narkoba melalui suntikan dianjurkan selalu memakai jarum suntik baru agar tidak terinfeksi atau menularkan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui darah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun