Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

AIDS di Aceh Utara ‘Dibawa’ Penduduk dari Luar Aceh

21 Mei 2011   13:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:23 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada penduduk lokal, terutama laki-laki, di daerah yang secara de jure tidak ada lokalisasi pelacuran, menunjukkan biar pun tidak ada lokalisasi pelacuran tapi ada penduduk yang tertular HIV. Seperti yang terjadi di Prov Aceh. Dikabarkan, penduduk lokal yang terdeteksi HIV/AIDS tertular di luar Aceh (Pengidap HIV/AIDS di Aceh Utara Meningkat, aceh.tribunnews.com, 10/5-2011).

Tahun 2010 kasus HIV/AIDS di Aceh Utara tercatat sembilan. Sekarang sudah bertambah menjadi 12, tiga di antaranya telah meninggal dunia. Kasus HIV/AIDS di Aceh Utara sendiri sudah lama terdeteksi (Lihat: http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/15/aids-di-aceh-penyangkalan-terhadap-perilaku-penduduk/).

Selama ini ada anggapan yang salah di Aceh yaitu disebutkan HIV/AIDS menyebar setelah tsunami (Lihat: http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/16/menyesatkan-informasi-tentang-insiden-hivaids-di-aceh-terjadi-pasca-tsunami/).

Angka kematian yang berjumlah tiga itu seakan-akan tidak ada kaitannya dengan penyebaran HIV. Padahal, kematian seorang Odha (Orang dengan HIV/AIDS) berdampak pada penyebaran HIV secara horizontal di masyarakat.

Seorang Odha yang meninggal berarti dia sudah masuk masa AIDS yaitu sudah tertular HIV antara 5 dan 15 tahun sebelumnya. Nah, pada rentang waktu itulah tanpa mereka sadari mereka sudah menularkan HIV kepada orang lain, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Jika tiga Odha yang meninggal itu mempunyai istri, maka sudah ada tiga perempuan yang berisiko tertular HIV. Angka ini akan bertambah kalau mereka juga mempunyai pasangan seks lain.

Untuk menangani penduduk yang terdeteksi HIV/AIDS, menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kab Aceh Utara, dr Machrozal, pihaknya akan merujuk mereka ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh. Biaya pengobatan ditanggung oleh Komisi Penanggulangan AIDS Aceh.

Dikabarkan, KPA setempat akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang virus HIV itu. Sehingga, masyarakat bisa memahami tentang penyebaran virus ini dan dapat menghindarinya. Persoalannya adalah: Apakah materi yang disampaikan akurat?

Soalnya, di bagian lain disebutkan: “Ia juga mengimbau agar masyarakat tidak melakukan seks bebas dan tidak mengkonsumsi narkoba, sehingga bisa terhindar dari penyakit itu.” Anjuran ini tidak akurat karena penularan HIV melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam nikah dan di luar nikah (sifat hubungan seksual) kalau salah satu dari pasangan itu mengidap HIV dan laki-laki tidak memakai kondom (kondisi hubungan seksual).

Sedangkan risiko penularan melalui narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya) bisa terjadi kalau cara penyalahgunaan narkoba dengan disuntikkan dengan memakai jarum yang dipakai bersama-sama dengan bergiliran.

Selama sosialisasi HIV/AIDS dilakukan dengan cara membalut informasi HIV dengan moral dan agama, maka selama itu pula masyarakat tidak akan pernah mengetahui cara-cara penularan dan pencegahan yang konkre

Maka, tinggal menunggu ‘ledakan AIDS’ karena kasus-kasus yang ada di masyarakat akan menjadi ‘bom waktu’ ledakan AIDS. ***

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun