Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menggenjot Kunjungan Wisatawan ke Indonesia dengan “Gerakan Budaya Bersih dan Senyum”

9 Oktober 2016   16:07 Diperbarui: 9 Oktober 2016   16:41 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: banjarmasin.tribunnews.com)

“GBBS” dijalankan seirama dengan ‘revolusi mental’ yang dicanangkan pemerintah. Gerakan ini akan mendorong sikap mental masyarakat Indonesia sebingga menyadari betapa pentingnya kebersihan, pelestarian lingkungan, sikap ramah dan murah senyum sebagai modal untuk melayani wisatawan agar tingkat kunjungan terus bertambah. Sebaliknya, terbangun pula sikap yang nyata untuk mencegah perilaku buruk, seperti merusak lingkungan dan membuang sampah sembarangan. Kondisi ini jadi kontribusi yang penting dalam menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi masyarakat sendiri dan wisatawan.

Hanya dengan kesadaran suasana kondusif tercipta agar citra Indonesia sebagai negara maritim terbesar di Dunia bersinar dengan indah sebagai modal untuk menarik wisatawan mancanegara. Soalnya laporan Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) pada tahun 2015 Indonesia tidak termasuk sebagai salah satu dari 10 negara yang menerima wisatawan terbanyak (dw.com,27/9-2016). Sepuluh negara itu adalah (dimulain peringkat pertama dan jumlah wisatawan dalam juta orang): Perancis (84,5), Amerika Serikat (77,5), Spanyol (68,2), Cina (56,9), Italia (50,7), Turki (39,5), Jerman (35), Inggris (34,4), Meksiko (32,1), dan Rusia (3,13).

Asia Landscape

Apa yang jadi daya tarik negara-negara itu bisa jadi inspirasi bagi Indonesia dalam mengembangkan pariwisata. Misalnya, diversifikasi DTW. Ini sedang digalakka pemerintah melalui pengembangan 10 DTW baru yaitu: Danau Toba (Sumut), Tanjung Kelayang (Babel), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Tanjung Lesung (Banten), Borobudur (Jateng), Bromo, Tengger, Semeru (Jatim), Mandalika (NTB), Wakatobi (Sultra), Pulau Morotai (Malut), dan Labuan Bajo (NTB).

Jika badan otorita yang dibentuk pemerintah untuk mengembangkan 10 DTW baru itu tidak bergerak cepat, maka negara-negara yang juga mempunyai potensi wisata akan merebut wisatawan agar berkunjung ke negaranya. Ini akan jadi kenyataan karena warga negara kita, bahkan dari DTW tsb., yang justru jadi  out bond (keluar) dalam berwisata. Selain negara banyak pula wisatawan yang mengunjungi suatu negara karena daya tarik salah satu kota di negara tsb.

Survey sebuah lembaga riset di Inggris, Euromonitor International, melaporkan ada 10 kota di dunia yang palig banyak dikunjungi wisatawan tahun 2015 (dw.com, 1/02-2016). Tapi, adakah kota di Indonesia masuk dalam daftar tsb.? Lihat Tabel II.

tabel-2-57fa084fae9273da38cceef5.jpg
tabel-2-57fa084fae9273da38cceef5.jpg
Dengan Malaysia saja kita kalah dalam jumlah kunjungan wisatawan. Padahal, semua yang ada di Malaysia ada di Indonesia, sebaliknya tidak semua (objek wisata) yang ada di Indonesia ada di Malaysia. Dengan semboyan “Truly Asia” Malaysia sebenarnya menebar kebohongan, maka perlu juga dipikirkan semboyan yang khas dan kuat bagi Indonesia, misalnya, dengan branding “Asia Landscape” (“Asia Landscape” Branding Pariwisata Indonesia).

Selama ini Indonesia mengibarkan semboyan “Wonderful Indonesia” sebagai ‘bendera’ pariwisata nasional. Tentu saja timbul pertanyaan: Apakah dengan sarana dan prasarana terkait pariwisata serta sikap masyarakata seperti sekarang ini bisa dikatakan ‘hebat’?

Tentu saja tidak. Maka, amatlah pas langkah Kemenko Maritim yang menggerakkan semua lapisan masyarakat untuk mendukung program “GBBS” sebagai modal utama menggenjot arus wisatawan ke Indonesia. ***

Twitter: @infokespro

Facebook

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun