Laki-laki yang tertular HIV dari PSK akan menjadi mata rantai penyebaran HIV antar penduduk. Misalnya, yang beristri akan menularkan HIV kepada istrinya atau kepada pasangan seks lainnya serta PSK lain (horizontal).
Kalau istrinya tertular, ada risiko penularan kepada bayi yang dikandungnya kelak (vertikal). Kasus HIV di kalangan PSK di Dolly itu membuat aparat bak kebakaran jenggot. Ada aparat muspika setempat yang menyamar di malam hari mencari PSK yang terdeteksi HIV positif.
Untuk apa mereka mencari-cari PSK tersebut dengan menyamar? Ya, bisa jadi mereka ingin memastikan siapa PSK yang terdeteksi HIV positif itu.
Karena HIV baru bisa terdeteksi setelah tiga bulan terjadi penularan, sebelum PSK itu terdeteksi, sudah banyak laki-laki yang tertular HIV. Itulah yang sering tidak disadari orang-orang.
 Selama ini ada kesan bahwa seorang PSK yang terdeteksi HIV positif diamankan atau dipulangkan ke daerah asalnya, persoalan pun selesai. Itu naif karena sebelum diamankan, dia sudah berhubungan seks dengan banyak laki-laki.
Jadi, seandainya setiap bulan PSK itu bekerja 20 hari, setiap malam meladeni tiga laki-laki hidung belang, selama tiga bulan sudah ada 180 (20x3x3) laki-laki yang berisiko tertular HIV.
Laki-laki itulah yang menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat. Itu terjadi kalau di Dolly hanya satu PSK yang HIV positif.
Jika yang HIV positif lebih dari satu, jumlah laki-laki yang berisiko tertular HIV pun makin banyak.
Wajib Kondom
Penularan HIV terjadi tanpa disadari karena banyak orang tidak menyadari dirinya sudah tertular HIV. Kapan sih seseorang berisiko tinggi tertular HIV? Setiap orang -laki-laki dan perempuan- yang pernah atau sering berhubungan seks tanpa kondom di dalam atau di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan seperti PSK adalah orang yang berisiko tinggi tertular HIV.
Jika sebuah perda diharapkan bisa mengatasi penyebaran HIV, yang perlu diperhatikan adalah perilaku berisiko.