Mohon tunggu...
Salman
Salman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Negara Indonesia yang baik hati

Presiden Golput Indonesia, pendudukan Indonesia yang terus menjaga kewarasan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Minat Baca Masyarakat Indonesia Ketiga dari Bawah

19 Februari 2015   14:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:54 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 2012 sebuah lembaga nirlaba yang bergerak dibidang pendidikan, PISA, merilis hasil survey mutu pendidikan 65 negara dan Indonesia sebagai negara yang tersurvey menempati urutan 64, itu artinya Indonesia menempati urutan dua dari bawah. Ada tiga hal yang diukur oleh PISA, yaitu kemampuan matematika, sains dan minat baca.

Lebih dari itu, UNDP dalam penilitian lebih mengagetkan lagi dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang mempunyai minat baca. Di sindonews lebih menghenyakkan lagi bahwa indeks baca nasional kita ketiga dari bawah di seluruh dunia. Dijelaskan bahwa secara nasional Indeks membaca Indonesia berada di 0,01 sedangkan indeks membaca negara maju berkisar antara 0,45 hingga 0,62.

Pentingnya membaca buku tidak perlu dibahas dan diperdebatkan lagi, tapi masalah rendahnya minat baca di negara kita tidak bisa didiamkan begitu saja. Kampanye menggalakan minat baca buku bukan hal yang baru lagi namun perkembangannya belum menggembirakan. Tantangan semakin besar di era tekhnologi sekarang, di mana hampir tiap individu memiliki gadget seperti HP, laptop, tablet dan sebagainya. Yang mengkhawatirkan adalah bagaimana cara mereka menggunakannya, sebagian besar gadget digunakan sebagai media hiburan setelah fungsi komunikasi. Hal ini bisa dilihat di setiap mobile phone siswa pasti terinstal berbagi games namun mereka minim sekali menginstal aplikasi yang menunjang pendidikan.

Dengan perkembangan mobile phone dan sosial media sebenarnya membuat aktivitas membaca cukup meningkat tapi masalahnya mutu kualitas bacaan yang bersifat setengah-setengah atau parsial yang di baca melalui media tadi tidak memberikan pengetahuan yang komprehensif. Terlebih lagi semakin banjirnya informasi melalui internet membuat orang tidak bisa memilih prioritas bacaan, akhirnya ia membaca informasi yang ia tidak butuhkan. Bacaan pun menjadi kurang berguna.

Perkembangan mesin pencari ‘google’ juga ikut andil menyebabkan orang-orang merasa tidak perlu membaca banyak buku, sehingga berkembang anekdot di masyarakat ‘tanya aja sama om google’ ketika ingin mencari suatu informasi. Dan mereka pun mendapatkan solusinya. Terus siapa yang salah jika mereka merasa tidak perlu membaca banyak buku pun bisa menjawab hal yang tidak diketahui?

Mengenai mesin pencari google ini harus diberi pengertian bahwa ia hanya sebagi solusi jangka pendek, tidak semua bisa dijawab oleh google. Lebih jauh lagi dalam sebuah penilitian yang pernah saya baca bahwa google menyebabkan orang menjadi lebih bodoh. Menurunnya daya kritis dan analisa karena mengambil informasi begitu saja dari google.

Ide Buku-suara

Kampanye konvensional untuk menggalakan minat membaca sepertinya sudah tidak bisa menjawab permasalahan rendahnya minat baca buku saat ini. Perlu cara yang lebih kreatif dan inovatif. Idenya sederhana jika mereka tidak mau baca buku ya kita bacakan saja bukunya, mereka hanya mendengarkan. Inilah awal ide buku-suara itu. Jika buku layak dibaca maka jika ada yang membacakannya maka layak didengarkan.

Di Indonesia buku-suara atau audio-book ini masih merupakan hal yang asing, tapi di luar negeri yang lebih dikenal audio-book hal ini telah diproduksi, secara umum formatnya mp3 yang bisa diputar melalui perangkat mobile. Berikut saya berikan satu sampel Audio-book dari buku ” The Return of Sherlock Holmes”, audio-booknya bisa di download di sini atau jika Anda ingin membaca e-booknya bisa di downloaddi sini.

Di sisi lain kehadiran e-book beberapa tahun ini tidaklah membuat angka minat baca meningkat, jadi yang bermasalah sebenarnya adalah minat bacanya. Buku-suara atau audio-book menjadi solusi terbaik untuk itu dan juga sebagai model buku masa depan yang perlu dikembangkan. Namun tingkat animo masyarakat untuk penerimaan buku-suara ini masih belum didapatkan datanya baik itu di luar negeri apalagi di dalam negeri. Maka untuk itu, sebelum benar-benar diproduksi buku-suara atau audi-book ini perlu dilakukan survey pendahuluan. Oleh karena itu saya mengharapkan partisipasi dan saran anda dalam survey ini. Setelah Anda mengisi formsurvey ini saya akan berikan Anda link download audio-book yang lebih banyak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun