Mohon tunggu...
Ineke Novianty Sinaga
Ineke Novianty Sinaga Mohon Tunggu... Freelancer - Public Relation

I am very passionate about writing! Melihat,membaca, menilai, menganalisa,menyindir, mentertawakan, menyukai, mengagumi, memperbaiki, mendukung.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pelajaran Hidup dari si Semut

23 Januari 2022   17:54 Diperbarui: 23 Januari 2022   18:03 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Egor Kamelev from Pexels 

Orang bijak bersedia belajar dari siapa saja dan kapan pun demi menjadi pribadi yang lebih baik . Termasuk juga belajar dari semut, serangga kecil yang sering dijadikan simbol kerajinan, produktivitas, dan pantang menyerah. 

Pelajaran hidup apa yang bisa kita dapat dari semut?

Pertama, saat melihat semut berjalan lalu terhalang sesuatu, ia tidak akan berbalik malahan mencari jalan ke kiri, kanan, atau berputar. Cara semut ini adalah inspirasi saat kita menghadapi tantangan. 

Jika ingin mencapai tujuan maka harus lebih kreatif mencari jalan keluar. Bagaimana jika gagal? Tentu segala sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik bisa saja gagal. Tetapi, mereka yang optimis dan tidak segan bangkit setelah gagal lebih berpotensi bisa mencapai tujuan.

Kedua, semut  sering terlihat membawa makanan sambil berbaris. Hal ini karena semut memiliki kebiasaan mengumpulkan makanan pada musim panas untuk bekal musim dingin. Pelajarannya adalah sukses butuh persiapan. 

Bagi Anda yang masih muda dan produktif sebaiknya  jangan menunda untuk mempersiapkan diri, maksimalkan kemampuan, dan lakukan dengan tekun. Salah satunya soal finansial, yaitu lakukan perencanaan keuangan dan kembangkan pundi-pundi. 

Seperti semut, kita  harus mengantisipasi risiko kerugian hilangnya aset keluarga dengan memiliki asuransi jiwa dan kesehatan.  Dengan memiliki asuransi jiwa dan kesehatan, peluang mencapai asa lebih besar dan saat pensiun masih dapat menikmati hidup. 

Ketiga, kawanan semut selalu berbaris dan tidak saling mendahului. Ini mengingatkan kita bahwa sebagai mahluk sosial kita jangan hanya memikirkan diri sendiri karena suatu saat kita butuh pertolongan orang lain. Untuk itu, jangan curang dan culas karena masa baik menurut ukuran kita tidak akan selamanya menjadi masa baik. Jika kita baik dan tulus maka saat masa sulit tiba, masih ada orang baik di sekitar kita.

Terakhir, jika ada gula biasanya ada semut karena semut menyukai gula dan tidak akan menyia-nyiakannya. Ini menggambarkan kesempatan yang harus kita manfaatkan dengan baik.

Saat kesempatan datang,  kita harus cepat menangkapnya karena belum tentu kesempatan datang lagi. Kalaupun kesempatan kedua masih ada, kita juga tidak tahu kapan saatnya tiba.  Kesempatan juga kadang datang setelah kesusahan. 

Sayangnya, kita cenderung tidak mampu bertahan dalam kesusahan, tidak sabar dalam penderitaan, dan tidak tekun dalam penharapan. Lalu, kesempata baik itu datang hanya untuk berlalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun