Mohon tunggu...
Indri yanti
Indri yanti Mohon Tunggu... Penulis - Indriyasenja

Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan tafsir IAIN Samarinda, Kalimantan Timur Jika ingin tahu, maka menbacalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebab Salah Jalan, Bisa Berarti Kematian

27 Maret 2020   06:33 Diperbarui: 27 Maret 2020   16:30 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia adalah negara kesatuan yang tentunya memiliki keberagaman suku, etnik, adat, agama, dan bahasa, dimana ada lebih dari 300 suku bangsa dan lebih dari 200 bahasa daerah. Agama di Indonesia  juga beragam, dimana agama Islam, Kristen, Katolik, Budha, dan Koghucu hidup bersama dalam satu Negara yang luas ini. Maka dari itu, Indonesia memiliki julukan Negara Pluralisme dengan berbagai budaya, agama, dan bahasa yang disatukan dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.

Ada sebuah Sejarah yang tidak mungkin bisa dilupakan, karena banyak menyebabkan trauma, prasangka, dan pembunuhan. Seperti hal nya yang terjadi di kota Ambon pada tahun 1999 konflik antar Agama. Kita tahu bahwa Kepulauan Maluku kini mencakup Provinsi Maluku dan Maluku Utara sejak abad pertengahan dikenal sebagai penghasil rempah. Rempahlah yang menjadi pemersatu antara Agama-agama baru dan Kolonialisme ke wilayah ini.

Para pedagang Arab, Eropa, dan China, ikut membentuk Maluku menjadi masyarakat yang Multikultur dan majemuk seperti  saat ini. Di Provinsi Maluku sendiri warga Islam dan Kristen hampir berimbang. Karena adanya Konflik di Ambon antar Agama menyebabkan warga Islam dan Kristen harus hidup terpisah. Keegoisan serta merta berperan penting dalam jiwa setiap manusia.

Yang pada saat itu tidak bisa berpikir secara rasional. Konflik di Ambon ini terjadi ketika berlangsungnya Perayaan hari raya Idhul Fitri oleh umat Islam. Pokok permasalahannya adalah cekcok soal uang pungutan antara pemuda dengan sopir angkutan. Yang menyangkut pautkan soal Agama ,saling serang dan bunuh membunuh tidak bisa lepas dari konflik tersebut.

Antara tahun 1999 hinggan 2002 jumlah korban terus mencapai 5.000 jiwa dan setengah juta lainnya mengungsi. Yang merasa minoritas, terpaksa angkat kaki dari kampung halaman masing-masing. Muslim meninggalkan tetangga mereka yang Kristen. Sebelum konflik, kampung batu merah dalam dihuni mayoritas muslim mereka hidup berdampingan dengan warga lain yang berbeda agama. Hubungan sehari-hari pun antara muslim dan Kristen sangat erat, makan dan minum saling memberi, dan juga tingkat kepercayaan warga muslim dengan warga Kristen sangat erat dalam urusan saling menjaga.

Kisah manis hidup bertetangga umat muslim dengan umat Kristen sontak tinggal kenangan yang dimana warga Kristen hidup di pengungsian tidak ada yang berani keluar dari pengungsian Sebab salah jalan, bisa berarti kematian. Adapun seorang warga Kristen mengungkapkan sebuah ide kepada beberapa perempuan di pengungsian, sebuah ide yang menakutkan bagi sebagian orang dengan modal keberanian sebagian warga kristen khususnya perempuan Ambon memberanikan diri untuk bersilaturrahmi ke tempat warga muslim. Rasa takut pasti ada tetapi dengan rasa percaya ketakutan itu harus dihilangkan sendiri bukan lewat orang lain dan disitulah mereka mencoba walaupun keadaan tegang mereka melepas rindu dengan sebuah pelukan dan tangisan.

Segregasi atau pemisahan kampung berbasis agama sebenarnya telah ada sejak era kolonial meski demikian sebelum konflik 1999 terjadi tidak ada satupun daerah yang eklusif dihuni oleh komunitas tertentu. Pemerintah menawarkan beberapa opsi bagi para pengungsi kembali ke tempat asal atau relokasi. Karena alasan keamanan para pengungsi cenderung memilih relokasi dalam perspektif pengungsi jaminan keamanan diperoleh dengan tinggal di daerah yang memiliki identitas komunal yang sama kensekuensinya, perpindahan warga ini memunculkan segregasi baru atau setidaknya mempertajam segregasi yang telah ada sebelumnya. Dan disinilah puncak kedamaian atau bagaimana harus bertoleransi berbagi dengan orang-orang yang berbeda dan bagaimana berdamai dengan alam dan sesama.

Dan disinilah kita, seluruh dunia, bumi, sedang dalam keadaan tegang. Konflik yang sangat rumit, yang bisa berujung kematian. Segala upaya sudah dilakukan semaksimal mungkin. Pada tahun ini 2020 seluruh dunia mengalami kecaman dengan munculnya sebuah wabah yang bernama virus Corona atau Covid-19. Yang membuat manusia resah, tidur tak nyenyak, dan trauma.

Virus corona tidak memandang bulu, agama , suku, budaya, dan Negara akan dia tempur, mungkin konflik di Ambon 1999 kalah dengan munculnya virus ini. Mengapa demikian?. Virus Corona sendiri tidak terlihat wujudnya, tetapi ia mampu memisahkan manusia satu dengan lainnya. Untuk beribadah pun umat Muslim, Kristen, Budha, Konghucu maupun agma lainnya harus sendiri-sendiri tidak bisa ke tempat mereka biasa beribadah sebagaimana mestinya. Lalu adakah hubungannya Virus corona dengan konflik Ambon tahun 1999?

Jika kalian bertanya kepada saya, maka saya menjawab dengan” iya” walaupun dalam perspektif permaslahannya tidak sama tetapi mereka ada hubungan. Dan jika kalian bertanya lagi, apakah penyelesaian konflik Ambon tahun 1999 dan Virus corona atau covid-19 sama? Bisa kalian lihat sendiri bahwa mereka sama-sama lahir ditahun dengan angka Sembilan, demikian itu juga bisa dikatakan Virus Corona atau Covid-19 penyelesaiannya hampir sama.

Kita sebagai manusia mungkin sangat takut dengan keadaan ini, keluar rumah, berjabat tangan, untuk bersosialisasi lainnya saja kita sangat takut. Adapun hal yang harus digaris bawahi Rasa takut pasti ada tetapi dengan rasa percaya ketakutan itu harus dihilangkan sendiri bukan lewat orang lain. Yakinlah bahwa Allah yang dipercaya oleh umat Muslim berfirman di dalam surah Al-Baqarah ayat 286 yang artinya, Allah tidak membebani seseorang diluar kemampuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun