Mohon tunggu...
indri susan febriyani
indri susan febriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru Bimbingan dan Konseling

salam kenal saya Indri Susan Febriyani, sering dipanggil Indri. Terimakasih.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Suka Duka Guru BK

9 Desember 2022   23:44 Diperbarui: 9 Desember 2022   23:57 1431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pngtree.com

Mungkin saat mendengar kata Guru Bimbingan Konseling atau yang sering disebut Guru BK agak sedikit menakutkan ya. Sama halnya yang saya rasakan pada semasa sekolah, masuk ke ruang BK agaknya seperti momok yang menakutkan. Padahal sebenarnya kami lulusan Pendidikan Bimbingan dan Konseling sudah ditanamkan agar ketika terjun didunia pendidikan sebisa mungkin menjadi sahabat siswa, sebisa mungkin menjadi wadah siswa untuk menyampaikan segala permasalahan yang dihadapinya. Nah, kali ini saya ingin sedikit berbagi perjalanan saya menjadi seorang Guru BK.  

Saya memilih Pendidikan Bimbingan dan Konseling awalnya terinspirasi dari diri saya yang sering menjadi wadah teman-teman dekat saya untuk curhat. Sampai akhirnya saya berpikir apakah memang saya memiliki bakat dalam hal tersebut. Akhirnya setelah lulus SMA saya tanpa berpikir panjang langsung memilih jurusan Pendidikan Bimbingan dan Konseling.

Singkat cerita setelah lulus Pendidikan S1 saya mendapatkan kesempatan untuk mengajar di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan swasta yang didominasi oleh siswa laki-laki. Disinilah awal mula profesi saya sebagai guru BK diuji. Saya pikir sebagai guru BK sesederhana seperti pada saat menjadi tempat curhat, ternyata jauh sekali. Saya pikir cukup dengan mendengarkan siswa bercerita, mencari solusi bersama, selesai. Harap maklum ya sebelumnya, karena ini pengalaman mengajar saya diawal jadi pemikiran saya masih sesederhana itu.

Namun, pada kenyataanya mengajar di sekolah yang dominan siswa laki-laki merupakan hal yang menguras kesabaran dan emosi. Ibarat kata tiada hari tanpa masalah. Kenapa saya berkata demikian? Karena kebetulan siswa saya disini spesial dan sangat membutuhkan kesabaran dalam menghadapinya. Tapi ternyata pengalaman tersebut justru membuat saya belajar. Setiap hari saya mencari cara bagaimana saya bisa mengambil hati siswa saya yang kebanyakan laki-laki tersebut agar mereka mau terbuka dalam berkonsultasi dan tidak takut untuk masuk ruang BK.

Dua bulan pertama adalah hal terberat bagi saya. Mulai dari tidak dianggap ada ketika masuk kelas, tidak mendapatkan respon baik ketika melaksanakan layanan-layanan BK, bahkan saya menawarkan diri agar mereka bisa dengan senang hati masuk ke ruang BK untuk sekedar bercerita masalah sehari-hari yang dihadapi namun sekali tidak ada yang datang. Jadi disana saya hanya menangani anak-anak yang bermasalah saja, seperti membolos, terlambat dan sebagainya. Disana saya mulai merasa kehilangan profesi saya sebagai guru BK yang seharusnya ada untuk semua siswa bukan hanya untuk siswa yang bermasalah saja.

Akhirnya saya mencoba trik untuk mendekatkan diri dengan mereka dengan berbagai cara diantarannya, selalu berkeliling setiap jam istirahat untuk sekedar menyapa anak-anak yang sedang beristirahat dan sesekali bersenda gurau untuk menjalin hubungan baik dengan mereka. Setiap pagi hari saya keliling dari kelas ke kelas untuk mengabsen dan memanggil nama mereka satu persatu sambil menanyakan kabar mereka. Bahkan sampai saya menyimpan nomor HP mereka dan menghubunginya ketika tidak masuk sekolah agar mereka merasa diperhatikan ketika tidak masuk tanpa keterangan. Perlahan-lahan ternyata usaha saya membuahkan hasil mereka mulai menyadari ternyata guru BK tidak selalu menakutkan seperti bayangan mereka. Singkat cerita, mereka mulai berinisiatif datang ke ruang BK tanpa dipanggil untuk menceritakan masalah yang sedang dihadapinya.

Tantagan sebagai guru BK ini tidak berhenti disini saja, pertengahan tahun 2022 saya dipindah tugaskan ke sekolah lain. Sekolah kali ini berbanding terbalik dari sekolah lama saya, dimana sekolah baru ini justru didominasi oleh siswa perempuan. Dalam bayangan saya, menghadapi siswa laki-laki saja saya mampu apalagi menghadapi siswa perempuan pasti akan lebih mudah. Namun pada kenyataannya bertolak belakang. Menghadapi siswa perempuan justru lebih rumit dari bayangan saya. Kenapa saya mengatakan demikian? Karena ternyata banyak permasalahan yang sebenarnya kecil namun karena yang menghadapi wanita yang mungkin lebih memiliki perasaan yang sensitif justru membuat masalah kecil tersebut berlarut-larut dan menjadi besar. Disilah tantangan baru saya, ternyata mempunyai siswa perempuan perlu kehati-hatian yang lebih lagi. Karena salah sedikit akan melukai hati mereka. Sehingga saya sebisa mungkin harus memposisikan diri sesuai karakter mereka masing-masing.

Namun dengan adanya berbagai kesulitan yang saya hadapi ternyata tanpa disadari justru membuat saya belajar bagaimana menjadi Guru BK semestinya. Tidak sesederhana pemikiran saya diawal menjadi guru BK yang hanya perlu mendengarkan curhatan saja. Tidak semudah itu ternyata. Nah, itu tadi perjalanan saya menjadi guru BK, mungkin sahabat kompasiana ada yang kebetulan juga guru BK dan pernah mengalami hal yang sama. Namun, jangan patah semangat tetaplah menjadi guru BK yang menjunjung tinggi pedoman kita bahwa guru BK merupakan sahabat siswa. Karena pada akhirnya mereka ketika lulus akan mengingat kita sebagai guru yang selalu peduli dan memberikan mereka nasehat yang bermanfaat bagi mereka dikehidupan mendatang. Akan ada saat mengharukan ketika mereka yang sudah lulus dan berbondong-bondong datang keruang BK untuk mengucapkan terimakasih dan mengucapkan kesan-kesan mereka tentang guru BK semasa mereka sekolah. Ternyata hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri melihat kita sebagai guru BK yang terkadang terkenal sebagai polisi sekolah ternyata pada kenyataannya mendapatkan tempat tersendiri dihati mereka.

Semangat terus untuk para guru dalam memajukan dunia pendidikan. Jangan pernah lelah, karena kita menjadi salah satu faktor keberhasilan anak dalam dunia pendidikan. Terimakasih banyak untuk sahabat kompasiana telah bersedia menyempatkan diri untuk membaca pengalaman saya, sampai jumpa di cerita-cerita saya selanjutnya ya...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun