Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menonton "Trinity: The Nekad Traveler", Puas Nggak Puas

17 Maret 2017   12:35 Diperbarui: 18 Maret 2017   00:53 2464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot youtube: Indria Salim

 

Baiklah, saya katakan lebih dulu kenapa saya nggak puas menonton “Trinity, the Nekad Traveler”. Nggak puas itu kalau hanya menonton sekali, karena saya ingin menikmatinya minimal sekali lagi! Simpel. 

Adegan yang mengambil lokasi di Lampung |Screenshot youtube: Indria Salim
Adegan yang mengambil lokasi di Lampung |Screenshot youtube: Indria Salim
Melalui tayangan di layar lebar, saya ingin bertualang dan mengalami kembali serunya berkeliling ke tempat wisata dan tempat-tempat menarik, indah, dan unik seperti yang ditampilkan di layar lebar dalam film itu. Menonton film ini menggugah saraf ketawa saya, yang juga menciptakan “virus cekikik dan cekakak” di ruang bioskop tempat saya menonton film Trinity yang “nekad” itu.

Keputusan saya menonton film “Trinity, the Nekad Traveler” terdorong oleh pertimbangan rasa penasaran terhadap novel aslinya yang berjudul “The Naked Traveler”, reputasi sutradaranya -- yaitu Rizal Mantovani yang menggarap film yang berdasarkan adaptasi novel pengarang sekaligus traveler inspiratif – Trinity. Saya mengikuti akun twitter Trinity (bloger traveler dan penulis aslinya) sejak tahun 2010. Waktu itu saya sangat awam tentang traveler a la Trinity, meskipun sampai kini saya belum sempat membaca ketigabelas buku-buku karyanya.

Billboard di bioskop | Foto: Indria Salim
Billboard di bioskop | Foto: Indria Salim
Hari Kamis, 16 Maret tanpa direncanakan sebelumnya, saya menonton rilis perdana film drama (berbumbu komedi) yang diproduksi oleh rumah produksi Tujuh Bintang Sinema, dengan Produser Ronny Irawan dan Agung Saputra dari rumah produksi Tujuh Bintang Sinema, Produser Eksekutif Lela Tresna dan Iwan S. Djasmoro.

Nonton tanpa rencana, ternyata rilis perdana |Foto: Indria Salim
Nonton tanpa rencana, ternyata rilis perdana |Foto: Indria Salim
 

Bucket List, wajib ditunaikan |Screenshot youtube: Indria Salim
Bucket List, wajib ditunaikan |Screenshot youtube: Indria Salim
Cerita dibuka dengan adegan Trinity (Maudy Ayunda) sedang bermonolog tentang beberapa catatan terkait travelling. Di awal, pemirsa disuguhi kutipan menarik versi terjemahan yang diambil dari kutipan Mark Twain, “20 tahun dari sekarang, kau akan lebih banyak kecewa akan hal – hal yang pernah tak kau lakukan.” – Kutipan Mark Twain, “Twenty years from now you will be more disappointed by the things that you didn't do than by the ones you did do. So, throw off the bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade winds in your sails. Explore. Dream. Discover.

Trinity (Maudy Ayunda) punya hobi traveling sejak kecil. Namun sebagai seorang karyawan, hobi yang kemudian menjadi kebutuhannya ini sering terbentur dengan aturan cuti kantor, selain juga soal dana yang pas-pasan. Trinity pun mengalami dilema antara fokus pada pekerjaan atau menekuni hobi traveling. Beruntung dia punya dua sahabat dan satu sepupu bernama Ezra (Babe Cabita) yang mendukung dan memahaminya. Trinity dalam kisah petualangannya juga “kesandung cinta” dengan Paul (Hamish Daud), traveler ganteng yang suka fotografi dan membuat video perjalanan. Ah, ada juga Mr. X yang pemurah dan tulus, sampai kisah ini berakhir tetap dibiarkan berperan misterius.

Trinity selalu menuliskan pengalaman jalan-jalannya dalam sebuah blog bernama naked-traveler.com. Dalam hal ini, catatan menariknya adalah bahwa Trinity suka traveling, dan untuk itu dia perlu uang, Yang terjadi adalah, dia butuh uang, maka dia melakukan traveling untuk bisa menuliskan pengalamannya, dan dengan itu dia mendapatkan penghasilan cukup buat melakukan perjalanan demi perjalanan selanjutnya. Awalnya adalah hobi, lalu berubah menjadi kegiatan yang bisa diandalkan sebagai sumber penghidupan.

Gagasan utama dalam film drama ini adalah mengangkat kegigihan Trinity dalam upayanya mewujudkan impian-impian yang dituangkan dalam Bucket List – mencari terobosan, mengoptimalkan dana, bernegosiasi dengan bosnya yang “pelit dan bergaya ratu drama”, dan menikmati hobinya dalam bertualang sendiri, dan sesekali bersama-sama dengan para sahabatnya – Yasmin (Rachel Amanda) dan Nina (Anggika Bolsterli).

Para pemain beraksi wajar, proporsional, tata rias juga sesuai tema, dan dihadirkan sempurna dalam peran masing-masing. Ini termasuk adegan yang minimalis namun tidak kalah peran pentingnya menyempurnakan kekerenan film ini – yaitu adegan dialog orang tua Maudy (Cut Mini dan Farhan), yang menginginkan Trinity juga memikirkan soal jodoh. Ayu Dewi sebagai sang bos dan Mala Barbie – si karyawan carmuk berakting dan mendapat bagian peran yang sangat pas! Juga penyanyi dan komposer musik Tompi, dan pemeran mantan pacar Trinity (Charles, yang tampil sekelebat), yang mewarnai cerita dan meninggalkan kesan tersendiri di hati pemirsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun