Mohon tunggu...
Indra Agung Putrantoro
Indra Agung Putrantoro Mohon Tunggu... Musisi - Musician | Diploma in Optometry | Undergraduate Student in History Education

Seorang penikmat musik dan sejarah yang santuy, no offense dan jangan terlalu serius dengan tulisan-tulisan dari saya.. Surel : indra.putrantoro@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sekilas Sejarah Berdirinya Kerajaan Galuh

15 Februari 2020   19:15 Diperbarui: 15 Februari 2020   19:22 1603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://histori.id/kerajaan-sunda-galuh/

Awal mula mengapa saya menulis tulisan ini adalah karena sedikit terpicu ketika membaca sebuah berita viral dimana masyarakat Ciamis mengamuk dikarenakan yang katanya merupakan seorang budayawan (sebutlah dia oknum) mengeluarkan statement bahwa Kerajaan Galuh itu fiktif dan dalam bahasa Armenia Galuh artinya brutal.

Dari sini saja sudah terdapat logical fallacy dimana bangsa Armenia di Eropa beliau cocoklogikan dengan orang dan bahasa Sunda di Jawa Barat. Jauh kamana-mana atuh. Tapi ya sudahlah udah ga aneh kalo beliau yang ngomong, toh sebelumnya beliau juga pernah bilang Kerajaan Sriwijaya fiktif kan sebelum akhirnya pernyataanya dibantah oleh Sultan Badaruddin III di Palembang. Namun kala itu orang Palembang walaupun sempat emosi tidak sereaktif orang Sunda saat ini. Skip, saya malas bahas beliau. Yuk kita OTW kan saja membahas sedikit tentang Kerajaan Galuh yang pernah berdiri pada abad ke 7 -- 15 masehi di pulau Jawa.

Merupakan Kelanjutan dari Kerajaan Kendan

Kerajaan Kendan merupakan sebuah kerajaan bawahan dari Kerajaan Tarumanegara yang pusat pemerintahannya berada di sekitar Nagreg, Kab. Bandung saat ini. Raja pertamanya adalah Sang Manikmaya yaitu seorang Resi, rahib, atau Guruloka yang berasal dari Calankayana di India Selatan. Sebelumnya dia telah mengembara ke berbagai negara, diantaranya : Gaudi (Bangladesh), Mahasin (Singapura), Sumatera, Nusa Api (Ghohnusa) atau Bali, Syangka (India), Yawana (koloni Yunani di India Barat), Tiongkok dan lain-lain sampai akhirnya ke pulau Jawa.

Kemudian Resiguru Manikmaya menikah dengan Tirtakancana, seorang putri dari Maharaja Suryawarman yang merupakan Raja Kerajaan Tarumanegara ke tujuh. Setelah menikah Manikmaya dihadiahi wilayah Kendan oleh Suryawarman lengkap beserta rakyat dan tentaranya. Para Raja-raja dari Kerajaan-kerajaan bawahan dari Kerajaan Tarumanegara pun disurati oleh Maharaja Suryawarman yang berisi keberadaan Rajaresi Manikmaya di Kendan harus diterima dengan baik, sebab dia adalah menantu dari Sang Maharaja dan harus dijadikan sahabat. Terlebih Sang Resiguru Kendan itu merupakan seorang Brahmana yang telah banyak berjasa terhadap agama. Siapa pun yang berani menolak Rajaresi Kendan maka akan dijatuhi hukuman mati dan kerajaannya akan dihapuskan.

Singkat cerita setelah memimpin selama 32 tahun Sang Resiguru Manikmaya pun wafat. Sang Baladika (Panglima Tentara) Suraliman pun menjadi Raja menggantikan ayahnya di Kendan. Sebelum menjadi Raja, Sang Suraliman dulunya pada saat berusia 20 tahun terkenal tampan dan sangat mahir dalam ilmu perang sehingga dia diangkat sebagai Senapati Kendan dan kemudian promosi menjadi Baladika di Kerajaan Tarumanegara. Setelah menjadi raja pun Sang Suraliman terkenal selalu unggul dalam peperangan. Dari perkawinannya dengan seorang putri Kerajaan Bakulapura (Kalimantan Barat) keturunan dari Kudungga (Kutai Martadipura) yang bernama Dewi Mutyasari, Sang Suraliman memiliki seorang putra dan seorang putri. Putranya diberi nama Kandiawan dan putrinya diberi nama Kandiawati.

Setelah dewasa Kandiwan pun diangkat menjadi raja di kerajaan Medang Jati (Sumedang) yang masih merupakan kerajaan bawahan dari Kerajaan Tarumanegara. Kandiawan merupakan raja pertama dan terakhir kerajaan Medang Jati, dikarenakan harus menggantikan posisi ayahnya Sang Suraliman menjadi raja di Kerajaan Kendan. Sang Suraliman sendiri telah memimpin Kerajaan Kendan selama 29 tahun. Setelah Sang Kandiawan menggantikan ayahnya menjadi raja di kerajaan Kendan dia memindahkan pusat pemerintahan dari Kendan ke wilayah Medang Jati. Penyebabnya karena Sang Kandiawan adalah seorang Hindu Wisnu, sedangkan di wilayah Kendan mayoritas pemeluk Hindu Siwa. Hal ini bisa dihubungkan dengan temuan situs Candi Bojongmenje di Rancaekek (Kab. Bandung).

Sebagai Raja Kendan ke tiga, Sang Kandiawan yang bergelar Rajaresi Dewaraja memiliki lima orang anak yang menjadi raja di kerajaan-kerajaan kecil bawahan Kerajaan Kendan yang otomatis merupakan bawahan dari Kerajaan Tarumanegara. Anak pertama bernama Mangukuhan, menjadi raja di Kulikuli. Anak kedua bernama Karungkalah, menjadi raja di Surawulan. Anak ketiga bernama Katungmaralah, menjadi raja di Peles Awi. Anak keempat bernama Sandanggreba, menjadi raja di Rawung Langit. Dan si bungsu anak kelima yang bernama Wretikandayun, menjadi raja di Menir. Kemungkinan lokasi kerajaan-kerajaan kecil tersebut berada di sekitar Kab. Bandung dan Kab. Garut.

Sang Kandiawan menjadi Raja Kendan hanya 15 tahun, dia memutuskan untuk mundur dari tahta dan menjadi pertapa di Layuwatang (Kuningan -- Jawa Barat). Sebagai penggantinya Sang Kandiawan menunjuk putra bungsunya Wretikandayun yang saat itu sedang menjabat sebagai rajaresi di Menir, hal ini sempat menjadi perdebatan karena dianggap janggal dimana biasanya yang dipilih menggantikan raja adalah putra sulung raja bukan putra bungsu. Sang Kandiawan mengatakan kenapa dia lebih memilih Wretikandayun dibandingkan kakak-kakaknya karena Sang Kandiawan melihat Wretikandayun memiliki sikap lebih baik dari kakak-kakaknya. Terlihat oleh Sang Kandiawan, Wretikandayun orang yang tidak terlalu mementingkan urusan duniawi.

Berdirinya Kerajaan Galuh

Dalam usia 21 tahun Wretikandayun pun dinobatkan sebagai Raja dari Kerajaan Kendan pada malam bulan purnama. Esok harinya tepat ketika matahari terbit di ufuk timur Wretikandayun resmi mendirikan pusat pemerintahan baru bukan lagi di Kendan bukan di Medang Jati bukan pula di Menir, melainkan di sebuah lokasi baru yang diapit oleh dua buah sungai yaitu sungai Citanduy dan sungai Cimuntur yang dia beri nama Galuh yang bermakna permata. Lokasi Galuh saat ini berada di Desa Karang Kamulyan, Cijeungjing Kab. Ciamis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun