Mohon tunggu...
Indrayuki Tasyanthai
Indrayuki Tasyanthai Mohon Tunggu... -

Tukang desain dan motret. Senang bergiat bidang kemanusiaan. Tulisan saya di Kompasiana ini adalah opini pribadi, tidak mempresentasikan tempat dimana saya bekerja. Salam kemanusiaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gugurnya Adisujipto Saat Membawa Bantuan Palang Merah

2 Februari 2016   00:29 Diperbarui: 2 Februari 2016   19:39 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dakota VT-CLA bantuan PMI jatuh di desa Ngoto, Bantul (Foto: Benteng Vredenberg)"][/caption]

Jika Anda menuju kota Jogyakarta menggunakan transportasi udara, maka Anda akan mendarat di bandar udara (bandara) Adisutjopto. Bandara yang sebenarnya terletak di wilayah Kabupaten Sleman.  Adisutjipto adalah seorang komodor penerbang dari Angkatan Udara Republik Indonesia yang dianggap sebagai bapak penerbangan Indonesia. Ada peristiwa bersejarah yang berhubungan dengan perjuangan Palang Merah Indonesia (PMI) dalam bidang kemanusiaan bersama komodor penerbang Adisutjipto.

Pada 1947, Adisutjipto ditugaskan untuk membawa obat-obatan dari Singapura dari penduduk Indonesia yang tinggal di Singapura dan dari Palang Merah Malaya. Bantuan tersebut adalah atas usaha Madame MacDonald untuk digunakan oleh PMI dalam tugas memberikan bantuan rakyat Indonesia yang menderita akibat perang di Jogyakarta. Rencananya pesawat Dakota dengan kode VT-CLA ini akan mendarat di lapangan udara Maguwo, Jogyakarta. Namun pada 29 Juli 1947, sore hari, memasuki kota Jogya, pesawat tersebut ditembak oleh dua pesawat tempur pemburu Angkatan Udara Belanda “Kitty Hawk”. Pesawat pembawa bantuan tersebut jatuh di Desa Ngoto, Bantul. Peristiwa ini mendapat protes dari pemerintah Indonesia dan dunia Internasional. Pesawat Dakota VT-CLA ini sebenarnya telah mengantongi ijin terbang, bahkan sebelumya, rencana misi kemanusiaan ini telah diliput oleh surat kabar dan media lainnya.

Gugur dalam peristiwa ini adalah komodor Adisutjipto dan adiknya operator radio Adisumarmo Wirjokusumo, pilot berkebangsaan Australia mantan perwira RAAF (Angkatan Udara Australia) Noel Constantine, Kopilot berkebangsaan Inggris mantan perwira RAF (Angkatan Udara Inggris) Roy Huzelhurst, Komodor Udara Abdurachman Saleh, serta seorang teknisi asal India, Bidha Ram.

Di lokasi jatuhnya pesawat pesawat Dakota VT-CLA didirikan monumen berupa replika patahan pesawat dengan ukuran sebenarnya dan museum kecil lengkap dengan dioramanya.

Perlu diketahui, pada saat itu PMI bermarkas besar di kota Jogyakarta sedang berusaha mengumpulkan bantuan dari sesama Perhimpunan Nasional Palang Merah dan internasional dalam upaya memberikan bantuan kepada para korban perang.  Masyarakat internasional berupaya untuk membantu rakyat Indonesia sedang menderita.  Akhirnya, pada 26 Agustus 1947, sebuah misi bantuan dari luar negeri berhasil mendarat di Jogyakarta, yaitu utusan tiga orang tabib utusan Palang Merah India yaitu dr. Nirula, dr. Roy dan dr. Sen, dengan membawa obat-obatan sebanyak 7000 lbs. Ikut serta dalam rombongan wakil-wakil dari ICRC, yaitu Acschlimann, Von Esch dan Wetsel untuk menyaksikan bantuan dari India serta dari negara lain. Setelah itu makin banyak bantuan datang dari masyarakat internasional melalui Palang Merah Indonesia. 

 

(Indra Yogasara, Sedjarah Palang Merah Indonesia, Markas Besar, 1953, dari berbagai sumber)

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun