Mohon tunggu...
Indrato Sumantoro
Indrato Sumantoro Mohon Tunggu... Insinyur - Pengamat Aspal Buton

Lulusan Teknik Kimia ITB tahun 1976 Pensiunan PT Chevron Pacific Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

Pertamina Mengelola Aspal Buton? Mengapa Tidak?

1 Desember 2019   06:25 Diperbarui: 2 Desember 2019   09:17 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pertamina adalah perusahaan energi nasional yang sahamnya 100% dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku pemegang saham. Selain bergerak di bidang energi, Pertamina juga bergerak di bidang petrokimia.

Mengutip berita dari Ipotnews tanggal 4 November 2019, PT Pertamina (Persero) akan menggeser strategi bisnis hilir dari bisnis bahan bakar minyak ke petrokimia. Bisnis petrokimia ini diyakini akan menjadi bisnis utama sebagai turunan dari industri migas. Bisnis petrokimia ini diharapkan akan sangat menguntungkan di masa mendatang. Saat ini kemampuan Pertamina untuk mensuplai kebutuhan petrokimia dalam negeri terbilang masih sangat sedikit, diantaranya polimer 1%, olefin 20%, aromatik 21%, "special petrochemical" 56%, dan aspal/bitumen 51%.

Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa pada saat ini defisit anggaran belanja negara sangat besar. Oleh karena itu Pertamina sebagai perusahaan BUMN terbesar di Indonesia dituntut untuk mengurangi produk-produk impor. Dan harus mencari penggantinya dengan produk-produk lokal. Alternatif apa yang dapat ditawarkan kepada Pertamina untuk dapat menggantikan produk-produk impor dengan produk-produk lokal ?

Selama ini kita terlalu menganggap remeh terhadap potensi aspal Buton. Aspal Buton dianggap seolah-olah hanya dapat dimanfaatkan untuk keperluan pelapis jalan saja. Hanya untuk itu saja, dan tidak ada yang lain. Ternyata dugaan kita itu meleset jauh, dan salah besar. Aspal Buton adalah aspal alam, yang berasal dari minyak bumi juga. Jadi masih mengandung unsur-unsur hidrokarbon yang memiliki rantai panjang hingga rantai pendek. Dari batuan aspal Buton yang sudah diproses secara ekstraksi menjadi aspal Buton "full" ekstraksi ini dapat dipisahkan atau dimurnikan menjadi berbagai macam komponen produk-produk petrokimia, mulai dari hidrokarbon fase berat hingga hidrokarbon fase ringan. Keadaan ini bergantung dari jenis sumber bahan bakunya. Bahan baku aspal Buton yang berasal dari daerah Kabungka memiliki sifat aspal keras, dimana banyak mengandung hidrokarbon fase berat. Sedangkan bahan baku aspal Buton yang berasal dari daerah Lawele, selain mengandung hidrokarbon fase berat, juga mengandung hidrokarbon fase ringan. Dan sebagian dari hidrokarbon fase ringan ini dapat juga dijadikan bahan bakar atau energi.

Selama ini Pertamina hanya ingin berfokus kepada bisnis intinya saja; yaitu minyak & gas bumi. Namun dengan berkembangnya teknologi-teknologi energi baru terbarukan, dan geothermal, maka bahan bakar fosil lama kelamaan akan ditinggalkan orang, karena dianggap sudah tidak ramah lingkungan lagi. Kemudian secara bertahap pemerintah juga akan meningkatkan persentase Biodiesel dari B30 hingga B100. Oleh karena itu rencana Pertamina untuk menggeser strategi bisnis hilirnya dari bisnis bahan bakar minyak ke petrokimia merupakan terobosan jenius yang perlu mendapat appresiasi, karena ini merupakan keputusan yang bijak dan tepat waktu.

Selama ini Pertamina mempunyai visi sebagai "Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia". Tetapi dengan adanya rencana pergeseran strategi bisnis hilir dari bisnis bahan bakar minyak ke petrokimia, maka Pertamina harus meninjau ulang visinya. Dan mungkin saja visi Pertamina yang baru ini akan menjadi "Perusahaan Energi dan Petrokimia Nasional Kelas Dunia". Dengan demikian Pertamina harus mencari inovasi dan terobosan-terobosan baru untuk mendapatkan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industri petrokimianya. Alternatif terbaik yang bisa ditawarkan adalah selain dari minyak bumi, dapat juga diperoleh dari aspal Buton. Sehingga dengan demikian, maka kebutuhan aspal nasional nantinya akan dapat dipenuhi 100% oleh Pertamina. Dan dari berbagai komponen hidrokarbon fase berat dan fase ringan aspal Buton "full" ekstraksi masih dapat diolah dan dibuat berbagai macam kemungkinan dan variasi komponen produk-produk petrokimia untuk memenuhi permintaan kebutuhan pasar. Dengan demikian produk-produk impor petrokimia sudah dapat digantikan sebagian atau seluruhnya dengan produk-produk lokal.

Pertamina adalah satu-satunya produsen aspal minyak di Indonesia. Kapasitas kilangnya di Cilacap sebesar 600.000 MT/Tahun. Tetapi dengan adanya kemajuan teknologi pengilangan, maka sebagian besar minyak bumi dapat diolah menjadi bahan bakar. Dan sisanya yang tinggal sedikit diolah menjadi aspal minyak. Dengan demikian produksi aspal minyak Pertamina sekarang diperkirakan hanya sekitar 300.000 - 400.000 MT/Tahun saja. Padahal kebutuhan aspal nasional diperkirakan sebesar 1,5 - 2 juta ton per tahun. Akibatnya pemerintah masih harus terpaksa mengimpor  lebih dari 1 juta ton per tahun aspal minyak. Oleh karena itu alternatif terobosan Pertamina untuk mengolah aspal Buton, merupakan masukan yang perlu dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh. Deposit aspal Buton yang sangat besar ini merupakan justifikasi bisnis masa depan yang sangat kuat bagi Pertamina untuk meningkatkan kandungan lokal produk-produk petrokimianya.

Sebenarnya aspal Buton bukan merupakan sesuatu hal yang baru bagi Pertamina. Pada tahun 2015, Pertamina sudah menandatangani "Memorandum of Understanding" dengan PT Wijaya Karya Bitumen untuk memproduksi "Aspal Hibrida". Aspal Hibrida adalah campuran antara aspal Buton "full" ekstraksi dari Wika Bitumen dengan "Decant Oil" dari Pertamina. Tetapi sampai sekarang masih belum terdengar lagi ada tindak lanjutnya. Jadi, apabila Pertamina ingin serius maju terus dengan rencana memproduksi "Aspal Hibrida", maka Pertamina harus mampu mengolahnya sendiri.

Dengan adanya pergantian Komisaris Utama Pertamina yang baru, yaitu Bapak Basuki Tjahaya Purnama, diharapkan Pertamina akan bertambah maju, berkembang, dan berani membuat terobosan-terobosan kreatif untuk meningkatkan kinerja Pertamina untuk menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Dengan adanya rencana menggeser strategi bisnis hilir dari bisnis bahan bakar minyak ke petrokimia perlu ditindaklanjuti secara nasionalis dan profesional. Aspal Buton sebenarnya berasal dari minyak bumi juga. Oleh karena itu tidak ada salahnya, kalau sekarang Pertamina harus melirik kepada potensi aspal Buton yang sangat besar ini. Aspal Buton sudah hampir 1 abad lamanya diabaikan. Mengapa Pertamina yang merupakan Perusahaan BUMN terbesar di Indonesia dan sudah beroperasi selama 62 tahun lalai untuk menangkap  peluang dari potensi aspal Buton yang sangat besar ini ? 

Kalau selama ini kita masih merasa berada dalam "comfort zone" dengan produk-produk impor, bagaimana kalau sekarang kita harus berani menentang arus dengan menggantikan produk-produk impor dengan produk-produk lokal ? Sebenarnya banyak sekali produk-produk impor yang dapat digantikan oleh produk-produk lokal. Tetapi rakyat Indonesia menuntut Pertamina sebagai satu-satunya produsen aspal minyak di Indonesia untuk harus mau bertanggung jawab memenuhi kebutuhan aspal nasional dengan mengolah aspal Buton. Alasan apa pun untuk mengimpor aspal minyak sekarang sudah tidak dapat diterima lagi, karena Pertamina dalam visinya sudah menyatakan dengan jelas dan tegas bahwa Pertamina adalah "Perusahaan Nasional Kelas Dunia". Kalau Pertamina saja tidak mampu mengelola aspal Buton, apa kata dunia ?

Pepatah mengatakan "Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak". Ini adalah untuk mengkiaskan bahwa potensi aspal Buton yang  sangat besar, yang berada di negeri sendiri,  tidak tampak oleh Pertamina yang katanya bercita-cita ingin menjadi "Perusahaan Nasional Kelas Dunia". Sedangkan aspal minyak impor yang berasal dari negara lain, yang berada nun jauh di seberang lautan tampak. Mungkin sekarang sudah tiba saatnya bagi Pak "Ahok" untuk datang mengunjungi bumi Buton, dan dengan gagah menancapkan bendera Pertamina di sana sebagai dukungan terhadap pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Aspal Buton yang sekarang sedang diperjuangkan oleh pemerintah daerah Sulawesi Tenggara. Pertamina mengelola aspal Buton ? Mengapa tidak ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun