Mohon tunggu...
Indra Setyowati
Indra Setyowati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Malang

#ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Penggerak, Senjata Ampuh Sukseskan Kurikulum Merdeka Belajar?

11 Desember 2022   02:47 Diperbarui: 11 Desember 2022   06:15 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Istilah merdeka belajar sudah mulai tak asing lagi didengar. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 7 Tahun 2022 mengenai standart pendidikan mulai jenjang PAUD, SD, SMP, hingga SMA, wajib terapkan Kurikulum Merdeka Belajar. 

Kurikulum Merdeka Belajar ini merupakan wajah baru dari kurikulum prototipe yang sekarang diluncurkan secara resmi oleh Nadiem Anwar Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek). Kurikulum ini ibarat langkah awal dalam transformasi pendidik guna wujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dengan background Pelajar Pancasila. Lantas, benarkah guru penggerak menjadi senjata untuk menyukseskan Kurikulum Merdeka Belajar?

Kurikulum Merdeka Belajar tentunya berbeda dengan Kurikulum 2013. Dimana Kurikulum Merdeka Belajar ini merujuk pada pembelajaran intrakurikuler yang lebih beragam dengan konten yang optimal guna mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. "Dilihat dari penamaannya, merdeka belajar berarti bebas. 

Dimana tiap unit pendidikan baik itu siswa maupun guru diberikan hak untuk belajar mandiri, inovatif dan kreatif", tutur Nadiem Makarim pada Zoom dan YouTube Channel Kemendikbud RI, Jumat (3/7/2020). Jika diamati lebih dalam, konsep merdeka belajar sebenarnya bentuk kemandirian siswa dalam melakukan pembelajaran, dan kemerdekaan pihak sekolah dalam menentukan proses pembelajaran. Dengan kata lain, merdeka belajar berarti pemberian kebebasan untuk satuan pendidikan, para guru dan juga siswa untuk mengekplorasi pembelajaran.

Keluhan demi keluhan terhadap kurikulum merdeka  belajar mulai bermunculan. Tak hanya teknologi yang dirasa kurang familiar, tapi jaringan internet di beberapa daerah terpencil juga menjadi hambatan. Tak hanya itu, mendorong kreativitas siswa juga menjadi  tantangan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. 

Guru dituntut untuk berpikir kreatif dan mampu memanfaatkan fasilitas yang terbatas. Sebenarnya hal ini juga membawa pengaruh positif bagi guru dalam kemampuannya untuk ciptakan metode belajar yang efektif dan mendesain pembelajaran sesuai kompetensi. Mengingat survei kemampuan pelajar oleh Programme for International Student Assessment (PISA), pada Selasa (3/12) di Paris, yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-72 dari 77 negara, diharapkan kurikulum merdeka belajar mampu memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.

 "Saya sadar bahwa pemerintah tak bisa hanya meminta atau mengajak guru untuk aktif menyukseskan Kurikulum Merdeka Belajar ini, perlu penyediaan ruang berinovasi", tutur Nadiem Anwar Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), dalam pidatonya di Plaza Insan Berprestasi, Kemendikbud, Jakarta, Senin (25/11/2019). Oleh karena itu, dalam hal ini perlu adanya gerakan di masing-masing sekolah untuk terus melakukan inovasi. Bahkan, lebih lanjut Nadiem Makarim juga meluncurkan upaya pergerakan di masing-masing sekolah yang lebih dikenal sebagai guru penggerak. "Guru penggerak tak harus sukses berinovasi, tapi setidaknya dia mampu mencoba untuk mencari apa yang sesuai dengan kondisi sekolah mereka", tambah Nadiem Makarim. Tentunya, guru penggerak punya peran penting dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar.

Tak hanya penting, guru penggerak lebih dari senjata pamungkas guna keberlanjutan Kurikulum Merdeka Belajar. Kok bisa? Karena mau sebaik apapun teknologi, infrastruktur dan kurikulum yang dirancang, tak akan bisa menggeser peran guru penggerak dalam melakukan transformasi budaya dan background pelajar pancasila dalam pembelajaran. Hal ini serupa dengan pendapat Nadiem Makarin dalam pidatonya di Zoom dan YouTube Channel Kemendikbud RI, Jumat (3/7/2020), bahwa guru penggerak merupakan ujung tombak dari perubahan secara riil untuk pendidikan di Indonesia. Ujung dari perubahan atau reformasi dunia pendidikan di Indonesia berawal dari guru dan berakhir juga kepada guru.

Pelatihan intensif menjadi bekal bagi guru penggerak dalam membidik talenta siswa, mendorong kualitas dan perkembangan siswa. Untuk dapat menjalankan amanah tersebut guru penggerak diwajibkan untuk paham berbagai kompetensi utama dari guru penggerak berupa melakukan pengembangan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, mampu memimpin perkembangan dan manajemen sekolah. Lebih lanjut, "Guru penggerak akan merdeka atau bebas tanpa tekanan dalam pengelolaan pembelajaran dan manajemen sekolahan", tutur Nadiem Makarim.

Dengan demikian, guru penggerak mampu menjadi senjata utama dalam menyukseskan Kurikulum Merdeka Belajar. Ambil contoh, apabila guru sebagai pendidik justru bersikap pasif dalam pembelajaran, bagaimana bisa konsep dasar dari kurikulum merdeka belajar yang mendorong inovasi, kreatifitas dan profil pelajar pancasila dapat terwujud? Guru penggerak menjadi tauladan utama bagi siswa, apabila guru aktif untuk berinovasi sesuai kondisi yang dibutuhkan siswa, tentunya siswa akan semakin berkembang dan menghasilkan output yang berkualitas pula.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun