Bagi siswa SMK atau mahasiswa tentu familiar dengan kegiatan magang atau Praktek Kerja Nyata (PKN).Â
Magang sendiri dianggap sebagai penerapan aplikatif terhadap keilmuan atau keterampilan dalam dunia kerja. Umumnya kegiatan magang dilakukan dalam rentang 1-3 bulan.Â
Adakalanya sekolah atau kampus melakukan kerjasama dengan instansi terkait untuk menyerap peserta didik yang membutuhkan pengalaman kerja melalui magang.Â
Contoh siswa SMK otomotif bekerja sama dengan bengkel atau perusahaan otomotif. SMK farmasi bekerja sama dengan rumah sakit, klinik ataupun apotik.Â
Tidak jarang ada juga peserta didik yang dibebaskan memilih lokasi magang sesuai keinginan dengan tetap mempertimbangkan keilmuan dan ranah kerja di instansi terkait. Ini seperti yang saya alami ketika mengambil magang saat kuliah di suatu LSM lingkungan di Surabaya.Â
Alasan saya memilih magang di instansi tersebut karena LSM tersebut memang membutuhkan relawan, sejalan dengan salah satu mata kuliah saya di kampus serta di situs instansi terlihat banyak kegiatan yang dilakukan oleh LSM tersebut.
Saya pun merasa tepat memilih tempat magang karena saya banyak dilibatkan dalam proyek lingkungan. Bahkan saya menikmati setiap kegiatan yang dibuat oleh tempat magang saya.Â
Ironisnya ada kisah dari senior dan teman saya yang bernasib kurang beruntung. Mereka berkeluh kesah dengan merasa salah memilih tempat magang.Â
Wisnu, seorang senior saya di kampus. Dirinya memilih magang di suatu instansi pemerintahan. Hal kurang menyenangkan karena dirinya hanya diberi tugas untuk memilah surat, memfotocopy berkas hingga menerima telepon dari pihak eksternal.
Keluh kesahnya karena sebagai mahasiswa yang dikenal cerdas di kampus. Senior saya ini merasa keilmuannya seakan kurang teraplikasi selama magang. Padahal harapannya bisa dilibatkan dalam beberapa proyek ternyata harus berpuas diri mengurusi hal administasi kantor.Â