Jiwa saya sepertinya lebih menyukai sebagai sales dan marketing. Bertemu orang baru, bercengkerama dan menujukan skill persuasif kepada calon konsumen.Â
Ada kepuasan tersendiri ketika kita berhasil membujuk calon konsumen untuk memakai produk atau jasa yang kita tawarkan. Rasanya rasa lelah menawarkan terbayarkan dengan closingan.Â
Banyak kisah di mana sales seakan menemukan teman baru, keluarga baru ataupun jaringan baru karena pekerjaannya sebagai sales. Jangan kaget jika seringkali terbangun kedekatan personal dan psikologis antara sales dan konsumen.Â
Contoh sederhana di kantor saya. Ada Sales Taking Order (TO) yang rutin mengunjungi retail untuk memantau produk dan sekadar silahturahmi. Bahkan sales saya cerita jika pemilik retail layaknya keluarga sendiri. Tidak segan si pemilik retail mengajaknya makan di rumah dan saling cerita tentang rutinitas dan kisah pengalaman antara sales dan pemilik retail.Â
Bahkan pernah suatu hari sales saya tidak bisa melakukan kunjungan. Si pemilik retail menghubungi saya memastikan bahwa tidak terjadi sesuatu pada sales saya.Â
Kondisi ini tercipta karena telah terbangun chemistry dikedua pihak. Bahkan tidak jarang konsumen menolak jika dilayani oleh orang lain karena sudah nyaman dengan sales sebelumnya.Â
3. Sales itu Tidak Berkembang
Percaya atau tidak justru saya menilai sales adalah divisi yang paling bisa berkembang dari sisi kemampuan diri (skill) serta karier.
Dari sisi skill, mungkin awalnya sales harus paham terhadap product knowledge dan company profile. Setelah itu akan ditingkatkan dengan kemampuan komunikasi dan presentasi kemudian ditambah dengan kemampuan negosiasi dan persuasi.
Akhirnya jika sudah closing, sales pasti akan mengembangkan diri dengan skill pengembangan interpersonal agar konsumen tetap loyal, nyaman, dan tidak berpindah ke produk lain.Â
Dari sisi karier, peluang peningkatan karier saatlah besar. Sales yang sudah mahir dan menunjukkan performa yang membanggakan bisa naik sebagai supervisor atau bahkan branch manager atau sales manager.Â