Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak TK dan PAUD Sekolah, Orang Tua Perlu Ekstra Khawatir

15 Juli 2020   14:36 Diperbarui: 15 Juli 2020   14:39 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Anak TK Pakai Face Shield. Sumber Suara.com

Kita tahu bahwa virus mudah menempel dan hidup di benda maka kekhawatiran muncul ketika mereka bermain dan menyentuh benda yang terindikasi terdapat virus penyakit kemudian setelah itu mereka menyentuh mata, hidung atau mulut. Resiko terkena virus menjadi besar.

Meskipun anak sudah diberikan face shield, jarak duduk dengan teman tidak berdekatan, hingga fasilitas cuci tangan pun sudah tersedia. Anak kecil tetaplah anak kecil, mereka akan bertindak sesuai dengan yang dia suka dan menjauhi apa yang tidak dia suka. Ketika mereka selesai bermain dan guru memintanya mencuci tangan, bisa saja mereka menolak dan berlarian kesana-kesini untuk menghindari mencuci tangan.

Saya berkaca pada pengalaman masa lalu. Saya masih ingat ketika TK dulu, saya termasuk anak yang aktif senang lari kesana-kemari. Bahkan ketika disuruh berdoa untuk makan saja, doa belum selesai tapi saya sudah makan duluan. Sikap seperti ini umumnya ada di setiap anak kecil karena karakternya adalah melakukan segala sesuatu yang menurutnya menyenangkan.

Kedua, Tim Pengajar Terbatas

Kita harus sadar bahwa tim pengajar di lembaga pendidikan Indonesia masih terbatas. Jangan pernah membayangkan seperti negara yang maju seperti Finlandia dimana 1 guru TK hanya untuk 10-15 siswa. Di Indonesia 1 guru TK bisa untuk mengajar 20-30 siswa dalam 1 kelas. Sudah pasti akan ada momen dimana guru TK merasa kewalahan mengawasi siswanya yang jumlahnya cukup banyak. Otomatis akan ada siswa yang luput dari pengawasan misalkan memegang benda asing, memegang anggota tubuh yang rawan penularan virus, membuka face shield dan sebagainya.

Menjaga anak kecil itu susah-susah gampang. Gampang jika anaknya penurut sehingga dipancing dengan permainan atau nyanyian maka anak kecil langsung menurut namun juga susah bagi anak yang hiperaktif dan susah untuk diberi nasehat. Bisa saja ada salah seorang siswa tiba-tiba sakit perut dan butuh ke toilet. Guru tersebut akhirnya mengantarkan siswa TK tersebut ke toilet karena anak kecil biasanya tidak bisa cebok atau nanti main akhir saat di kamar mandi. 

Keterbatasan guru otomatis jika dalam kondisi ini, kelas akan dibiarkan kosong dengan anak bebas melakukan aktivitas. Alhasil siswa menjadi ganduh dan sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Kondisi tanpa pengawasan ini yang perlu menjadi perhatian serius.

Ketiga, PAUD atau TK dapat menjadi Cluster Baru Covid19

Bukan untuk menakuti tapi ini dapat menjadi sebuah antisipasi. Saat ini penderita Covid19 dapat menunjukan reaksi OTG (Orang Tanpa Gejala). Bisa saja salah satu anak yang reaktif Covid19 namun tidak menunjukkan gelaja. Ketika di kelas siswa tersebut aktif berinteraksi dengan teman-teman dan gurunya. Alhasil 1 kelas menunjukan gejala Covid19. Ini dapat berakibat fatal karena telah memunculkan cluster baru penularan.

Anak kecil tidak akan paham gejala orang sakit yang perlu dihindari seperti apa. Bagi mereka, teman adalah sosok yang menyenangkan di kelas. Mereka akan berinteraksi dan bermain dengan teman sekelas tanpa memikirkan seperti apa gejala orang yang terkena Covid19. Daya pikir mereka tidak akan menangkap sejauh itu.

Ibarat pepatah karena nila setitik rusak susu sebelanga maka kondisi ini karena 1 siswa OTG maka 1 kelas terjangkit Covid19.

Kita ambil kemungkinan buruk terjadi secara otomatis kegiatan belajar-mengajar akan terhenti sementara dan beralih kepada kelas belajar online. Bisa dibayangkan masalah baru akan muncul. Orang tua sudah mengeluarkan jumlah uang yang besar untuk mendaftarkan anak ke PAUD atau TK serta kebutuhan sekolah juga besar namun berakhir pada kelas belajar online. Kita pasti tidak menginginkan hal ini terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun