Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Zona Bebas Covid-19, Mulailah dari Desa!

1 April 2020   07:29 Diperbarui: 2 April 2020   02:49 3575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto aerial perempatan Alun-alun yang lengang pascakebijakan

Komunikasi itu mirip jampi-jampi. Semakin sering dikatakan, kian tertanam sebagai kebenaran. Kebohongan yang terus-menerus dibicarakan adalah kebenaran. 

Jika perubahan metode ini terjadi, maka jabatan yang pertama kali wajib dihapus adalah Juru Bicara Corona. Kini, Juru Bicara Corona itu muncul dimana-mana. 

Bukan saja di pusat, tapi di daerah-daerah, rumah-rumah sakit, hingga puskesmas. Setiap orang ingin masuk layar berita, lalu bicara riwayat seseorang yang baru saja dinyatakan positif infeksi.

Sejak hari ini, atau bisa saja besok, berhentilah memberikan informasi live tentang perkembangan jumlah korban corona, baik yang terinfeksi atau tewas. Taruh saja data itu dalam situs yang dipercaya, tidak hanya satu. 

Tidak seluruh orang di Indonesia ingin tahu tentang perkembangan data-data itu. Pun hanya sedikit saja yang bisa memahami apa kegunaan data-data itu. 

Yang terjadi, orang bicara sendiri-sendiri atas apapun yang disebut corona. Sebab, referensi berita yang dibaca berbeda-beda, kejadiannyapun berbeda.

Kawan penulis yang tinggal beberapa meter dari Mesjid Jamik Kebun Jeruk, bersikeras menyebut bahwa mesjid itu diisolasi karena ditemukan beberapa korban tewas. 

Ia tak mericek ke sumber berita, tapi hanya berdasarkan "Katanya! Katanya!" Khas manusia Indonesia, lebih mengandalkan lisan, dibandingkan tulisan. Lebih percaya kata, dibanding data.  

Tanpa perubahan metode, tak bakal mengubah paradigma. Hawa negatif bakal terus menjalar, ketika otak mengkonsumsi berita dan cerita yang bernada negatif. Itulah virus yang sebenarnya, bukan hanya sekarang. Epidemi yang merusak peradaban bangsa ini.

Sampai kapan kita terus-menerus diperbudak dengan cara seperti ini? Salam merdeka 100%!

Jakarta, 1 April 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun