Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kebangkitan Palu dan Donggala, Kebangunan Sepak Bola di Bumi Tadulako

17 Oktober 2018   04:02 Diperbarui: 17 Oktober 2018   12:01 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stadion Gawalise | wikimedia.org

Di Palu dan Donggala sendiri bukan tak memiliki klub sepakbola, di Palu ada klub bernama Persipal Palu dan Celebest FC, di Donggala ada klub bernama Persido Donggala. Sayangnya nasib tiga klub ini tak terlalu mentereng namanya jika dibandingkan dengan PSM Makassar.

Celebest mungkin yang cukup menyita perhatian publik sepakbola nasional di tahun lalu. Klub yang baru berdiri pada 11 Februari 2016 ini pada 2017 sempat dilatih oleh salah satu sosok pelatih muda berbakat yang dimiliki Indonesia, Rudy Eka Priyambada.

Sekadar informasi Rudy Eka ialah pelatih 35 tahun yang sempat melatih klub Australia, Monbulk Rangers dan menjadi asisten pelatih di klub Liga Bahrain, Al Najma.

Celebest FC menyita perhatian publik karena sepak terjangnya saat mengikuti kompetisi Torabika Soccer Championship B (TSC B) 2016 dengan mampu menembus babak 16 besar. Prestasi yang sangat bagus untuk klub yang baru berdiri. Sayangnya Celebest FC sendiri bukan lahir dari rahim sepakbola Palu.

Dikutip dari football-tribe.com, Celebest FC merupakan perubahan dari Villa 2000, klub asal Pamulang, Tangerang Selatan. Villa 2000 mengalami pergantian kepemilikan ke tangan sebuah konsorsium yang di antaranya terdapat nama personil band Slank, Abdee Negara yang juga putra asli Sulawesi Tengah dan terkenal cinta sepak bola. Setelah berganti nama, klub ini pun pindah kandang ke Stadion Gawalise di kota Palu.

Lantas bagaimana dengan kondisi Persipal Palu dan Persido Donggala? Penulis Muhidin M Dahlan sempat memaparkan secara rigid kondisi Persipal Palu di medio 2016. Penulis buku Tuhan Izinkan Aku Jadi Pelacur ini memberi judul 'Menonton Kenangan, Mengingat Persipal Palu' tentang kondisi klub yang sudah berdiri sejak 1977 tersebut.

"Jangankan melihat pertandingannya, stadion yang menjadi markas Laskar Tadulako di Gawalise, Palu Barat, ini juga belum pernah saya kunjungi hingga tulisan ini diunggah. Bahkan, "pemilik" klub ini saja baru saya tahu sekarang, itu pun mesti berselancar dengan kata kunci."

"Pengetahuan pertama saya tentang Persipal Palu justru via tarkam pada 1994 saat salah seorang yang disebut pemain Persipal Palu melakukan turba, eh, turkam (turun kampung) di Kecamatan Sirenja." tulis Muhidin di blog pribadinya.

"Bahwa saya di kemudian tahun pernah tinggal di Palu Barat--dan mondok dengan jarak hanya beberapa kelokan lagi untuk bisa menjumpai Stadion Gawalise--tak cukup kuat membawa saya menyaksikan langsung kedigjayaan Persipal Palu mengarungi sebuah kompetisi."

"Anda tahu, 24 tahun jarak kenangan anumerta itu, saat saya membaca informasi dari media sosial Persipal Palu bertanding di Bantul, DIY. Saya kaget, tentu saja." kenang Muhidin.

Sayang kemudian sepak terjang Persipal Palu tak banyak menarik perhatian banyak khalayak kecuali orang asli Palu dan orang yang pernah tinggal di Palu. Literasi soal sepak terjang klub yang pernah dilatih oleh Ramang ini pun di dunia maya pun tergolong sangat sedikit. Seperti yang dituliskan Muhidin dalam blognya tersebut bahwa Persipal Palu yang pada 2016 bermain di Liga Nusantar larut dalam kesunyian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun