Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hubungan Mertua Menantu, Pahit Manis Nano-Nano

12 Mei 2024   07:26 Diperbarui: 12 Mei 2024   07:36 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mertua Menantu (Sumber: pexels/Andrea Piacquadio)

Hubungan mertua menantu sejak zaman dahulu seringnya merupakan love-hate interaction (sering, ya ... tapi tidak selalu). Masih bagus kalau ada love-lovenya, tapi kalau hubungan sudah hate-hate, tentu bahaya dan tidak sehat serta mempengaruhi hubungan pasutri. Iyalah, mertua itu kan orang tua dari pasangan yang sangat kita cintai. Kalau kita sudah hate sama mertua, tentu pasangan kita akan sedih...patah hati...bingung bagaimana menyikapi. 

Mau milih istri, tapi nggak mau durhaka sama ibu. Mau milih ibu, tapi istri sudah jadi kewajiban seumur hidup. Begitu pun sebaliknya kalau terjadi suami yang benci mertua. Si istri mau bela suami, tentu tidak tega pada orang tua yang menyayanginya dari lahir sampai besar. Mau bela orang tua, tapi suaminyalah tempat ia harus patuh kini. Serba salah, serba membingungkan.

Cara mengatasinya sebetulnya tidak sulit, asal semua pihak mau berusaha dan mengerti posisinya sejak sebuah pernikahan dinyatakan sah. Ada perubahan yang drastis saat sebuah pernikahan telah terjadi. Orang tua tak bisa lagi mengatur anaknya. Posisinya hanya mengawasi dan memberikan saran jika diminta. 

Tentu orang tua boleh banget menolong anaknya, namun harus melihat situasi. Anaknya kini tak sama lagi. Sejak menikah, anaknya menjadi dua bersama anak menantu. Cinta pada anak haruslah pada porsi: bahagia melihat anak bahagia. Maka sadarilah bahwa anak akan bahagia jika orang tuanya juga menyayangi istri atau suami si anak.

Bagi pasangan yang baru saja menikah, harus sudah dibekali pengetahuan tentang titik kritis hubungan mertua-menantu. Apa sih yang menyebabkan hubungan mertua-menantu runyam? Apa cara-cara untuk mengatasinya? Ini semua harus diantisipasi dari sebelum ijab kabul terucapkan. 

Jika kesimpulannya salah satu jalan untuk menghindari konflik adalah dengan memiliki rumah sendiri, maka sediakanlah rumah sejak sebelum menikah. Kontrak atau ngekost dulu nggak papa. Mandiri itu penting dan hidup berdua saja di awal pernikahan itu sangat romantis dan perlu bagi pasangan yang masih saling mempelajari sifat satu sama lain. Dengan hidup mandiri, konflik mertua-menantu dapat dihindari. 

Tentunya sebagai menantu tetap harus sadar bahwa mertua itu adalah orang tua dari pasangan yang sangat dicintai. Sudah menjadi kewajiban sebagai menantu juga menyayangi. Jadi kalau mertua datang berkunjung dan menginap, ya perlakukan dengan baik seperti jika orang tuamu sendiri yang datang berkunjung. Sebagaimana menantu pasti juga ingin diperlakukan baik kalau mengunjungi mertua di rumahnya, kan?

Hidup berdua saja dalam satu rumah terasa sepi sebelum munculnya buah hati. Selain bertambah anggota keluarga berupa anak, bukan tidak mungkin suatu saat pasangan suami istri harus mengurus orang tua yang sudah sepuh. Di sini kondisinya sudah tidak sama seperti di awal menikah. Pasutri sudah lebih dewasa dalam menjalani hidup. Sudah paham siklus kehidupan, bahwa kelak pun akan mengalami tua. Siapa lagi yang harus mengurus jika bukan anak-anak? 

Maka kesadaran ini wajib dipegang dalam hati, sehingga ketulusan dalam mengurus orang tua yang sudah tua harus muncul. Bukan saja dari lubuk hati si anak kandung, namun juga dari si menantu. Baik menantu perempuan maupun menantu laki-laki.

Buatlah mertuamu nyaman menghabiskan sisa usia di rumahmu. Biarkan ia mendapatkan waktu yang banyak untuk bercengkrama dengan anak yang dulu ia lahirkan.  Dan uruslah mertuamu seolah-olah mengurus orang tua sendiri. Karena ibadahmu berbakti pada mertua sama nilainya dengan kau berbakti pada orang tua sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun