Mohon tunggu...
Indah Nariyatur Rachmah
Indah Nariyatur Rachmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Uin Sunan Kalijaga-21107030040

Jika ingin mendapatkan sesuatu yang belum pernah kamu miliki, lakukanlah hal yang belum pernah kamu lakukan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Terlahir Pintar dengan Menerapkan Deliberate Practice

5 Juni 2022   07:38 Diperbarui: 5 Juni 2022   07:46 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bisakah seseorang terlahir pintar? Begitu sering kita mendengar tentang orang-orang yang memiliki bakat alami. Yang sejak kecil menunjukkan keterampilan dan kecerdasan yang menyamai atau bahkan melebihi orang dewasa.

Orang yang seolah-olah ditakdirkan untuk menjadi jenius. Amadeus Mozart contohnya, mengkomposisi musik sejak umur 5 tahun dan mampu menyalin keseluruhan dari komposisi suatu pertunjukan orkestra murni dari ingatan sejak dirinya masih remaja.

Bobby Fischer memenangkan kejuaraan catur dunia pada usia 14 tahun, dan meraih gelar grandmaster hanya setahun kemudian. Jean-Franois Champollion menguasai tujuh bahasa ketika dia berumur 13 tahun dan kemudian menggunakan keahliannya ini untuk memecahkan arti dari hieroglif yang tertulis di Batu Rosetta.

Kamu juga pasti pernah kenal temen di sekolah yang tampaknya dapat menguasai semua mata pelajaran dengan mudah, sementara dirimu berupaya sekeras mungkin tetap tidak bisa mendekati levelnya sedikit pun.

Jadi, apakah benar ada orang yang memang jenius dari lahir? Apakah kepintaran kita ditentukan dari keturunan? Dan apabila demikian, dapatkah kerja keras merubah takdir ini?

Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, mari kita simak dalam video ini. Perdebatan mengenai pengaruh faktor genetik dan faktor lingkungan terhadap kepribadian seseorang, lebih dikenal dengan perdebatan "nature vs nurture"

Apakah segala hal dalam diri kita, dari aspek fisik hingga psikologis, sudah ada di dalam DNA kita masing-masing? Atau apakah kita seperti sebongkahan tanah liat yang harus dibentuk oleh lingkungan serta pengalaman-pengalaman hidup kita sendiri?

Selama ini, terdapat satu cara jitu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Yaitu dengan mempelajari saudara kembar identik. Lebih tepatnya, saudara identik yang terpisah dari lahir. Tetapi, mengapa demikian? Karena saudara identik memiliki DNA yang 100% sama.

Sehingga satu-satunya variabel yang menentukan kepribadiannya adalah lingkungan. Oleh karena itu, apabila dua saudara kembar yang tumbuh besar di lingkungan yang jauh berbeda memiliki kepribadian yang sama, dapat disimpulkan bahwa faktor genetiklah yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap kepribadian.

Teori ini mendapatkan perhatian besar pada tahun 1979, di mana saudara kembar identik, Jim Lewis dan Jim Springer, bertemu untuk pertama kalinya setelah hidup terpisah selama 39 tahun.

Meskipun mereka tidak pernah bertemu satu sama lain, secara kepribadian, mereka seolah-olah orang yang sama. Seperti contoh, ketika mereka masih kecil mereka berlibur di pantai yang sama, dan memiliki anjing yang sama-sama mereka namakan Toy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun