Mohon tunggu...
Indah Mafazatin Nailiah
Indah Mafazatin Nailiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa PGSD UPI Kampus Tasikmalaya

Selanjutnya

Tutup

Indonesia Sehat

Mahasiswa KKN UPI Kelompok 167 Kenalkan Inovasi Puding Daun Katuk Pencegah Stunting

4 Agustus 2022   22:45 Diperbarui: 5 Agustus 2022   11:12 1057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tk-pgri-purbaratu-62ec94be3555e4100200c4f2.jpg
tk-pgri-purbaratu-62ec94be3555e4100200c4f2.jpg
sosialisasi-puding-daun-katuk-di-tk-pgri-purbaratu-62ec95943555e42906037582.jpg
sosialisasi-puding-daun-katuk-di-tk-pgri-purbaratu-62ec95943555e42906037582.jpg
tata-cara-pemuatan-puding-daun-katuk-62ec94ee3555e4047f0392d4.png
tata-cara-pemuatan-puding-daun-katuk-62ec94ee3555e4047f0392d4.png
Purbaratu, Kota Tasikmalaya (21/07/2022) Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia No 59 Tahun 2017 berkomitmen untuk ikut serta bersama PBB menyukseskan komitmen global dalam rangka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Dalam Program Suistainable Development Goals tujuan Nomor 2 berisikan desa tanpa kelaparan, dengan melihat pada kondisi saat ini yakni tingkat kelaparan yang tinggi sehingga masih menjadi perbincangan hangat untuk merealisasikan berbagai program dalam komponen-komponen masyarakat di belahan dunia termasuk Indonesia untuk mengatasi hal tersebut.

Tanpa kelaparan (zero hunger) menjadi poin SDGs yang menarik karena ketika semua targetnya tercapai, artinya tidak ada seorang pun yang kekurangan gizi, ataupun mengalami malnutrisi. Dalam target mengakhiri malnutrisi pada tahun 2030, maka haruslah dapat menekan penurunan angka penambahan penderita stunting pada usia di bawah lima tahun dan mengatasi kebutuhan gizi pada tahun 2025 dengan indikator prevalensi stunting dan dua tipe malnutrisi pada anak di bawah lima tahun.

Peran dari sebagian besar masyarakat atau bahkan seluruhnya sangat dibutuhkan untuk mendukung tercapainya target walaupun hanya kontribusi kecil. Seperti halnya kegiatan yang dilakukan oleh Mahasiswa KKN UPI Kampus Tasikmalaya Kelompok 167 yang bertempatan di Kelurahan Purbaratu, Kota Tasikmalaya beranggotakan 5 orang dari program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) melaksanakan program kerja sosialisasi dan edukasi pencegahan stunting pada tanggal 21 Juli 2022 di Posyandu Flamboyan RW 003 dan pada tanggal 29 Juli 2022 di TK PGRI Purbaratu Tasikmalaya

Program tersebut diusulkan sesuai dengan  tema KKN Tematik 2022 ini dengan mengusung tema SDGs “Desa Tanpa Kelaparan” dengan indikator prevalensi kurang gizi, anemia, stunting. Memilih fokus terkait dengan pencegahan stunting melihat pada kondisi di lokasi tercatat terdapat indikasi stunting yang tinggi dengan 9% data terkonfirmasi banyak ditemui di kelurahan Purbaratu, Kota Tasikmalaya.

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak pada anak yang disebabkan karena kekurangan asupan gizi dalam waktu lama, infeksi berulang, dan kurangnya stimulus psikososial. Ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak lebih pendek dari anak seusianya. Anak yang terindikasi stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal. Stunting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan berisiko menurunkan produktivitas.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian stunting adalah asupan gizi yang belum seimbang bagi balita. Mengingat pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan, bayi direkomendasikan untuk mengonsumsi ASI secara eksklusif sampai usia enam bulan (Kemenkes RI, 2011). Kebutuhan gizi ibu perlu diperhatikan pada masa menyusui, karena ibu tidak hanya harus mencukupi kebutuhan dirinya, tetapi juga memproduksi ASI untuk bayi. Pemberian ASI dikenal sebagai salah satu yang memberikan pengaruh paling kuat terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan anak.

Penyebab utama kegagalan pemberian ASI eksklusif di dunia adalah karena ibu merasa ASI nya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Sekitar 35% ibu yang memberikan makanan tambahan kepada bayinya sebelum berusia 6 bulan ternyata mengalami persepsi ketidakcukupan ASI (PKA). PKA adalah pendapat ibu yang meyakini bahwa produksi ASI-nya kurang (tidak cukup) untuk memenuhi kebutuhan banyinya dan selanjutnya memberikan makanan pendamping ASI dini.

Hal yang dilakukan untuk menolong ibu yang memiliki produksi ASI kurang dengan mencoba menemukan faktornya, salah satunya memanfaatkan ramuan dari tumbuhan yang biasa diolah untuk memperbanyak dan mempelancar kualitas produksi ASI yaitu daun katuk. Mahasiswa KKN UPI Kelompok 167 di kelurahan Purbaratu dalam kegiatan “Sosialisasi dan Edukasi Pencegahan Stunting” memberikan salah satu inovasi puding daun katuk untuk memperlancar pemberian ASI Eksklusif sebagai pemenuhan gizi pada bayi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan

img-20220722-wa0026-62ebe1fba51c6f48b3534183.jpg
img-20220722-wa0026-62ebe1fba51c6f48b3534183.jpg

“Selain inovasi puding daun kelor yang sudah banyak diusulkan sebagai pemenuhan makanan tambahan pada anak untuk mencegah stunting, kami di sini membuat inovasi puding daun katuk sebagai pelancar ASI pada ibu menyusui agar bayi dapat terpenuhi asupan gizinya dengan ASI Eksklusif selama 6 bulan.” ujar Indah Mafazatin Nailiah sebagai salah satu mahasiswa KKN dalam penyampaian inovasi pencegahan stunting. 

Tanggapan oleh Sekretaris Kelurahan Purbaratu
Tanggapan oleh Sekretaris Kelurahan Purbaratu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Indonesia Sehat Selengkapnya
Lihat Indonesia Sehat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun