Mohon tunggu...
Indah Dwi Rahayu
Indah Dwi Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Semesta Membaca Tinta yang Tertoreh

If I might share my opinion, this world is hell, and our task is to create our own heaven - Eka Kurniawan, Beauty Is a Wound.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Malaikat Itu Bernama Nikel

16 Februari 2021   18:05 Diperbarui: 16 Februari 2021   18:10 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ekbis.sindonews.com/

Jika dahulu kelapa sawit adalah malaikat bagi Indonesia, kini Nusantara menemukan kembali malaikat yang tak kalah berkilaunya. Adalah nikel, mineral yang sering digunakan sebagai bahan campuran untuk baja nirkarat dan bahan baku utama dari baterai lithium-ion untuk electric vehicle (kendaraan listrik).

Pasar internasional pun berbondong-bondong merangkul malaikat tersebut untuk hadir di berbagai negara, termasuk Indonesia yang merupakan negara penghasil nikel terbesar di dunia. Upaya Indonesia menggeser minyak sawit dan menggantikannya dengan baterai kendaraan listrik dalam 15-20 tahun mendatang diharapkan terwujud.

Maka dari itu, pada Agustus 2020 lalu Presiden Jokowi menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Mobil Listrik guna menggenjot produksi nikel nasional untuk kebutuhan dalam negeri. Harapannya, dengan bahan baku yang lebih murah, baterai buatan Indonesia kelak akan berdaya saing yang tinggi. 

Oleh sebab itu pula, investasi pada industri nikel sedang dibuka lebar. Menurut Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, pemerintah telah menyiapkan paket stimulus bagi pelaku industri untuk berinvestasi, antara lain keringanan pajak.

Menurut Luhut saat ini dana investasi senilai puluhan miliar akan dikucurkan ke kawasan industri Morowali hingga 2024. Termasuk diantaranya pembangunan pabrik baterai senilai USD4 miliar berupa patungan beberapa perusahaan, antara lain Contemporary Amperex Technology Co. LTD (CATL) yang memasok baterai untuk Volkswagen, Mercedes, atau Tesla.

Harapannya, dengan mengalirkan sumber daya alam untuk kebutuhan lokal, industri logam dapat dapat menggerakkan ekonomi Indonesia untuk 10-15 tahun ke depan. Paparan Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) meyakini bahwa Indonesia akan mampu memproduksi baterai lithium-ion dengan bahan baku lokal mulai 2024. 

Selain itu, Indonesia sebagai produsen baterai juga dibidik oleh produsen otomotif lain seperti Hyundai dan Mitsubishi sebab lagi-lagi, Indonesia adalah negara penghasil nikel terbesar di dunia. Kelak, baterai yang memiliki kandungan nikel berjumlah tinggi lebih disukai lantaran terbukti lebih stabil, kuat dan tahan lama.

Jadi, sudah siapkah Anda, sebagai warga Indonesia untuk menyambut kehadiran malaikat tersebut? Menyambut dan memberikan kasih sayang, selayaknya orang yang terkasih. Sebab, tanpa kita sadari, nikel adalah penyelamat kita secara nasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun