Mohon tunggu...
Nafis Azmi
Nafis Azmi Mohon Tunggu... -

hanya seorang pembelajar yang masih haus ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Cukup Satu Jurus

2 April 2017   01:10 Diperbarui: 2 April 2017   01:23 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikisahkan, hidup seorang anak yang kakinya pincang. Ia hanya berjalan dengan bertumpu pada kaki kanannya dan bantuan tongkat. Meskipun begitu, sang anak ini berkeinginan kuat untuk menjadi ahli karate. Ia pun tak segan untuk mencari guru yang sudi menerimanya sebagai murid. Setelah mengembara dan menemui banyak master karate, akhirnya ada satu guru yang menerimanya sebagai murid. 

Iapun dididik bersama murid-murid sang guru yang lain. Hari pertama, ia diajarkan satu jurus untuk dipelajari. Hari kedua, ia masih tetap diajarkan jurus yang sama. Anak ini pun manut dengan sang guru hingga ia merasakan kejanggalan beberapa minggu kemudian. Di saat teman2nya sudah mahir menggunakan beragam jurus, ia masih berkutat pada jurus yang sama. Setiap kali si anak bertanya pada gurunya, ia tak memperoleh jawaban yang memuaskan selain "sudah, lakukan saja apa yang kusuruh!" . Sang anak pincang pun akhirnya manut dan tak lagi menanyakan hal itu.

Beberapa bulan kemudian, diselenggarakan sebuah turnamen karate antar perguruan di kota itu. Sang guru pun mengikutsertakan si anak pincang dalam turnamen tersebut. Dengan berbekal satu jurus saja, sang anak puncang mampu melewati babak demi babak. Siapa sangka, sang anak pincang berhasil menjadi juara. Setelah anak pincang itu mendapat piala, barulah sang guru memberikan jawaban atas pertanyaannya yang dulu.
"Nak, ketahuilah, bahwa setiap jurus yang digunakan, pasti memiliki kelemahan. Adapun kelemahan jurusmu itu adalah mengunci kaki bagian kiri. Dikarenakan kaki kirimu pincang, lawan-lawanmu kebingungan untuk mencari kelemahan pada jurusmu itu. Oleh karena itulah, kamu mudah menaklukan lawan-lawanmu"

Demikianlah. Cerita ini memang sepele. Namun, di dalamnya banyak pelajaran yang dapat kita tangkap dan kita terapkan dalam kehidupan.

Pertama, Apapun yang diajarkan guru, mungkin tidak lantas kita ketahui manfaatnya pada saat itu juga. Tapi suatu saat, kita akan mengetahuinya dan berterimakasih pada guru kita, tentang hal yang penah mereka ajarkan dahulu. Guru dengan segudang pengalamannya tentu mampu memberikan kita bekal hidup yang tidak akan kita temui di buku-buku pelajaran manapun. inilah yang membuat peran guru tetap vital meski pokok-pokok ilmunya sudah termaktub di buku pelajaran

Pelajaran kedua yang dapat kita ambil adalah bagaimana kita menghargai peran dan potensi orang-orang difabel dalam masyarakat.  Mengapa ada istilah difabel? Difabel adalah akronim dari different abilities. Kemampuan yang berbeda. Seseorang yang difabel itu mampu,namun kemampuan yang berbeda dengan orang pada umumnya. selain contoh dari kisah di atas, kita juga bisa menemukan contoh lain di kehidupan nyata.

Penyandang tunanetra misalnya,mereka justru cenderung mempunyai hafalan yang lebih kuat dari orang normal pada umumnya.  Begitu juga kaum difabel yang lain. mereka tentu memiliki keistimewaan sendiri yang ketika ditampakkan, mungkin kita akan bergumam,"hmm, kok bisa ya?". pada dasarnya, yang mereka perlukan hanya perlu dukungan moral dari masyarakat sekitar.

Ketiga, untuk menjadi sukses tidak perlu memaksakan diri menjadi sosok multitalenta. seperti yang dicontohkan si anak pincang, cukup fokus dengan talenta yang dimiliki ditambah dengan latihan secara rutin, maka kesuksesan dengan izin Tuhan akan mendekat pada kita. 

Meminjam istilah yang digunakan Thomas Alva Edison, sukses adalah satu persen bakat ditambah 99 persen kerja keras. ketika kita sudah paham dengan bakat yang kita miliki, maka langkah selanjutnya adalah kerjakeras. Betapa banyak orang yang memiliki bakat yang luar biasa, namun hidupnya tak kunjung berjaya dikarenakan keengganannya untuk bekerja keras. Man Jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh, dia yang akan mendapatkan.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun