Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Janji Diskon Listrik dan Realitas di Ujung Desa

5 Juni 2025   06:31 Diperbarui: 5 Juni 2025   06:31 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Janji diskon listrik yang zonk.(Shutterstock/MEE KO DONG)

Pagi itu, aula kantor Desa Perina Kecamatan Jonggat, cukup ramai. Sejumlah operator sistem informasi desa dan perangkat desa dari beberapa desa, serta pendamping desa duduk berhadap-hadapan, mencermati dashboard indeks desa. Pendampingan penginputan data Indeks Desa (ID) digelar untuk pertama kalinya sejak diluncurkan tahun lalu.

Satu per satu isian ditelusuri. Mulai dari akses pendidikan, keberadaan fasilitas kesehatan, hingga pelayanan dasar lainnya. Suasana masih cukup tenang. Hingga tibalah sesi tentang penggunaan listrik rumah tangga. Seorang pendamping membuka diskusi: “Apakah mayoritas warga sudah menggunakan listrik untuk kebutuhan dasar?”

Suasana mendadak ramai. Tetiba berbagai suara saling bersahutan. Seorang ibu dari dari salah satu desa terpencil mengangkat tangan, lalu dengan nada tinggi menyampaikan keluhan, “Kemarin katanya ada diskon listrik. Kami senang, bisa sedikit berhemat. Tapi ternyata zonk. Tidak jelas.”

Keluhan itu membuka kran uneg-uneg. Seorang kepala dusun menimpali bahwa banyak warganya kecewa. Sebagian bahkan sempat menyiapkan kebutuhan rumah tangga berdasarkan kabar diskon. Namun realitas di rekening listrik bulan Juni berbicara lain—tak ada potongan seperti yang dijanjikan.

Diskon yang Menyala Sebentar, Lalu Padam

Diskon tarif listrik sebesar 50 persen sejatinya direncanakan untuk Juni dan Juli 2025. Rencana ini menjadi harapan besar, terutama bagi rumah tangga desa yang selama ini harus pintar-pintar membagi penghasilan untuk kebutuhan dasar. Sayangnya, kebijakan itu dibatalkan secara mendadak.

Alasan yang disampaikan pemerintah adalah ketidaksiapan anggaran dan keterlambatan proses administrasi. Dana yang awalnya dialokasikan untuk diskon dialihkan ke Bantuan Subsidi Upah (BSU) untuk pekerja formal berpenghasilan di bawah Rp3,5 juta. Namun, warga desa mayoritas tidak termasuk kategori ini.

Sebagian besar warga desa menggantungkan hidup dari sektor informal: petani, buruh tani, pengrajin, dan pedagang kecil. Mereka tidak bergaji tetap, tidak tercatat dalam sistem ketenagakerjaan formal, dan sering kali tidak memiliki akses terhadap subsidi yang ditentukan secara administratif.

Akibatnya, pembatalan diskon listrik ini terasa seperti mencabut lilin di tengah malam. Harapan yang sempat menyala itu redup begitu saja. Apalagi, warga desa jarang mengetahui secara cepat dan lengkap mengenai perubahan kebijakan. Mereka lebih sering tahu dari cerita warung atau obrolan musala.

Ketika Listrik Jadi Barang Mewah

Di desa, listrik bukan sekadar kebutuhan teknis. Ia adalah pintu untuk membuka peluang. Penerangan malam hari memberi anak-anak kesempatan belajar, memberi ibu-ibu waktu menjahit atau menenun, serta memungkinkan warung kecil beroperasi sedikit lebih lama. Listrik menyatu dengan produktivitas.

Namun, bagi banyak rumah tangga miskin, tagihan listrik tetap menjadi momok bulanan. Meskipun daya yang dipasang hanya 450 VA atau 900 VA, angka pada rekening listrik tetap membebani, terlebih ketika penghasilan tak menentu. Diskon listrik semestinya menjadi bentuk kehadiran negara yang dirasakan langsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun