Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Asal Kabur, Begini Cara #KaburAjaDulu yang Elegan

21 Februari 2025   09:27 Diperbarui: 21 Februari 2025   13:12 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: Gambar oleh Public Co dari Pixabay)

Sosiolog Imam Prasodjo dalam Generasi Sandwich (2021) mengingatkan, tekanan ekonomi membuat anak muda terjepit. Mereka harus menafkahi orang tua sekaligus menyiapkan masa depan. Tak heran, iming-iming gaji besar di luar negeri begitu menggoda. Tapi, keluarga tetap menjadi tali pengikat.

Lalu, bagaimana "kabur" yang bertanggung jawab? Pertama, lakukan riset mendalam. Buku The Expatriate's Guide to Working Abroad (Smith, 2019) misalnya menyarankan agar melakukan analisis budaya kerja, biaya hidup, dan prosedur hukum terlebih dahulu sebelum sampai di negara tujuan. Kedua, membangun jaringan profesional sebelum berangkat.

Ketiga, jangan putus kontribusi ke Indonesia. Kisah ilmuwan seperti Dr. Joe Hin Tjio, penemu kromosom manusia, patut diteladani. Meski bekerja di Swedia, ia aktif mengajar di Universitas Indonesia (UI). Seperti kata Najwa Shihab, "Jadilah mata rantai yang menghubungkan Indonesia dengan dunia."

Pemerintah pun harus membenahi diri. Laporan Bank Dunia (2023) menyebut, peningkatan anggaran penelitian 1% dari PDB bisa menciptakan 500.000 lapangan kerja berbasis inovasi. Reformasi birokrasi dan insentif bagi startup perlu diperkuat agar anak muda tak merasa terpaksa kabur.

Di tingkat komunitas, gerakan seperti Indonesia Mengglobal patut diapresiasi. Mereka memberikan konsultasi gratis untuk pelajar yang ingin studi ke luar negeri. Kolaborasi semacam ini mengurangi kesenjangan informasi yang sering jadi penyebab migrasi ceroboh.

Pada akhirnya, #KaburAjaDulu adalah cermin retak generasi milenial. Retaknya bukan karena mereka malas, tapi karena sistem yang belum mampu menopang mimpi-mimpi mereka. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer dalam Rumah Kaca (1988), "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama tidak menulis, ia akan hilang."

Menulis di sini merupakan metafora. Generasi muda ingin meninggalkan jejak, tapi mereka membutuhkan kertas yang tak berlubang. Pemerintah harus menyediakan "kertas" itu melalui kebijakan inklusif. Sementara anak muda, meski kabur, harus tetap menuliskan tinta perubahan untuk Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun