Mohon tunggu...
Imron Fhatoni
Imron Fhatoni Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar selamanya.

Warga negara biasa!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membela Agnez Mo

27 November 2019   10:56 Diperbarui: 27 November 2019   11:06 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agnez Mo (Poto: Instagram/Agnezmo)

Penyanyi Agnes Monica atau lebih akrab di sapa Agnez Mo membuat gempar jagat maya. Pernyataan yang menyebut bahwa dirinya bukan keturunan darah Indonesia memicu ragam reaksi. Banyak pihak menyalahkannya, mem-bully, bahkan menyemburkan murka atas ucapan perempuan kelahiran 1 Juli 1986 itu.

Di Twitter, nama Agnez Mo menyedot perhatian. Pernyataannya dalam satu wawancara  bersama presenter Kevan Kenney serupa tamparan keras. Pelantun lagu Matahariku itu dianggap mengkhianati bangsa yang membesarkan namanya. Ia disebut tak memiliki jiwa nasionalisme.

Dalam video itu, Agnez Mo menjawab beberapa pertanyaan dari Kevan tentang keberagaman di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki sekitar 18 ribu pulau yang masing-masingnya memiliki beragam budaya dan musik. Agnez juga menyebutkan dirinya memperjuangkan inklusivitas budaya.

"Katanya kamu beda dari orang kebanyakan di sana?" tanya Kevan.

"Ya, karena saya sebenarnya campuran Jerman, Jepang, dan Chinese. Saya hanya lahir di Indonesia," jawab Agnez.

Saya juga beragama Kristen, dan di Indonesia mayoritas adalah Muslim. Saya tidak bilang saya tidak berasal dari sana, karena saya merasa diterima. Tetapi saya merasa tidak seperti yang lain," lanjutnya.

Agnez Monica, artis cantik yang populer lewat film Pernikahan Dini itu dikecam. Video wawancara Agnez di-upload di media sosial, kemudian menjadi bully-an banyak netizen. Di satu situs, saya melihat komentar seorang warga "Songong lu Agnez Mo. Ingat lu lahir, besar, dan cari duit di Indonesia." Ada juga yang mengatakan bahwa Agnez gagal memahami sejarah. Tak hanya masyarakat awam, beberapa tokoh politik ikut pula dalam aksi mengecam Agnez. Politisi Gerindra, Fadli Dzon berkomentar "Biasanya kayak begitu itu Malin Kundang. Pasti durhaka itu." Katanya.

Pertanyaan kritis yang muncul dibenak saya adalah, mengapa harus membenci Agnez seperti itu? Sampai-sampai kita melontarkan kata-kata tak pantas, yang justru memperlihatkan kapasitas kita yang sebenarnya. Benarkah kita terluka atas pengakuan itu? Atau kita hanya sekedar nyinyir dengan ikut berkomentar?

Mengapa harus menghakimi Agnez, ketika di luar sana banyak orang yang mengaku paling nasionalis tapi nihil kontribusi bagi bangsa? Mengapa harus membenci Agnez, ketika di luar sana banyak orang yang sok paling cinta tanah air, tapi diam-diam bersekongkol dengan asing demi membangun bisnis untuk menimbun kekayaan pribadi?

Lagian dimana salahnya pernyataan itu. Bukankah Nasionalisme yang paling tinggi adalah kemanusiaan? Indonesia adalah kosakata yang menyatukan individu-individu dengan imajinasi tentang kesetaraan. Seorang nasionalis sejati adalah ia yang memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pram, dalam buku tetralogi Bumi Manusia tak pernah sekalipun menyebut Indonesia di dalamnya. Bagi Pram, Indonesia itu adalah hal yang baru dan buatan manusia. Indonesia itu bukan bangsa karena garis darah, melainkan hasil permufakatan manusia itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun