Mohon tunggu...
M Imron Fauzi
M Imron Fauzi Mohon Tunggu... Penulis - Pedagang Kecil

Duniaku BUMI MANUSIA dengan segala persoalannya. -Minke

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Membaca Ulang Pengertian Radikalisme

28 Februari 2020   12:44 Diperbarui: 28 Februari 2020   12:43 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah kata "radikal" sering kali terdengar ditelinga masyarakat dan mahasiswa sebagai kaum terpelajar, bahkan banyak sekali yang berteriak dengan lantang bahaya radikalisme, tetapi tahukah mereka istilah arti kata radikal yang sesungguhnya? Istilah radikal pada dasarnya memiliki arti sebuah keinginan untuk perubahan sosial secara drastis dan keseluruhan, dari kondisi putih menjadi kondisi hitam atau sebaliknya. 

Namun, istilah radikal dewasa ini kerapkali dikonotasikan dengan kekerasan berbasis agama termasuk terorisme atau kelompok-kelompok aliran ekstrim lainnya, kemudian dalam upaya pencegahan isu terorisme pun muncul wacana de-radikalisasi yaitu upaya dalam mencegah terjadinya radikalisme. 

Tentu hal inilah yang menyebabkan istilah radikal mengalami de-formasi yang sangat luar biasa, yang awalnya radikal bermakna positif dan progresif sehingga sekarang berubah menjadi sangat negatif dan reaksioner.

Dalam sejarah kemerdekaan negara Indonesia, para tokoh dan pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan adalah mereka-mereka yang memiliki pemikiran radikal, sehingga istilah radikal pada zaman itu memiliki posisi yang sangat terhormat karena seseorang yang memiliki cara berfikir radikal tentu enggan berkompromi dengan pemerintah kolonial. 

Seperti Tjipto Mangunkusumo, Soekarno, Muhammad Hatta, Suryadi Suryaningrat, Douwes Dekker, Tan Malaka dan Haji Misbach adalah sebagian dari golongan-golongan pemuda radikal. Presiden pertama Republik Indonesia yaitu Soekarno, merupakan salah satu tokoh pergerakan nasional didalam tulisannya yang sangat familiar "Mencapai Indonesia Merdeka" menegaskan pentingnya radikalisme.

Dalam pandangan Soekarno, "radikalisme,- terambil dari perkataan "radix", yang artinya akar -, radikalisme haruslah menjadi azas machtsvorming kaum Marhaen: berjoang tidak setengah-setengahan tawar-menawar tetapi terjun sampai ke akar-akarnya kesengitan antitese, tidak setengah-setengahan hanya mencari "untung ini hari" sahaja tapi mau menjebol stelsel kapitalisme-imperialisme sampai ke akar-akarnya, tidak-setengahan mau mengadakan perobahan-perobahan yang kecil-kecil sahaja tapi mau mendirikan masyarakat baru samasekali diatas akar-akar yang baru, berjoang habis-habisan tenaga membongkar pergaulan hidup sekarang ini sampai ke akar-akarnya untuk mendirikan pergaulan hidup baru diatas akar-akar yang baru".

Jadi menurut Soekarno perjuangan haruslah dilakukan dengan radikal dan tidak boleh setengah-setengah atau bahkan tawar-menawar. Contoh kecil aksi radikal adalah meletusnya Proklamasi pada 17 Agustus 1945 sebagai wujud perjuangan dari pemuda radikal, diwujudkan dengan melakukan penculikan Soekarno-Hatta di Rengasdengklok dan juga runtuhnya sistem pemerintahan otoriter Orde Baru adalah bentuk dari gerakan pemuda-pemuda radikal.

Kemudian bolehkan mahasiswa yang katanya sebagai golongan kaum terpelajar memiliki sikap yang radikal? Jawabanya sudah tentu boleh, apalagi dalam berpikir, radikal adalah sebuah keharusan. 

Dalam berfilsafat, mahasiswa haruslah berpikir secara radikal, seperti yang ditulis Soekarno diatas, radikal berasal dari kata "radix" (bahasa Yunani) yang artinya akar, berpikir hingga ke akar-akarnya dan tidak setengah-setengah atau berpikir hingga ke akar permasalahan. Bahkan didalam rapat keorganisasian pun, para aktifis mahasiswa dituntut berpikir radikal karena dalam menyelesaikan masalah para aktifis harus berpikir hingga ke akar persoalan.

Karena itu, kalian sebagai mahasiswa jangan malu ataupun ragu-ragu untuk menjadi radikal. Sudah jelas, jika dilihat dari sejarahnya radikal itu keren, karena berjasa besar dalam menghendaki perubahan sosial secara drastis dan keseluruhan untuk mensejahterakan rakyat Indonesia dari kolonialisme Belanda, oleh karena itu sehurusnya kita bangga jika dianggap sebagai seorang yang radikal. 

Sebab, dengan melihat kiprah dalam sejarahnya dan juga definisi yang sudah dijelaskan oleh Soekarno tersebut diatas, maka menjadi sebuah kekeliruan yang berlebihan jika masih menganggap radikalisme sumber utama yang menyebabkan terjadinya kekerasan berbasis agama dalam bentuk terorisme dan sikap intoleransi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun