TNI Angkatan Darat mengerahkan 100 prajurit beserta alat berat dari Batalyon Zeni Konstruksi (Yon Zikon)-13/Karya Etmaka ke Lombok. Prajurit ini akan membantu evakuasi korban yang banyak membutuhkan alat berat, terutama untuk membersihkan puing-puing dan memulihkan bangunan yang hancur akibat gempa Lombok.
Selain membawa 100 prajurit TNI dari Yon Zikon 13/KE, KRI Teluk Parigi 359 juga membawa material berupa kendaraan angkut berat, seperti 3 unit NPS, 1 unit Truk Tangki BBM, Ran Kodal, truk tangki air.
Sejumlah alat berat dan alat lainnya yang turut dibawa, yakni angkut berat Zeni (dumptruck 5 ton 5 unit, crane cargo, selfloader); alat berat Zeni (3 unit backhoe loader, 3 unit exca PC 70, 1 unit RO, 3 unit forklift dan lighting tower, 2 unit dozer D3); alat perkakas Zeni (5 set toolkit batu, 4 set toolkit kayu, 2 set toolkit listrik, 3 unit genset 10 kva, 2 unit alat potong serbaguna, 2 unit chainsaw).
Selain itu, ada alat komunikasi (HT dan Megaphone) serta alat pendukung lainnya, seperti  3 set tenda pleton, 1 set tenda regu, 4 buah meja lapangan, 20 buah kursi lapangan, 100 buah fieldbed, 5 set kompor lapangan,  2 set Adurlap, 1 set alat kesehatan, 3 set terpal dan 10 buah drum BBM.
Dengan dikerahkannya kekuatan Zeni tersebut, diharapkan dapat mempercepat proses pembersihan puing-puing reruntuhan dan pemulihan bangunan akibat gempa, sehingga masyarakat korban gempa dapat kembali ke kediamannnya masing-masing.
Untuk membantu menyalurkan bantuan masyarakat yang terkena korban gempa bumi, Tentara Nasional Indonesia juga membuka Posko di Gedung Suma 3, VIP Room Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur.
Sertakan Tim Psikologi
Selain prajurit Zikon, TNI juga mengirimkan Tim Psikolog tiga matra (Trimatra) TNI membantu memulihkan kesehatan mental dan psikis korban bencana alam gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Tim ini terdiri dari enam orang perwira dari Dinas Psikologi AD, AL, dan AU. Masing-masing angkatan mengirimkan dua orang psikolog.
Tim Psikologi TNI beranjak menuju Lombok sejak Rabu kemarin(1/8). Sebelumnya, tim akan mendata para korban dengan menggunakan metode need assessment & need analysis. Tujuannya untuk mengetahui seberapa banyak korban terdampak stres pascagempa dan seberapa dalam tingkat trauma yang dialami oleh para korban. Dari hasil analisa tersebut, akan diketahui bentuk metode intervensi apa saja yang efektif untuk diberikan.
Langkah selanjutnya, Tim Psikologi akan melaksanakan kegiatan mental healing yaitu berupa kombinasi terapi dengan teknik yang simultan kepada para korban. Intervensi yang diberikan, diharapkan dapat menanggulangi PTSD (post traumatic stress disorder) yang dialami para korban, sehingga mereka segera bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara normal tanpa rasa trauma.
Salah satu psikolog anggota tim, Mayor Inf Kurniawan R. mengungkapkan, terdapat berbagai kegiatan intervensi yang kemungkinan besar akan dilakukan oleh tim ini. "Rencananya, kami juga akan berupaya mengembalikan kondisi emosional para korban dengan beberapa teknik emotional behavioral therapy, cognitive behavior therapy (CBT), dan hypnotherapy," ujarnya.
