Mohon tunggu...
Deni imo
Deni imo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Separatis Bersenjata Meresahkan

14 Februari 2018   13:51 Diperbarui: 14 Februari 2018   13:54 1576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
merdeka.com --repro

Tindakan separatisme pasti tindakan yang bertentangan dengan norma. Baik norma agama, norma masyarakat dan norma hukum. Kerja separatis tidak jauh-jauh dari intimidasi, teror, perkosaan kepada rakyat dan bahkan membunuh sudah menajdi hal rutin. Karena separatisme adalah suatu paham yang bertujuan memisahkan diri dari daerah tempat tinggalnya dan Negara yang menjadi induknya, yakni secara lambat laun berkembang menjadi Negara sendiri yang merdeka serta berdaulat.

Sebagaimana yang telah dilansir beberapa media terakhir ini dengan adanya penembakan yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) di Pasar Sinak, Kabupaten Puncak, Papua, Senin (12/2) lalu. Tidak tanggung-tanggung anggota TNI Satgas Ban Timsus Sinak itu ditembak saat sedang belanja kebutuhan sehari-hari di Pasar Sinak. Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI George Elnadus Supit, membenarkan adanya kasus penembakan oleh KKSB yang menyebabkan satu anggotanya tewas. Menurut Pangdam, Pratu Sandi meninggal akibat luka tembakan yang dialaminya di telinga kiri hingga tembus ke pipi.

Dengan adanya penembakan tersebut jangan salahkan kalau TNI akan bertindak tegas kepada kelompok separatis yang ingin mendirikan negara dalam negara yang bertentangan dengan hukum yang berlaku. Karena dasar TNI untuk melakukan penumpasan separatis di Papua dengan berpedoman pada Pasal 7 ayat 2 UU RI No 34 Tahun 2004 tentang TNI, mengisyaratkan pelaksanaan tugas pokok TNI dilakukan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yaitu untuk mengatasi gerakan separatis bersenjata di Papua.

Maka tidak salah kalau Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman mengingatkan kepada TNI bahwa pada suatu saat akan masuk pada Era perubahan tata pemerintahan dan tata masyarakat yang demokratis yaitu demokrasi itu sendiri bukanlah tujuan tetapi hanya sarana untuk mencapai tujuan. Amanatnya Panglima Jenderal Besar Soedirman dalam rangka memperingati hari APRI ( Angkatan Perang Republik Indonesia /ABRI ) yang mengatakan bahwa "Anak-anakku, Tentara Indonesia, kamu bukanlah serdadu sewaan, tetapi prajurit yang berideologi, yang sanggup berjuang dan menempuh maut untuk keluhuran tanah airmu. Percaya dan yakinlah, bahwa kemerdekaan suatu Negara yang didirikan di atas timbunan runtuhan ribuan jiwa harta benda dari rakyat dan Bangsanya, tidak akan dapat dilenyapkan oleh manusia, siapapun juga". (Jogjakarta, 5 Oktober 1945).

Penyelesaian cara terbaik yang ditempuh Negara terhadap separatisme adalah pencegahan/preventif sesegera mungkin, karena telah mengarah kepada tindakan kekerasan dan pembunuhan kepada aparat negara. Penembakan Pratu Sandi anggota Kopassus beberapa waktu yang lalu oleh separatis KKSB Papua tidak boleh dibiarkan. Pelakunya harus tetap dicari hingga ketemu hidup atau mati. Sebab jika dibiarkan berkeliaran maka korban akan semakin banyak berjatuhan. Baik korban sipil maupun dari korban aparat. Jadi Pelaku penembakan harus dituntaskan hingga ketangkap. Sebab jika tidak ada tindakan tegas tidak menutup kemungkinan akan ada korban lain lagi.

Seperatis harus dilawan dengan kekuatan bersenjata karena kelompok KKSB juga memiliki senjata. Tidak ada tempat bagi pelaku kriminal. Mereka hanya dua pilihan, kembali ke pangkuan NKRI atau mati. Lawan negara berarti separatisme KKSB siap melawan aparat TNI. Kalau tidak mau menyerah aparat harus berani ambil sikap tegas habisi hingga tidak tersisa. Rakyat Papua selalu menanti karya aparat TNI dalam menumpas kejahatan bersenjata. Rakyat Papua akan selalu berdiri di belakang aparat TNI demi kemaslahatan bangsa dan negara. Rakyat Papua rindu kedamaian dan kami butuh aparat yang tegas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun