Seperti yang diketahui, menulis merupakan kegiatan yang membutuhkan konsentrasi penuh untuk dapat menghasilkan tulisan yang baik dan benar. Tidak jarang, jika di tengah-tengah kegiatan menulis ada sesuatu yang menginterupsi, konsentrasi bisa buyar seketika. Ide-ide yang akan dituliskan tiba-tiba hilang. Oleh karenanya, banyak yang mengira bahwa menulis itu susah, apalagi jika menulis buku sampai ratusan halaman. Tapi, benarkah menulis buku itu susah?
Indari Mastuti, perempuan yang sudah menulis lebih dari 345 buku ini awalnya juga merasa bahwa menulis buku itu susah. Pendiri Indscript Creative ini mengawali karirnya sebagai penulis artikel. Antara menulis artikel dan menulis buku tentu jauh berbeda. Menulis artikel bisa dilakukan dalam sekali duduk. Cukup menulis dua sampai tiga halaman, artikel sudah jadi. Sedangkan menulis buku membutuhkan waktu lebih lama dan ide-ide yang berkesinambungan.Â
Namun, ternyata menulis buku tidak seseram yang dibayangkan, asalkan tahu ilmunya. Bahkan, sekarang Indari Mastuti bisa membimbing orang lain yang ingin menulis buku dalam waktu tiga puluh hari dan buku tersebut langsung diterbitkan. Lalu, apa rahasianya supaya menulis buku menjadi menyenangkan dan mudah dilakukan? Langsung saja simak ulasannya berikut ini.
Menulis Buku Membutuhkan Motivasi yang KuatÂ
Menulis buku tidak membutuhkan bakat khusus, tetapi komitmen yang kuat. Harus sungguh-sungguh untuk menyelesaikan penulisan tersebut sampai akhir. Tidak jarang, seseorang sudah berniat ingin menulis buku, tetapi tidak pernah selesai. Padahal outline sudah dibuat, dan ide sudah menumpuk di kepala. Oleh karena itu, dibutuhkan motivasi yang kuat agar buku tersebut selesai.Â
Jika motivasi dari dalam diri terasa kurang, cobalah untuk membaca buku yang bisa membangkitkan semangat atau mengikuti komunitas dengan minat yang sama. Lingkungan yang positif akan membantu meningkatkan motivasi untuk menulis. Lebih baik lagi, jika mencari mentor menulis buku. Dengan demikian, menulis buku akan lebih mudah dilakukan.
Menulis Buku Berdasarkan Pengalaman
Menulis buku lebih mudah dilakukan jika berdasarkan pengalaman pribadi. Seseorang akan lebih luwes ketika menceritakan pengalamannya sendiri. Dia tidak harus berimajinasi untuk membuat cerita yang menarik. Apa yang akan dituliskan sudah pernah dia lakukan.
Indari Mastuti juga banyak menulis buku berdasarkan pengalaman pribadinya. Bagaimana caranya berbisnis online, apa saja tips-tips dalam berbisnis online, bagaimana dia mendapat omset ratusan juta dari Facebook dan WhatsApp, semua itu adalah pengalaman pribadinya. Dengan demikian, menulis buku akan menjadi lebih mudah.
Hilangkan Rasa Khawatir
Perasaan yang sering menghinggapi penulis buku, apalagi yang baru pertama kali adalah perasaan khawatir jika tulisannya jelek. Khawatir jika buku tersebut tidak diterima masyarakat atau jika apa yang diceritakan dalam buku dianggap tidak penting. Perasaan ini membuat seseorang terus saja maju-mundur, sehingga buku tidak pernah selesai.
Perlu diketahui bahwa setiap orang mempunyai pengalaman masing-masing yang tentu berbeda dengan orang lain. Bisa jadi cerita tersebut mempunyai ide yang sama, tetapi cara mencapainya pasti berbeda. Misalnya, banyak orang yang menceritakan kisahnya membangun usaha, tetapi cara yang mereka lakukan pasti berbeda. Jadi, tidak perlu membandingkan pengalaman pribadi dengan pengalaman orang lain karena setiap pengalaman itu unik.
Hindari Sikap Perfeksionis
Terakhir, hindari sikap perfeksionis. Merasa bagian ini kurang, cover tidak sesuai selera, atau ingin ini itu yang lainnya hanya akan membuat buku tidak kunjung selesai. Belum lagi, hal itu berpotensi membuat pihak yang terlibat merasa kurang respect.Â