Mohon tunggu...
Imi Suryaputera™
Imi Suryaputera™ Mohon Tunggu... Jurnalis, Penulis, Blogger

Pria, orang kampung biasa, Pendidikan S-3 (Sekolah Serba Sedikit)\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gaduk, Miras Made In Anak Negeri

16 Februari 2011   09:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:33 2601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di daerahku, nun jauh di bagian tenggara pulau Kalimantan, sudah cukup lama terdapat trend baru di kalangan banyak remaja, terutama remaja yang putus sekolah. Trend baru itu mereka sebut Gaduk, mungkin akronim dari Gajah Duduk, atau Gajah Diaduk. Ini istilah untuk menyebut minuman keras (Miras) yang dioplos dari cairan alkohol 80 persen atau lebih dengan air putih dan bubuk energy drink bentuk sachet. Adapun istilah Gaduk sendiri dicomot dari gambar atau merk cairan alkohol bergambar gajah. Miras oplosan tersebut menjadi menu minuman keseharian para remaja penjaga parkir, buruh maupun kuli bangunan, tukang beca ataupun ojek, terutama jika terdapat panggung hiburan. Mahalnya harga Miras yang hampir-hampir tak terjangkau oleh kocek mereka, menjadikan mereka kreatif meramu minuman keras sendiri, ibarat sebuah iklan rokok terkenal, yang penting.....happy. Untuk menikmati Gaduk biayanya cukup murah meriah, sebotol cairan alkohol berharga Rp 5 ribu, ditambah 1 sachet bubuk energy drink seharga Rp 1 ribu, plus air putih gratisan, maka terhidanglah Miras Gaduk berwarna kuning ataupun ungu. Miras oplosan tersebut bisa dinikmati oleh lebih dari 1 orang. Adapun efek mabuknya kurang lebih setara dengan minum bir hitam 3 botol. Sedangkan dampak bahayanya, nggak usah ditanya, mereka yang minum pasti berdalih, "sama saja, Miras yang murah atau mahal sama-sama mengandung alkohol dan berbahaya." Nah lho, padahal cairan alkohol yang mereka tenggak itu adalah larutan yang biasa dipergunakan perawat atau dokter untuk membersihkan luka, atau merendam jarum suntik. "Isi dalam perut kita akan steril dengan minum alkohol," dalih mereka pula. Atau ada pula diantara mereka yang bilang, "anggap saja kita sedang menikmati minuman yang diramu bartender, cocktail atau long island." Sebenarnya mereka bukan tidak dengar atau tahu sudah berapa banyak yang mati karena Miras oplosan. Tapi memang sebuah kebiasaan, atau sekedar rame-rame itu mahal harganya, bahkan mesti mempertaruhkan nyawa sekalipun. Mereka yang minum Gaduk tersebut merasa sudah biasa. Terkadang mereka sambil berseloroh antar sesama mereka dengan teguran, "sudah berapa banyak menyembelih gajah ?" Saya tak tahu persis apakah fenomena Gaduk ini juga terdapat di daerah lainnya. Namun saya kira para remaja di daerahku telah mencontohnya dari daerah lain, atau bisa juga ditiru dari kebiasaan remaja di luar daerah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun