Mohon tunggu...
Imelda PutriAsthari
Imelda PutriAsthari Mohon Tunggu... mahasiswa

sedang belajar di unair

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Upaya Mahasiswa Unair Dorong Perubahan Pengelolaan Sampah Di Desa Kendalrejo

30 Juli 2025   17:04 Diperbarui: 30 Juli 2025   17:03 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kendalrejo, 30 Juli 2025 -- Perubahan nyata dalam pengelolaan sampah kini mulai terlihat di Desa Kendalrejo, Kabupaten Banyuwangi. Berkat inisiatif dari mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) BBK 6 Universitas Airlangga (Unair), masyarakat desa mulai aktif menerapkan konsep ecobrick sebagai solusi kreatif dalam menangani permasalahan limbah plastik yang selama ini menjadi persoalan lingkungan yang belum terselesaikan.

Gerakan ini dilatar belakangi oleh keresahan masyarakat dan perangkat desa terhadap tingginya volume sampah plastik yang berserakan di berbagai titik, mulai dari saluran air, halaman rumah, hingga di sekitar aliran sungai kecil yang mengalir melintasi kawasan pemukiman. Tidak sedikit pula warga yang memilih membakar sampah plastik di halaman rumahnya, yang kemudian menimbulkan polusi udara dan dampak negatif bagi kesehatan.

Melihat kondisi tersebut, kelompok KKN BBK 6 Unair berinisiatif menggagas program bertajuk "Ecobrick: Solusi Menarik Kurangi Sampah Plastik", sebagai bentuk kolaborasi edukatif antara mahasiswa, pemerintah desa, dan masyarakat. Program ini mulai dilaksanakan sejak pertengahan Juli 2025 dan berhasil menggerakkan masyarakat dari berbagai usia untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitarnya.

Konsep ecobrick sendiri cukup sederhana namun berdampak besar. Warga diajak untuk mengumpulkan sampah plastik rumah tangga, seperti bungkus makanan ringan (snack), sedotan, kantong plastik, bungkus sabun dan deterjen, kemudian memotongnya kecil-kecil dan memasukkannya ke dalam botol plastik bekas air mineral ukuran 250 ml. Botol tersebut diisi secara padat hingga mencapai berat minimal 200 gram agar dapat dijadikan bahan konstruksi bangunan alternatif. Ecobrick ini nantinya akan dimanfaatkan untuk membuat kursi taman, pot tanaman, hingga dinding taman baca yang direncanakan akan dibangun di lingkungan desa.

Proses Pembuatan Ecobrick Bersama Anggota Pelangi Migrant Care
Proses Pembuatan Ecobrick Bersama Anggota Pelangi Migrant Care

Setiap pekan, warga berkumpul di balai desa untuk menyerahkan ecobrick, mengikuti pelatihan sederhana, serta berpartisipasi dalam sesi praktik membangun struktur sederhana dari ecobrick. Kegiatan ini tidak hanya melibatkan orang dewasa, tetapi juga anak-anak sekolah dasar yang dilibatkan secara aktif sebagai bagian dari pendidikan lingkungan hidup sejak dini. Para siswa diberi tugas untuk membawa ecobrick ke sekolah dan belajar tentang pentingnya daur ulang serta menjaga kebersihan lingkungan melalui pendekatan yang menyenangkan.

Kepala Desa Kendalrejo, Bapak Jaini, menyampaikan apresiasinya atas kontribusi nyata mahasiswa KKN Unair yang dinilai mampu membawa perubahan positif dalam budaya masyarakat desa. Beliau menyebut bahwa program ini sejalan dengan visi desa untuk menjadi wilayah yang mandiri dan berwawasan lingkungan. Untuk mendukung program ini, pemerintah desa juga telah membentuk struktur organisasi pengelola lingkungan berupa Bank Sampah Desa, yang berperan sebagai pusat pengumpulan, edukasi, dan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

"Kami percaya bahwa masalah lingkungan tidak bisa hanya diselesaikan oleh pemerintah atau lembaga besar saja. Perubahan dimulai dari tingkat rumah tangga, dari kebiasaan kecil. Warga Kendalrejo sudah membuktikan bahwa sampah bukan musuh, tapi bisa menjadi sumber daya baru yang bernilai," ujar Bapak Jaini dalam sambutannya pada kegiatan Ecobrick Day yang digelar pada Senin, 28 Juli 2025.

Prototype Ecobrick Berupa Pot Bunga
Prototype Ecobrick Berupa Pot Bunga

Seiring berjalannya waktu, respon masyarakat semakin antusias. Hingga akhir Juli 2025, ratusan sampah plastik telah berhasil dikumpulkan. Selain berdampak pada pengurangan limbah plastik, program ini juga berhasil menanamkan nilai-nilai gotong royong, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap lingkungan hidup kepada seluruh lapisan masyarakat.

Warga kini mulai terbiasa memilah sampah dari rumah, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan melibatkan anak-anak dalam kegiatan yang bersifat produktif. Beberapa keluarga bahkan menjadikan kegiatan membuat ecobrick sebagai aktivitas rutin sore hari bersama anak-anak mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun