Mohon tunggu...
Siti Masriyah Ambara
Siti Masriyah Ambara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemimpi dengan banyak keterbatasan

Perempuan pekerja lepas yang mencintai Indonesia dengan segala dinamikanya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Merindukan Ulama Hijau

4 Februari 2017   11:53 Diperbarui: 4 Februari 2017   12:18 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: lh5.googleusercontent.com

Kala melihat begitu mudahnya orang melempar sampah dari balik jendela kendaraannya, betapa orang lebih memilih memiliki garasi daripada ruang hidup untuk tanaman, ketika  sampah berbau menyengat teronggok di pinggir jalan, ketika itulah saya merindukan hadirnya para ulama hijau. Saya menggunakan istilah ini untuk menyebut para pemuka agama yang memiliki wawasan lingkungan. 

Ulama yang memiliki pemahaman luas bagaimana Islam begitu tingginya menempatkan lingkungan sebagai satu unsur dimuka bumi ini yang harus dijaga. Meski nyata-nyata termaktub dalam beberapa surah di Al-Quran salah satunya Ar Rum ayat 41 dimana Allah menerangkan bahwa terjadinya kerusakan di muka bumi ini adalah ulah dari perbuatan manusia itu sendiri. Pun dalam hadis tercantum dengan jelas bahwa "kebersihan adalah sebagian dari iman". Namun, sungguh, ajaran mulia tersebut sulit dilihat aplikasinya di negeri yang penghuninya sebagian besar mengaku muslim ini.

Saya jarang, jika tidak dibilang belum pernah, mendengar secara langsung ceramah ulama di mimbar-mimbar keagamaan yang menyinggung persoalan ini. Sering kali yang mereka serukan adalah cara mencapai surga dengan ibadah vertikal. Mungkin ada, saya yakin mereka justru ada di pelosok-pelosok desa yang tidak terjamah media. Tapi sungguh sayang, para ulama yang memiliki akses ke media, yang wajahnya sering wara-wiri di televisi, tak pernah terdengar menyerukan betapa memelihara alam dan lingkungan adalah  upaya menghargai alam ciptaan Tuhan. Hal ini sekaligus berarti juga menjaga kelangsungan hidup orang banyak. 

Sumber: sailanmuslim.com
Sumber: sailanmuslim.com
Buruknya kualitas lingkungan kita tidak lepas dari minimnya peran ulama sebagai bagian dari masyarakat yang punya andil besar dalam memberi arahan bagaimana mengamalkan ajaran agama. Mereka bukan juru dakwah yang hanya menyampaikan ajaran tata cara ibadah, tapi lebih penting dari itu, mengamalkan ajaran agama yang memiliki dampak lebih luas bagi masyarakat. Bukan hanya mengurus ukhrawi tapi juga duniawi. Bukan hanya hablum minallah tapi juga hablum minannas. Dan, menjaga lingkungan dan kelestarian alam jelas adalah tugas penting manusia sebagai khalifah di dunia. Bumi dan seisinya ini adalah warisan yang harus kita jaga demi kelangsungan hidup manusia. Menjaga kelestarian alam dan lingkungan juga adalah bagian dari ibadah, bentuk ketaatan kita sebagai hamba, yang memiliki nilai khusus di hadapan Ilahi.

Peran strategis ulama untuk mengarahkan umat agar memahami perannya sebagai pemegang amanah mengelola alam dengan bijak dan memanfaatkannya dengan proporsional ini diakui oleh pemerintah. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun telah digandengan oleh Kementerian Lingkungan Hidup untuk merumuskan fatwa terkait lingkungan ini, yakni fatwa pengelolaan sampah. Dalam fatwa itu, tersurat jelas bahwa setiap Muslim wajib menjaga kebersihan lingkungan, memanfaatkan barang gunaan untuk kemashlahatan serta menghindarkan diri dari berbagai penyakit serta perbuatan tabzir (memubazirkan sesuatu) dan israf (berlebih-lebihan). 

Menurut fatwa tersebut, membuang sampah sembarangan, membuang barang yang masih bisa dimanfaatkan itu haram hukumnya karena masuk kategori perbuatan tabzir atau mubazir. Mubazir itu adalah perbuatan setan. Selain seruan kepada individu, fatwa tersebut juga menyeru pemerintah dan pengusaha untuk mengelola sampah secara buruk untuk menghindari dampak buruk pada mahluk hidup dan lingkungan.

Adakah ulama yang mensosialisasikan fatwa luar biasa ini? Saya tidak tahu, jarang sekali seruan ini terdengar. bahkan beberapa waktu belakangan ini, mimbar keagamaan banyak difungsikan menyebar kebencian pada golongan diluar Islam. Bahkan saya tidak tahu berapa banyak Kompasioner yang tahu bahwa ada fatwa tersebut. Karena, sependek pengetahuan saya, fatwa MUI yang populer saat ini adalah soal penistaan agama. Padahal, perbuatan merusak alam dan lingkungan, adalah bentuk penistaan agama yang sesungguhnya.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun