Drama politik dibalut bumbu agama memang paling sip untuk terus dimainkan. Seperti layaknya sinetron tak bermutu yang hadir di layar kaca, drama jelang Pilkada DKI terus menerus diputar. Selesai satu babak, berlanjut ke babak berikutnya. Tokoh baru terus bermunculan memainkan adegan baru seolah enggan membuat penutup karena penonton masih menunggu. Menggunakan segala upaya membuat plot baru yang diharapkan mengundang penonton baru.
Kali ini, ungkapan kontroversial Ahok di persidangannya yang ke-8 dimana sesepuh NU sekaligus Ketua MUI, Kyai Ma'ruf Amin hadir sebagai saksi, adalah bahan skenario baru bagi Demokrat. Partai pengusung cagub DKI Agus Harimurti Yudhoyono ini tampak bersemangat menggunakan kontroversi di persidangan itu sebagai alat untuk terus menjegal langkah cagub petahana untuk maju dalam kontestasi politik terheboh di negeri ini. Kenapa bisa saya katakan menjegal, jelas karena Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Agus Hermanto meminta agar, lagi-lagi, ungkapan Ahok dipersidangan dalam kapasitasnya mempertanyakan alat bukti, diproses secara hukum.
Buat saya, pernyataan ini sungguh lucu dan sarat dengan kepentingan politik. Bagaimana tidak? Kenapa Demokrat harus mengeruhkan suasana yang sudah mulai kondusif paska persidangan 31 Januari kemarin. Ahok sudah minta maaf dan Pak Kyai sudah menerima maaf. Ada apa tiba-tiba Demokrat kembali memunculkan wacana soal proses hukum jika memang tidak ada "udang dibalik batu". Â Mengapa Demokrat bersikap berbeda ketika menghadapi persoalan dugaan korupsi yang dilakukan Sylviana Murni, cawagub pasangan Agus Yudhoyono?Â
Bahkan, Demokrat terkesan menghalangi upaya pemeriksaan kasus korupsi tersebut. Sekretaris Fraksi Partai Demokrat, Didik Mukrianto, dalam statementnya juga meminta agar Polri bersikap netral dalam kehidupan politik dan tidak melibatkan diri pada kegiatan politik praktis sesuai Pasal 28 UU 2/2002 Tentang Kepolisian Negara Indonesia (http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/01/20/demokrat-minta-polri-bersikap-fair-saat-periksa-sylviana-murni).
Lagi-lagi drama yang sedang dimainkan Demokrat saat ini menjadi ujian bagi segenap warga NU untuk tidak terseret dalam pertarungan politik. Karena tokoh yang dinilai dilecehkan oleh cagub petahana pun sudah membuka pintu maafnya. Saat ini, NU memegang kunci untuk memastikan kontestasi politik ini berjalan dengan adil, jujur dengan tidak membiarkan segelintir politisi menggunakan NU sebagai bidak catur untuk kepentingan mereka semata.