Mohon tunggu...
Siti Masriyah Ambara
Siti Masriyah Ambara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemimpi dengan banyak keterbatasan

Perempuan pekerja lepas yang mencintai Indonesia dengan segala dinamikanya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Stigma, "Virus" yang Perlu Dibasmi Saat Pandemi

4 April 2020   16:19 Diperbarui: 4 April 2020   21:27 2872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas medis bersiap di ruang perawatan Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020). (ANTARA FOTO/HERU SRI KUMORO)

Masih ada kelompok masyarakat yang tega memperlakukan para tenaga medis yang berjuang mati-matian menyelamatkan hidup pasien Covid-19 atau tega memperlakukan anggota keluarga pasien Covid-19 seolah-olah mereka sumber virus yang harus dijauhi.

PERAN MEDIA DALAM MELAWAN STIGMA
Meskipun perlakuan masyarakat didasarkan pada rasa khawatir berlebihan, takut, dan panik, ini dipahami. Namun akan menjadi bahaya jika tidak segera ditanggulangi.

Bukan tidak mungkin, stigma ini akan terus berlanjut bahkan setelah antivirus ditemukan. Seperti halnya stigma pada pasien AIDS yang hingga kini masih didera stigma yang membuat mereka menyembunyikan status kesehatannya.

Tidak bisa dipungkiri, media berperan besar dalam upaya melawan stigma ini. Karena pemberitaan di media menjadi rujukan bagi masyarakat untuk menentukan sikap. Contoh kasus ketika pemberitaan pasien yang pertama kali diidentifikasi terinfeksi Covid-19 di daerah Depok, Jawa Barat.

Pemberitaan media membuat pasien justru mendapat citra buruk media mempublikasi informasi personal yang tidak ada kaitannya dengan status kesehatannya. Hingga tudingan macam-macam pun muncul dari publik yang membuat pasien merasa tertekan.

Media harus menjalankan fungsi sebagai penyedia informasi dengan tidak menyajikan berita yang justru memperkuat asumsi, keterkaitan yang tidak jelas antara penyakit dengan faktor lain seperti asal virus, tidak menyebarkan ketakutan dan tidak merendahkan harga diri pasien Covid-19.

Media, terutama yang berbasis online, harus menghentikan model pemberitaan clickbait yang bertujuan memancing rasa penasaran pembaca dengan judul yang bombastis untuk memperbanyak jumlah "klik" dan "view". 

Model pemberitaan yang mengandalkan pemilihan judul yang heboh da nisi berita yang tidak ada hubungannya atau kurang edukatif akan memperburuk situasi. Terlebih budaya literasi di Indonesia sangat minim, akibatnya kepanikan akan semakin tidak terkendali dan ujungnya pasien Covid-19 yang akan terkena imbasnya.

Media yang patuh pada etika jurnalisme tidak akan menyajikan informasi yang hanya berfokus pada kehidupan pribadi pasien, menelusuri kehidupan pribadinya yang sungguh tidak ada kaitannya dengan upaya melawan Covid-19.

Pemberitaan tanpa etika hanya menyebarkan ketakutan dan spekulasi negatif. Orang akan jadi takut untuk memeriksakan diri dan mencari bantuan kesehatan karena ancaman stigma. Akibatnya jelas, proses penularan akan menjadi lebih rumit, meluas dan tidak terkendali.

Semua komponen masyarakat memang harus melawan stigma bersama-sama, namun tidak bisa dipungkiri media memiliki peran strategis dalam hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun