Rejeki yang kita terima tidak terlepas dari Berkah dan kebaikan Tuhan kita. Sebagai umat beriman tentu kita tidak boleh melupakan itu. Rejeki tidak datang begitu saja. Namun bila kita diberi kelimpahan, ingatlah bahwa di sisi lain ada sesama yang berkekurangan.
Manusia memang mempunyai dua sisi kehidupan, yakni sisi baik dan sisi buruk. Ketamakan, kerakusan, iri, adalah bagian dari sisi buruk manusia. Walaupun sifat ini sangat manusiawi sekali.
Hidup di perkotaan mau tidak mau kita akan berdampingan dengan berbagai macam karakter dan derajat manusia. Tingkat pendidikan dan strata sosial yang berbeda pula.Â
Kita seperti ditantang untuk menjaga prinsip atau komitmen hidup yang sudah dicanangkan sejak awal melangkah membentuk kehidupan berkeluarga.Â
Namun kenyataannya tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Melihat tetangga membeli motor keren keluaran terbaru, tentu mata akan berbicara. Belum lagi kalau ada anak tetangga punya sepeda baru. Wah tantangan semakin berat.Â
Bagaimana kita bisa mengajarkan kepada anak-anak tentang kehidupan yang sederhana, tidak jor-joran dan menerima apa adanya, kalau kita sendiri sebagai orangtua tidak memberikan contoh keteladanan kepada mereka.
Hedonisme, ini istilah baru dan asing di telinga saya.Â
Menurut KBBI, hedonisme adalah sebuah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. (sumber: KBBI.web.id).Â
Istilah ini akhir-akhir ini menjadi sorotan terutama saat merebaknya kasus-kasus dari institusi Polri.
Mungkin kita perlu berpikir kembali, flashback, untuk apa sih kita hidup? Untuk gengsi? "Makan tuh gengsi. Nggak usah makan nasi..!!" Pernah dengar kata-kata ini yaa.
Jagalah keseimbangan hidup kita dengan mengingat kembali komitmen dan prinsip hidup di mana harta dan tahta hanyalah sebuah prasarana bagi kita untuk peduli dan berbagi. Bukan dinikmati sendiri.