Masih ingat dengan butir-butir Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)? Generasi yang bersekolah di era 80 an hingga 90 an tentu akrab dengan pelajaran di sekolah tentang P4 itu.Â
Sesungguhnya isi pelajaran itu sangat bagus. Tetang nilai sikap yang merupakan penjabaran dari sila-sila Pancasila. Diharapkan dengan pengajaran P4 itu masyarakat Indonesia menjadi hidup berpedoman pada nilai-nilai luhur Pancasila.Â
Penyebaran tentang P4 itu dilakukan secara masif. Berbagai kalangan dimasuki dengan berbagai metode. Namun, yang paling penulis ingat yaitu Cerdas Cermat P4. Â
Di setiap jenjang pendidikan dari SD hingga perguruan tinggi (seingat penulis) gencar diadakan Lomba Cerdas Cermat P4. Di kelompok Karang Taruna ada Lomba Cerdas Cermat P4. Di PKK desa atau kelurahan ada Lomba Cerdas Cermat P4. Pokoknya P4 waktu itu mewarnai di seluruh kelompok masyarakat.
Harapannya Pancasila menjadi Pandangan  hidup bangsa. Kalau itu hal yang bagus, kenapa kemudian terputus berhenti?
Sudah penulis sampaikan bahwa P4 dari sisi isi menang bagus. Dari tujuan pengajaran juga bagus. Sayangnya teknik pengajarannya itu yang relatif hanya menuntut kemampuan kognitif sehingga tidak signifikan mengubah perilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.Â
Hal yang demikian itu bisa dibuktikan dengan peristiwa sebagai berikut.Â
Tim juara Lomba Cerdas Cermat P4 belum tentu dia rajin menolong sesamanya. Bahkan penulis menjumpai siswa SMA yang baru saja mendapatkan nilai sempurna yakni 109 ulangan P4 tetapi ketika mengendarai motor menerobos lampu merah.Â
Ada juga anak SMA yang saat menyeberang jalan lari begitu saja tanpa menghiraukan kiri dan kanan. Padahal waktu itu ada nenek nenek di sebelahnya kesulitan menyeberang jalan.Â
Parahnya, pas ulangan P4 di sekolah ada soal kasusistis demikian: Saat akan menyeberang jalan raya kamu melihat seorang nenek ketakutan tidak berani menyeberang jalan. Apakah yang kamu lakukan? Parahnya, siswa itu menuliskan jawaban di lembar jawaban " saya akan menyeberangkan nenek tersebut terlebih dahulu." Wow, keren bukan jawaban si siswa?!
Sayang sekali dalam praktik hidup di masyarakat yang sesungguhnya tidak demikian. Hal itu menjadikan pelan tapi pasti P4 dipleset-plesetkan, entah oleh siapa. Ada yang memlesetkan menjadi Pergi Pagi Pulang Petang, ada lagi justru para siswa yang berkelakar Piring Pecah Pancal Pitik dan entah apa lagi.Â
Cara Mengajarkan Nilai Pancasila dengan Teknik Bukan MengajarÂ