Mohon tunggu...
Maulida Imania
Maulida Imania Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Madiunku Bukan Lagi Kota PKI

9 November 2017   21:53 Diperbarui: 9 November 2017   22:04 2000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://irsalinarizky.student.umm.ac.id

Pasti sudah tidak asing lagi dengan kotaku, Kota Madiun. Kota yang selalu dikait-kaitkan dengan PKI. Sudah tercatat dalam sejarah Indonesia bahwa PKI berusaha untuk mengganti ideologi Indonesia.

Pada tahun 1948 lalu, terjadi pemberontakan komunis yang dikenal sebagai PKI, di Madiun. Pemberontakan inii dipimpin oleh Musso. Kita tahu, PKI adalah partai komunis, partai yang tidak mempercayai adanya Tuhan. Mereka berpendapat bahwa Pancasila tidak sesuai dengan Indonesia. Pada akhirnya, PKI bergekolak dan berusaha mengusai daerah-daerah yang dianggap strategis di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dan Madiun adalah salah satunya. Bahkan, Madiun dijadikan pusat pemerintahannya.

PKI berusaha melenyapkan segala yang menghalanginya. Banyak ulama dan santri yang dibunuh secara kejam. Bahkan pada masa itu banyak mayat bergelimpangan di sepanjang jalan. Monumen kresek yang bertempat di Dungus, Madiun menjadi bukti sejarah betapa kejamnya PKI.

Dari fakta sejarah, Madiun dulu adalah sarang PKI terbawa hingga masa selanjutnya. Anak cucu anggota PKI dianggap masih memegang ideologi tersebut dan didiskriminasi di kalangan masyarakat. Menurut sumber, mereka selalu diawasi gerak-geriknya dan tidak dibiarkan untuk menjadi pegawai Negeri. Pada waktu itu, masyarakat Madiun masih sangat sensitif  terhadap PKI karena rasa sakit hatinya akan kekejaman PKI terdahulu.

Ada cerita sedikit ketika pemuda-pemudi Madiun yang merantau, dan sekarang mungkin seumuran dengan bapak saya. Ketika ditanya, "Dari mana, Mas?" "Dari Madiun" "Ohh, Kota PKI?". Sesungguhnya memang sangat sulit merubah anggapan masyarakat terhadap Madiun. Namun, mau bagaimana? Ini memang fakta sejarahnya.

Namun, semakin berkembangnya zaman dan teknologi, anggapan semacam itu mulai berubah. Dan sekarang ini, masa dimana saya tumbuh sebagai remaja yang ceria *eeh, Madiun bukan lagi kota PKI.

Madiun yang sekarang lebih dikenal dengan kelebihan-kelebihannya. Beberapa julukan Madiun adalah Kota Brem, Kota Pecel, Kota Sastra, Kota Sepur, Kota Pelajar, Kota Budaya, dan Kota Gadis.

Pertama Kota Brem, mengapa Madiun dikenal dengan Kota Brem? Brem adalah makanan khas dari Madiun. Makanan tradisional ini sejenis kue kering yang terbuat dari sari beras ketan yang difermentasi. Rasanya yang khas membuat brem ini dijadikan sesuatu yang wajib dibawa ketika berkunjung ke Madiun.

Madiun Kota Pecel. Sudah tidak diragukan lagi sambel pecel Madiun punya rasa yang khas. Kebiasaan orang Madiun yang menyukai pedas membuat sambel pecel Madiun khas dengan pedasnya. Walaupun sekarang sambel pecel Madiun sudah banyak variasi level pedasnya. Ini ditujukan untuk menarik wisatawan yang heterogen.

Letak Madiun lebih dekat dengan Surakarta, Jawa Timur. Sehingga kebiasaan, bahasa, dan kebudayaannya pun lebih condong ke Jawa Tengah. Ini berimbas pada pelajar-pelajar Madiun sedikit banyak menguasai sastra. Salain itu kebudayaan di Madiun juga masih sangat kental, seperti pencak silat dan dongkrek. Karena itulah Madiun dikenal sebagai Kota Sastra dan Budaya.

Siapa yang tidak tahu PT. INKA? PT. INKA adalah badan usaha milik negara yang bergerak di industri sarana kereta api yang bertempat di Kota Madiun. Maka tak heran Madiun dikenal dengan Kota Sepur atau Kota Kereta Api. Selain itu, dulu Madiun merupakan arus lalu lintas kereta api yang ramai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun