Metode itu terbukti mampu mempertahankan kandungan nutrisi. Berdasarkan  hasil uji laboratorium, kandungan asam amino pada tepung kelor produksi  Dudi masih lengkap, yakni mencapai 18 jenis asam amino. Dudi juga  melakukan uji coba memproduksi aneka olahan daun kelor.
Sayangnya lokasi produksi di NTT yang jauh menjadi kendala bagi Dudi  untuk memasarkan olahan daun kelor. Itulah sebabnya Dudi akhirnya  memutuskan untuk memproduksi olahan kelor di Blora.Â
Di sana ia  bekerjasama dengan Bram membudidayakan kelor di lahan 3 hektare secara  organik. Untuk mengembangkan usaha, Dudi yang juga nasabah Bank Rakyat  Indonesia (BRI), memanfaatkan fasilitas pinjaman melalui program Kredit  Usaha Rakyat (KUR) sebanyak Rp200 juta. Pinjaman itu ia gunakan untuk  membangun sarana pengolahan dan pengemasan.
Pada 2014 Dudi mengikuti konferensi moringa internasional di  Filipina. "Dalam acara itu para peserta lain masih membicarakan tentang  cara budidaya kelor yang benar. Saya datang sudah membawa cokelat  kelor," katanya. Ia pun banjir sanjungan. Sejak itu permintaan tepung  daun kelor dari berbagai negara deras mengalir.Â
Dudi juga kebanjiran  tamu dari berbagai negara, seperti Arab Saudi, Norwegia, dan  negara-negara dari Benua Afrika. Salah satunya David hingga akhirnya  berlanjut bekerja sama. Banyaknya tamu yang berkunjung mendorong Dudi  untuk membangun Pusat Pembelajaran Moringa Organik Indonesia. Dari Blora  kelor tembus pasar mancanegara. (Imam Wiguna)