Mohon tunggu...
Imam Sodri
Imam Sodri Mohon Tunggu... MAHASISWA

Berbagi cerita dan pandangan tentang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Debat panas di Kelas, tapi dingin dalam etika: Apa kata Syekh Al-Zarnuji?

28 September 2025   00:27 Diperbarui: 28 September 2025   00:30 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Diskusi dan perdebatan ilmiah bukan hal asing bagi mahasiswa. Saya pribadi, sebagai salah satu bagian dari lingkungan kampus, sudah terbiasa melihat dan terlibat dalam sesi adu argumen di kelas. Biasanya dimulai dari tugas yang diberikan dosen---kami dikelompokkan, mengerjakan materi, lalu mempresentasikan hasilnya di depan teman-teman sekelas.

Sesi paling menarik justru bukan saat presentasi berlangsung, tapi ketika sesi tanya jawab dibuka. Di sinilah biasanya terjadi adu gagasan, saling mengkritik, memberi masukan, bahkan berargumen tajam. Suasananya bisa sangat hidup, menunjukkan bahwa mahasiswa benar-benar membaca dan memahami materi yang dibahas. Tapi, dari sinilah pula saya mulai merenung dan bertanya: apakah kita semua sudah berdebat dengan benar? Apakah kita sudah memahami adab dalam berdiskusi, bukan hanya sebatas menunjukkan siapa yang lebih tahu?

Saya perhatikan, meskipun diskusi berlangsung aktif, ada saat-saat di mana perdebatan mulai bergeser dari substansi ke sisi emosional. Nada bicara meninggi, sikap saling menyalahkan muncul, bahkan ada yang secara halus meremehkan argumen lawan. Di sinilah saya merasa ada yang perlu kita koreksi sebagai mahasiswa: semangat debat yang tinggi memang penting, tapi tanpa adab, semua itu bisa berubah jadi ajang saling menjatuhkan.

Di tengah perenungan itu, saya teringat pada sebuah karya klasik yang dulu pernah saya pelajari: kitab Ta'lm al-Muta'allim karya Syekh al-Zarnuji. Kitab ini tidak hanya mengajarkan tentang cara menuntut ilmu, tetapi juga menekankan pentingnya etika dan tata krama dalam proses belajar, termasuk saat melakukan diskusi dan musyawarah ilmiah.

Nasihat Emas dari Ulama Klasik

Dalam salah satu bagian kitab Ta'lm al-Muta'allim, Syekh al-Zarnuji menyampaikan:

[] .

Artinya:
Seorang pelajar seharusnya melakukan Mudzakarah (forum saling mengingatkan), munadharah (forum saling mengadu pandangan) dan mutharahah (diskusi). Hal ini dilakukan atas dasar keinsyafan, kalem dan penghayatan serta menyingkiri hal-hal yang berakibat negatif. Munadharah dan mudzakarah adalah cara dalam melakukan musyawarah, sedang permusyawaratan itu sendiri dimaksudkan guna mencari kebenaran. Karena itu, harus dilakukan dengan penghayatan, kalem dan penuh keinsyafan. Dan tidak akan berhasil, bila dilaksanakan dengan cara kekerasan dan berlatar belakang yang tidak baik. Apabila di dalam pembahasan itu dimaksudkan untuk sekedar mengobarkan perang lidah, maka tidak diperbolehkan menurut agama. Yang diperbolehkan adalah dalam rangka mencari kebenaran. Bicara berbelit-belit dan membuat alasan itu tidak diperkenankan, selama musuh bicaranya tidak sekedar mencari kemenangan dan masih dalam mencari kebenaran.

Membaca kembali bagian ini membuat saya tersentak. Ternyata, nilai-nilai ini sangat relevan dengan apa yang kami alami di kelas. Syekh Al-Zarnuji, meskipun hidup berabad-abad lalu, sudah mengajarkan bahwa diskusi ilmiah tidak boleh dijadikan ajang pamer kecerdasan atau mematahkan lawan, tetapi harus menjadi jalan untuk menemukan kebenaran bersama.

Diskusi sebagai Wadah Belajar Bersama

Dalam praktiknya, diskusi yang sehat melibatkan partisipasi aktif dari setiap anggota kelompok. Mahasiswa tidak hanya menyampaikan pendapat, tapi juga menghargai sudut pandang orang lain. Saya melihat, saat diskusi dilakukan dengan landasan adab, suasana kelas menjadi lebih hidup dan inklusif. Tidak ada yang merasa direndahkan, dan semua pandangan diberi ruang untuk berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun