Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya muslim

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Jokowi Super Keren

21 Januari 2019   12:33 Diperbarui: 23 Januari 2019   19:49 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Geregetan juga melihat petahana berasa penantang di debat sesi pertama kemaren. Begitu banyak gerak-gerik Jokowi yang terlihat tidak menguasai materi slain isi dikepalanya hanya memuat tentang tudingan Prabowo si Pelanggar HAM dan partai Gerindra dipenuhi para koruptor.

Dua kesimpulan Jokowi ini pastinya bersumber dari Adian Napitulu, Ruhut Sitompul, Irma Suryani dan Inas Nasrullah. Para korlap dari barisan pendukung Die Harder-nya Jokowi. Bagi nama-nama beken di dunia maya ini akurasi dan kebenaran informasi itu nomor buncit. Yang penting mangap dan lakukan upaya amplifikasi sedemikian rupa. Dan berani dijamin seratus persen, kehadiran belakangan Yusril Ihza ke kubu Jokowi nihil aspirasi karena sibuk membuat lakon dramatis berjudul,"Abu Bakar Ba'asyir dibebaskan Jokowi". Jika ada "geliat" Yusril bakalan terlihat keren dan mendingan cara Jokowi melakukan provokasi verbal kepada Prabowo.

Sesi debat pertama yang mengulik tentang Hukum, HAM, Korupsi dan Terorisme hanya berakhir dengan ujug-ujug "saya tidak memiliki beban masa lalu,..".

Padahal masa lalu Jokowi adalah carut-marutnya persoalan HAM dan Hukum. Kasus Novel Baswedan yang tidak jelas akan berakhir seperti apa. Persoalan Trisakti yang tidak ada riak-riak dinamika negara hadir untuk menjawab kesedihan. Rutinitas Kamisan, sebuah aksi yang dilakukan oleh keluarga korban Tragedi 98 yang dilakukan setiap hari kamis sebulan sekali telah berlangsung belasan tahun. Jokowi tidak pernah hadir. Petahana ini absen dalam menjawab tuntutan rakyat tentang penegakan hukum dan HAM.

Klaim Jokowi tidak memiliki masa lalu adalah sesat nalar dan sesat waktu. Jika pernyataan ini dia sampaikan di depan puluhan juta pasang mata di tahun 2014 lalu masih bisa diterima. Namun posisinya sebagai petahana yang mendapatkan begitu banyak priviledge dan sembarangan menyebutkan dirinya bebas beban masa lalu?

"Anda Presiden yang paling sontoloyo dan genderuwo". Isu-isu sensitif ini hanya menjadi gimmick setiap pemilu dan komoditas garing yang hanya diperdagangkan saat sesi debat atau kampanye pilpres. Rakyat sampai hapal jurus-jurus kampungan ini.

Prabowo dengan gesture serba salah karena dipaksa KPU untuk menjaga marwah Jokowi sebagai petahana berusaha menahan diri untuk tidak counter attack dengan sebegitu banyak argumentasi yang pastinya bisa membuat Jokowi melorot elektoral rate-nya. Masalalu Jokowi yang kelam dipenuhi oleh awan-awan gelap seperti janji dirinya tidak akan pernah melantik Jaksa Agung dari partai politik. Publik dianggap Jokowi tidak mengetahui status Muhammad Prasetyo yang kader dari Nasional Demokrat. Apalagi sesumbar Jokowi tentang penggunaan merit system untuk basis penunjukkan jabatan-jabatan strategis. Untung Prabowo terisolasi dengan segenap rule of the games yang disusun oleh KPU sedemikian rupa memproteksi petahana dari peluang-peluang dipermalukan. Jokowi tidak dipermalukan? Anda naif KPU, rekam jejak debat tersebut ribuan jumlahnya.

Debat sesi kedua, tidak ada alasan lagi Prabowo untuk menahan diri agar tidak melakukan serangan-serangan verbal berbasis data sebagai argumentasi. Jangan terjebak dengan pola KPU yang memang memiliki interes agar sesi debat tidak bisa dijadikan the killing field. Ladang pembantaian bagi Jokowi yang kemaren masih lupa agar tidak lagi berjanji dan berjanji. Rakyat masih menunggu permintaan maaf dari orang nomor satu di Republik ini karena ingkar janji.

Pada debat sesi kedua nanti dengan topik "Energi dan Pangan, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, dan Infrastuktur" yang padat dengan isu-isu korupsi, aksi-aksi rente beberapa pihak di balik impor pangan dan mimpi besar Jokowi dengan 35 ribu megawatt yang akhirnya mangkrak dan terlanjur menghabiskan ratusan milyar anggaran negara. Serang Jokowi sekeras mungkin, rakyat menunggu jawaban Jokowi terkait hilangnya rasa bersalah dirinya dibalik ekspektasi petani mendapatkan keuntungan dari hasil jerih payah mereka bercocok tanam. Aksi-aksi impor tersebut disinyalir merupakan upaya-upaya mendapatkan keuntungan di setiap bulir padi dan jagung. Apalagi massifnya upaya Jokowi membangun beberapa proyek infrastruktur yang diragukan karena rendahnya asas manfaat dari proyek tersebut. Sebut saja proyek LRT yang di tuding adalah proyek yang hanya menyenangkan segelintir taipan yang menginginkan adanya moda transportasi untuk akses ke mega proyek seperti Meikarta. Itupun menurut JK diduga terjadi mark-up karena harga yang mahal untuk setiap bentang satu kilo.

Visi dan misi itu di benak dan bukan di contekan kertas. Anda menang untuk hal ini, Prabowo. Karena isi kepala Anda telah teruji dengan kemampuan literasi yang mumpuni. Mampu menarasikan tentang Indonesia seperti apa kedepan. Anda menang berkali-kali langkah dibanding Jokowi yang gagap literasi karena hanya mampu berkutat sebatas HAM yang kadung lancung menjadi modal menyerang lawan politik.

Indonesia butuh visioner dan bukan butuh orang baik. Apalagi orang baik yang dimaksud secara definitif suka sarungan, mendengar nyanyian kodokk dan ber-chopper ria. Terlalu remeh Indonesia dinilai seperti penilaian asal bunyi itu.

Salam Indonesia Adil!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun