Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya Muslim

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Pabrik Hoaks Nasional Menghasilkan "Produk" Yang Gagal Total

26 September 2018   14:26 Diperbarui: 26 September 2018   15:40 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Pembuat hoax terbaik adalah penguasa," katanya. Alasannya,  penguasa memiliki seluruh peralatan untuk berbohong. Intelijen, kata  dia, pemerintah punya, begitupun data statistik dan media. "Tapi itu faktanya. Hanya pemerintah yang mampu berbohong secara sempurna," kata Rocky Gerung dalam sebuah kesempatan di acara teve swasta beberapa waktu lalu.

*****

"We have taken the story down from the Asia Sentinel website  but we further wish to apologize completely and unequivocally to former  President Yudhoyono, the Democratic Party and any others who were  insulted by the article,"

Demikian penggalan permintaan maaf dari Asian Sentinel yang sempat dipakai oleh kubu rezim untuk melakukan character assassination terhadap SBY, presiden ke-enam Republik Indonesia. Serangan melalui tangan ketiga yang dilakukan oleh para pecundang yang otaknya dipenuhi hasrat ingin mengangkangi Indonesia dan melindungi kepentingan kelompok mereka berakhir muram. Media abal-abal yang malahan dijadikan referensi beberapa media lokal mainstream yang kadung memiliki oplag dan pangsa besar seperti Asian Sentinel. Aneh dan cukup membuat nalar publik bertanya-tanya, sedemikian kasar dan hilangnya akal sehat mereka yang level ketakutan atas kehilangan kekuasaan yang mereka nikmati sekarang.

Demokrat melakukan counter attack yang cukup impresif dan terstruktur. Tidak seperti kelompok konyol yang melakukan serangan secara sporadis yang akhirnya memang tumbang di tengah jalan. Serangan balik partai Mercy ini d imulai dengan menciduk jejak digital Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Jenderal Moeldoko yang pernah berphoto-photo ria bersama co-founder media yang merilis artikel ngawur tersebut, Lin Neumann. Sontak serangan pertama dari Demokrat mulai menggoyang istana. Tudingan Demokrat yang menggiring opini publik akan keterlibatan istana menyebarkan isu-isu murahan membuat istana merasa perlu memberikan pernyataan pembelaan. Namun lacurnya, photo tersebut setidaknya menggiring persepsi bahwa dari sanalah Lin Neumann mendapatkan asupan informasi mentah tentang kasus Century.

Serangan dari mereka yang terganggu dengan mendekatnya SBY ke kubu penantang petahana tersebut rontok di tengah jalan. Pernyataan Rocky Gerung diatas seakan mendapatkan pembenaran tentang sumber hoaks nasional memang lebih kuat di produksi oleh penguasa.

Begitu banyak hoaks-hoaks yang bertebaran, semisal sederet kartu yang bisa membuat rakyat Indonesia menarik nafas lega tentang pertanggungan dan hadirnya negara atas kesehatan mereka adalah hoaks yang berikutnya. Defisitnya laporan keuangan BPJS mengakibatkan badan negara ini separuh lumpuh dan bahkan beberapa rumah sakit yang telah bekerjasama mulai menutup pelayanan karena tunggakan pembayaran yang gagal dipenuhi oleh BPJS.

Pun juga tentang hoaks mengenai rupiah yang perkasa diangka Rp. 10.000,- per dollar sepatutnya untuk segera dibuang ke tong sampah. Fakta perhari ini rupiah tergerus hingga menyentuh angka Rp. 15.000,-. Selisih nominal tersebut menjadi jokes suram betapa penguasa adalah produsen hoaks yang paling produktif.

Apalagi jika rakyat sudah mulai meng-inventarisir pernyataan-pernyataan absurd tentang kedaulatan pangan, stop impor bahan makanan pokok, penyediaan lapangan kerja untuk puluhan juta para pencari kerja yang sudah lelah menyelesaikan studi mereka. Puluhan janji palsu adalah bahan dasar kabar dusta alias hoaks

Kalau begitu, mengapa penguasa bisa sedemikian rupa memproduksi hoaks? Simpel? Mereka haus kekuasaan dan menyebabkan mereka serampangan untuk mengobral janji-janji penuh dusta. Janji-janji tentang kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia, janji-janji untuk memberikan keadilan bagi warga negara. Fakta-fakta miris berserakan di depan mata. Pembangunan sejumlah --katanya-- irigasi yang ternyata gagal menyumbat nafsu sejumlah mafia untuk peluang rente dibalik impor sejumlah komoditas.

Dalam tiga tahun (2015-2017), pertumbuhan ekonomi Indonesia di era pemerintahan Jokowi selalu meleset dari target. Pada 2015, ekonomi nasional dipatok tumbuh  5,8 persen. Selanjutnya target tumbuh 5,1 persen di 2016, dan sebesar  5,2 persen pada 2017. Akan tetapi, faktanya lebih rendah dari target. Realisasinya ekonomi  Indonesia hanya tumbuh 4,88 persen di 2015, dan 5,02 persen di 2016,  serta 5,07 persen pada 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun