Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Berudu atau Kecebong, makhluk hidup yang sedang menuju transformasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Denny Siregar "Membangunkan" Karni Ilyas

7 Desember 2017   10:19 Diperbarui: 7 Desember 2017   10:45 13262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: twitter.com

Alih-alih melakukan instropeksi dan tenggelam dalam kontemplasi, seorang pendukung militan seperti Denny Siregar lebih memilih "menuding" sebuah acara yang sebelumnya telah di set sedemikian rupa untuk "menghajar" para partisan gerakan #ReuniAkbar212 kemaren di ILC. 

Kalimat yang lebih kuat nuansa "apologi" ketimbang deskripsi dari narasi adanya gap antara prilaku sebagai penulis yang satu arah dengan sebuah format diskusi yang tentu saja teramat jauh berbeda.

Dalam beberapa temuan di linimasa, Denny Siregar kerap kali tidak merespon "serangan" komentator di setiap umpan postingan yang dia unggah di medsos. Dia lebih memilih "bercengkrama" dengan sesamanya ketimbang mencoba mempertahankan pendapatnya. Sepertinya argumentatif bukan hal yang dia sukai dan dia kuasai.

Karni Ilyas merasa perlu merespon tudingan Denny Siregar, si Lae yang menurut penulis gagal menjadi Batak beneran, karena Batak dalam perspektif penulis adalah pelaku budaya yang menjunjung tinggi obyektifitas dan fair. Denny dan mungkin si Poltak adalah contoh buruk dari keluarnya mereka dari pakem"batak".

Fadli Zon yang memang tipikal striker murni dan lugas pada setiap kesempatan beradu argumentasi memberikan pelajaran ke Denny Siregar, selain pintar dalam prosa, puisi dan getol mengunggah opini di medsos, Fadli Zon adalah orator dan pelakon debat yang lumayan bagus untuk dijadikan inspirasi. Dan Denny Siregar kena batunya di acara besutan Karni Ilyas yang oleh penggiat medsos seperti Mustofa Nahrawardaya disebut "kalau tidak membantai ya di bantai".

Penulis yang follower-nya lumayan banyak tersebut betul-betul paham bahwa "hiu di medsos bisa berubah menjadi kecebong di kopi darat" di acara kopi darat dengan format debat dengan panduan moderator. Denny Siregar mati nalar dan mati langkah. Kasihan memang!

Dan bukannya melakukan kajian kembali atas apa yang dia persepsikan terhadap kegiatan akbar di Monas tersebut Denny malahan membangunkan seorang Karni Ilyas. Ungkapan Karni tersebut sebuah ungkapan atau peribahasa melayu yang lazim disampaikan ketika ada seseorang yang lebih menyalahkan keadaan atas apa yang menimpa dirinya. Tepat dan kena!

Konten dari pendapat Denny memang tidak substantif, misalnya sumber dana dan jumlah peserta. Padahal lebih keren rasanya mengapa aksi tersebut terjadi dan mengapa pula idolanya tidak mau menghadiri kegiatan tersebut. Dan malahan "menyakiti" para peserta aksi yang di anggap abai terhadap kejadian bencana yang berdekatan dengan kegiatan pesta 7 hari dan 7 malam tersebut. 

Sungguh "kemuliaan" hati seorang Denny Siregar memang lebih terlihat ada maunya ketimbang benar-benar mau menolong para korban bencana. Padahal jika dia mau saja sedikit mengalah untuk membuka lembaran negara yang memiliki BNPB yang diciptakan memang untuk menangani masalah berkaitan dengan bencana. 

Lagian riya' adalah seburuk-buruknya perangai. Gerakan masyarakat berupa penggalangan dana dan tenaga sudah dilakukan dan dikerahkan ke lokasi bencana yang mungkin lupa untuk forward ke email Denny Siregar. Dibagi dong emailnya, jika perlu nanti akan diinformasikan.

Jadi para pengikut alias follower Denny Siregar, pilihannya simpel saja. Berikan konseling atau bantuan konsultasi kepada pria penyuka kopi ini atau un-follow segera karena memang rendah manfaat bagi nalar kita.

Salam Ujung Jari!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun