Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Berudu atau Kecebong, makhluk hidup yang sedang menuju transformasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Filosofi Warna Oranye Pada Rompi KPK

20 November 2017   10:06 Diperbarui: 20 November 2017   11:15 3123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : https://antikorupsi.org/news/evaluasi-program-pemberantasan-korupsi-3-tahun-pemerintahan-jokowi-jk

Agak galau juga sebenarnya penulis menggunakan kosakata "filosofi" untuk sebuah obyek yang menjadi pamuncak dari hasil kerja Tim Penangkap Maling KPK tersebut. Kosakata tersebut terlalu agung jika hanya disandangkan dengan sejumlah nama-nama tenar di Republik ini. Nama-nama yang selama ini membuat Indonesia menjadi bulan-bulanan, baik domestik (dalam percakapan linimasa) atau menjadi tajuk di sejumlah surat kabar kawasan. Contoh terakhir rompi yang setengah mampus diusahakan agar bisa dipakai oleh Ketua DPR RI, Setya Novanto yang disangkakan kepada dirinya sejumlah aksi maling-maling uang negara hingga trilyunan rupiah.

Tapi bagi sejumlah praktisi atau artis, warna-warna bisa didapatkan dengan pencampuran beberapa warna dasar. Seperti yang diketahui, warna dasar adalah CMYK, cyan-magenta-yellow dan black. Jika cyan (biru) digabung dengan yellow (kuning), maka akan didapatkan warna hijau. Nah, dari hasil apakah warna oranye?

Setelah melakukan beberapa kali perpaduan warna, oranye adalah hasil persentuhan kuning (yellow) dan merah (magenta). 

Sebuah fakta baru yang bisa kita dapatkan, bahwa oranye adalah sebuah hasil perpaduan dari unsur warna kuning, baik kuning pokok dan lingkungan sekitar kuning. Juga hasil dari sinergi warna merah (magenta) berikut merah pokok dan lingkungan sekitar merah.

Gusti mboten sare. Sebuah ungkapan yang bisa dipahami dengan sederhana bahwa sinyal-sinyal alam kerap kali membantu kita mendapatkan sebuah kebenaran awal agar bisa kita telusuri berikutnya kebenaran-kebenaran susulan.

Kasus tertabraknya Setya Novanto oleh tiang listrik hingga menjadi sebuah insiden yang paling mematikan nalar tersebut berlokasi tidak jauh dari Komanda Nasional Demokrat. Entah habis berkunjung agar mendapatkan sugesti dari sesama senior di Partai Golkar dulu, Novanto berakhir di RSCM karena ditabrak oleh tiang listrik yang jengkel dengan polah dari ketua Umum Golkar itu.

Perpaduan Partai Golkar dan PDI Perjuangan memang menghasilkan begitu banyak pesakitan yang memaling duit negara. Seperti terlampir di bawah ini. Profil beberapa parpol yang anggotanya terbukti secara sah dan menyakinkan telah membuat negara rugi.

sumber: detik.com
sumber: detik.com
Alhasil, semboyan dan target JKW-JK untuk memerangi korupsi seperti sesumbar "Tikus Akan Menjaga Padi" di sawah. Sekali lagi, logika bengkok sedang dipamerkan dihadapan publik.

Indonesia memang tidak pernah berhenti untuk memasarkan kasus-kasus nirnalar dan rendah pemahaman. Rompi oranye seperti melazimkan publik untuk mulai bisa bersahabat dengan kejadian yang membuat isi tempurung kepala kita bisa beristirahat dan rendah utilisasi. Dua pria yang memimpin Indonesia tersebut mewakili parpol yang paling korup dan berani pula untuk "membersihkannya".

Entah apa kelak Indonesia?

Salam Ujung Jari!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun