Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Berudu atau Kecebong, makhluk hidup yang sedang menuju transformasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anies: Substansi Pemimpin Adalah Menepati Janji

13 Oktober 2017   08:49 Diperbarui: 13 Oktober 2017   09:01 2006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan kembali menegaskan akan  menepati semua janji kampanye begitu dilantik pekan depan. Sebab, hal  tersebut merupakan aspek utama dalam menjadi seorang pemimpin.

"Substansinya  memang tugas kita di Jakarta melaksanakan semua yang kita rencanakan,  yang kita janjikan selama kampanye. Makanya kita kerja berbulan-bulan  bersama tim sinkronisasi," kata Anies.

Di kutip dari republika.co.id

******

Entah sudah mulai membaca pola pikir atau ketakutan para pendukungnya dan juga kemungkinan serangan dari para pemilih petahana pada pilkada kemaren yang masih belum move on, Anies jauh sebelum dilantik telah dengan tandas dan lugas mengatakan substansi dari pemimpin adalah menepati janji.

Silahkan di inventarisir dan buktikan saja melalui rekaman-rekaman digital yang bisa dilihat secara bersama-sama. Ajak serta para timses Anies-Sandi untuk menelusuri kata demi kata sehingga konfirm hal tersebut memang janji dan mestinya ditepati. Tidak perlu rasanya Anies berkelit dengan menyebutkan waktu lima tahun menjabat tidak akan relevan dengan untaian janji. Makanya kalau berjanji di fikir dulu, kurang lebih begitu.

Belum dilantik saja sudah penuh chit-chat lintas media online, penulis sendiri tersenyum membaca postingan teman-teman para pendukung petahana pagi-pagi hari memilih untuk meninggalkan Jakarta jika nanti Anies memimpin dan mengomel panjang pendek tentang kemacetan yang disebabkan oleh Anies-Sandi. Sebuah gambaran ekspektasi publik kepada pemimpinnya. Sama sekali tidak salah, rakyat memang menang berharap, apalagi jika pemimpinnya terpilih karena obral janji saat dulu berkampanye.

Bagi penulis sendiri rasa khawatirnya bukan Anies akan melupakan janji-janji seperti yang dituliskan para pendukung petahana yang menyeringai menunggu Anies-Sandi keseleo lidah atau terjungkal karena tersandung kasus, meskipun belum dilantik. Kekhawatiran Anies akan meninggalkan Jakarta secara pengecut dan munafik akut untuk digandeng sebagai -entah capres atau cawapres. Peluang itu ada. Keyakinan Anies akan memenuhi ekspektasi publik tentang membuka 200 ribu lapangan kerja baru dengan membangun dan mengaktifkan  44 pos pengembangan kewirausahaaan warga. Targetnya menghasilkan 200  ribu pewirausaha baru, selama lima tahun.

Kenapa penulis tidak khawatir? Karena Sandi memang pemain handal di area ini. Bukan sesuatu yang "mewah" bagi harapan publik dan sekaligus krusial bagi rakyat Jakarta yang selama ini habis dimarjinalisasi oleh petahana yang orientasi kekuasaannya adalah menjadikan Jakarta panggung bagi para kapitalis-kapitalis lintas negara untuk memperkaya kelompoknya. Sisa-sisanya masih kelihatan, mungkin salah satunya adalah persoalan reklamasi yang masih saja belum selesai.

Anies tidak sedang menyasar seseorang yang mulai dituding sebagai raja pembohong, mister lupa janji dan banyak sebutan negatif lainnya. Anies lebih memilih berkonsentrasi untuk tidak terjebak prilaku hipokrit. Bicara tentang keadilan tapi sikap tendensius, bicara tentang demokratis tapi berperangai bak diktator.

Meskipun kemudian jika benar Anies-Sandi mampu memperlihatkan wajah ramah Jakarta untuk semua pihak dan bukan pihak-pihak ternteu saja yang selama ini menikmati "fasilitas" kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki oleh petahana, maka Anies memang seharusnya berlaku seperti itu. Menuding pihak-pihak lain sebagai penyebar ujaran kebencian tapi merangkul pelaku ujaran kebencian adalah sebuah prilaku yang sangat bertolak belakang dengan persyaratan dari sebuah kepemimpinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun