Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Terbitan Publik dari Balik Meja Redaksi

23 September 2018   09:53 Diperbarui: 23 September 2018   10:20 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jumat,  menjelang sore hari (21/9) saya sebagai pimpinan redaksi  Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, satu diantara terbitan jurnal ilmiah kampus di Denpasar-Bali, sudah harus berkejaran dengan waktu. Pasalnya saya didesak oleh para staf pengajar agar segera menerbitkan naskah-naskah yang masuk ke meja redaksi. Mereka rata-rata tidak mengetahui permasalahan yang terjadi di internal meja redaksi. 

Mana itu: naskah belum masuk kriteria, pemilihan linieritas naskah, editing naskah, pencermatan isi, dan kurang lengkapnya persyaratan dalam penerbitan, dan masih banyak lain yang menjadi pencermatan terkait naskah mentah, lalu tersaji hingga di hadapan pembaca.

Terakhir, menjelang dead line pun masih ada naskah masuk di meja redaksi (tentu mesti) membaca ulang dengan keterbatasan waktu. Tugas yang terkait berkelindan juga sore itu, saya harus menghadiri rapat untuk persiapan wisuda kampus yang rencananya akan dilaksanakaun pada 10 Nopember 2018. Usai rapat pada 18.00, saya koordinasi dengan crue redaksi membahas teknis terbitan tersebut.

Malamnya menyusul memberikan pendampingan mahasiswa yang mau mengadakan PPL yang rencananya dilaksanakan pada awal Oktober 2018. Nyaris, Jumat hingga larut malam, saya masih memelothoti naskah-naskah yang akan naik cetak itu. Akhirnya mata sudah tidak dapat diajak kompromi lagi. Usai subuh, entah mulai jam berapa saya dapat sejenak memejamkan mata untuk rehat sejenak.

Sabtu pagi menjelang siang hari (22/9), sekitar 11.15, saya mendapatkan kabar via WA satu diantara staf pengajar, agar segera menerbitkan jurnal tersebut, dan saya iyakan dengan jawaban pasti. Hari sebelumnya, Jumat malam semua naskah sudah saya serahkan kepada administrator yang akan mengeksekusi ke percetakan, sembari saya katakan bahwa pada Sabtu malam nanti masih ada naskah yang mesti direvisi ulang. 

Benar adanya, Sabtu, tengah hari revisi ulang naskah-naskah tersebut saya sampaikan kepada admin dan ia menyatakan kesanggupannya untuk merevisi naskah dimaksud. Selanjutnya saya tekankan kepada admin agar jika selesai secepatnya naik cetak yang tidak jauh agar sesuai jadwal permintaan para staf pengajar yang membutuhkan sebagai kelengkapan admin untuk persyaratan Jafung Kopertais.

Dari sejumlah 15 (lima belas) naskah yang masuk, maka berdasarkan berbagai pertimbangan dari komunikasi dewan redaksi (bukan naskah tidak layak -- karena atas pertimbangan editorial), maka terbitan volume kali ini yang dapat disajikan kepada pembaca hanya 9 (sembilan) artikel ilmiah yang dapat naik cetak. Sedemikian itu ilustrasi kerja redaksi, yang kadang memang di luar pengetahuan mereka para pengguna jurnal ilmiah. Tentu hal ini jarang diketahui bagaimana para redaktur itu bekerja dengan sekuat tenaga yang memanfaatkan teori: cepat, cermat, tepat, visioner yang berhubungan dengan apa yang harus disajikan kepada pembaca yang budiman.

"Tidak ada yang sempurna selama masih di bawah matahari,"  demikian yang sering saya sampaikan kepada internal redaktur dan para pembaca jurnal yang saya gawangi. Sehingga motivasi untuk terus berbuat selalu tumbah dalam benak mereka dan diwujudkan seperti bentuk yang ada --  yang penting sudah dikerjakan sesuai perencanaan. Karena itu setiap terbitan kami sampaikan kepada para pengirim naskah untuk mendiskusikan di ruang diskusi akademik,  agar simpulan-simpulan pemikiran mereka dapat dikaji ulang: diterima atau ditolak. Karena kita sadari bahwa kesalahan, kekurangan dalam bidang pemikiran dan penelitian bukan hal yang tabu dan tidak terhormat.

 Sebaliknya yang tabu dan tidak terhormat adalah  tidak berbuat sama sekali karena selalu dihinggapi berbagai kekhawatiran dengan berbagai kekurangan dan kelemahan.

Pengalaman mencermati dan ada di dalam terbitan untuk konsumsi publik yang diterbitkan MUI Provinsi Bali, terlibat pada jurnal Edukasi, STAIM Tulungagung, kontributor tetap Buletin Santhi Kabupaten Badung, menggawangi Jurnal kampus, "Widya Balina, dan sebagai Chief Editor Journal of Islamic Education --Al-Hayat hingga saat ini, maka liku-liku romantisme, susah payah, komplain, desakan-desakan berbagai pihak, nyinyir sekejap --  entoch masih lebih banyak yang memberikan apresiasi dan dorongan yang sangat signifikan dan berarti bagi pengelola terbitan publik. 

Tentu yang lebih menggembirakan adalah tidak lain dapat mewarnai perubahan sikap dan tindakan yang terjadi dalam ceruk kedalaman kehidupan. Bukankah semua kita sadar bahwa peradaban tidak selalu  melimpah dari bendungan arus besar, sebaliknya lebih berasal dari arus kecil yang selalu mengaliri masalah secara detil selanjutnya bermuara pada solusi yang terbuka lebar, wallahu a'lam bissawaf.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun