Mohon tunggu...
Imam Uddin Hanief
Imam Uddin Hanief Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya ingin berbagi melalui tulisan dan pengalaman

Traveler, Nulis sesukanya, bukan hobi tapi hanya berbagi, hanya sekedar manusia yang ingin lebih berkontribuasi untuk negeri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mempertahankan Jiwa Mahasiswa Pasca Kuliah

20 Maret 2012   03:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:44 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir setiap minggu, berita yang menghiasi media elektronik maupun cetak senantiasa tak lepas dari demo dan demo mahasiswa. Terutama akhir-akhir ini, dimana ada rencana pemerintah menaikkan harga BBM. Dari Sabang sampai Merauke selalu ada demo. Mau gimana lagi, selagi mahasiswa, mereka terus disodori propaganda untuk selalu pro rakyat. Segala peraturan pemerintah yang tidak pro rakyat kemungkinan besar direspon dengan cara demo. Tidak semua mahasiswa sih yang melaksanakan demo, ada juga kok mahasiswa yang terus menghiasi pemberitaan media dengan prestasinya. Demo paling sering dilaksanakan saat berada dalam bangku kuliah. Ya iya lah, lha wong itu jadi salah satu alasan biar bisa meninggalkan jam kuliah (hehehe, ini bercanda). Lantas setelah lulus kuliah, apa jiwa mahasiswa pen"demo"nya masih ada. Pen"demo" yang dimaksud disini adalah yang senantiasa pro rakyat. Mungkin bagi sebagian oknum ada yang menjawab seperti ini, "Boro-boro mikirin jiwa gituan, Ini aja kerjaan udah berjibun, deadline tugas A B C, belum lagi meeting dengan Bos, Bye bye deh jiwa mahasiswa. Ini sudah dunia kerja Bung!". Eits jangan salah, seharusnya jiwa itu tetap tertanam meskipun sudah lulus. Rugi banget kalo anda yang pernah merasakan dunia perkuliahan, dengan mudahnya membuang jiwa mahasiswa. Aktifitas pro rakyat yang dilakukan tidak lagi harus dengan demo. Kalo anda demo pas jam kerja, ya siap-siap saja dapat pesangon SP3 dari Bos besar. Baru saja dapat kerja, eh sudah berani-beraninya meninggalkan jam kantor, buat keperluan demo pula. Lantas, bagaimana caranya bisa tetap mempertahankan jiwa mahasiswa pasca kuliah. Begini ceritanya. Pada kesempatan ini saya akan berbagi cerita sekaligus pengalaman pribadi tentang salah satu aktifitas pro rakyat yang saya dan teman-teman (selanjutnya disebut kami) lakukan demi mempertahankan jiwa mahasiswa. Tak dapat dipungkiri, setiap mahasiswa yang lulus kuliah pasti mentargetkan dapat bekerja. Sudah menjadi kodratnya, ilmu kuliah yang dipelajari (normalnya) selama 4 tahun untuk dipraktekkan di dunia kerja. Tapi semangat dan jiwa mahasiswa harus tetap berkobar demi menciptakan kesejahteraan nusa dan bangsa. Bukan dengan cara ber"orasi" di depan istana negara atau gedung DPR. Langkah tersebut jelas akan menguras waktu dan tenaga kami yang sudah tak berpredikat sebagai mahasiswa. Kami pun akhirnya sepakat untuk tetap bisa memberi kontribusi langsung ke masyarakat, dengan cara membentuk semacam lembaga yang bergerak di bidang sosial atau istilah kerennya foundation. Awalnya muncul keraguan dan kesusahan dalam pembentukannya. Namun dengan semangat "Man Jadda Wa Jadda", akhirnya dirilis lah foundation kecil-kecilan di pertengahan tahun 2011 lalu. Kami pun berjalan sedikit demi sedikit dan selama 9 bulan terakhir telah menjalankan beberapa program, diantaranya buka bersama dan pemberian donasi ke panti asuahan, pembagian nasi bungkus untuk pekerja di malam hari, beasiswa bagi mahasiswa, dan yang baru selesai dilaksanakan, sembako untuk penjaga perlintasan kereta yang tak berpalang. [caption id="attachment_177313" align="aligncenter" width="300" caption="buka bersama dan donasi untuk panti asuhan"][/caption] [caption id="attachment_177315" align="aligncenter" width="300" caption="pembagian nasi bungkus bagi pekerja jalanan di malam hari"]

1332215133183809849
1332215133183809849
[/caption] [caption id="attachment_177316" align="aligncenter" width="300" caption="beasiswa bagi mahasiswa"]
13322151911025783337
13322151911025783337
[/caption] [caption id="attachment_177317" align="aligncenter" width="300" caption="sembako bagi penjaga perlintasan KA tak berpalang"]
13322152371128162315
13322152371128162315
[/caption] Setiap aktifitas pasti ada batu sandungan, termasuk dengan pembentukan foundation kecil ini. Diantara beberapa permasalahan yang timbul seperti dibawah ini. Gue baru kerja, bray. gaji pas-pasan! Kalau punya pikiran kayak gini, kapan aksi Loe. Emangnya mau nunggu sampe kaya raya kayak Bill Gates. Dikarenakan cuma pas-pasan inilah jiwa Pro Rakyat Loe dilatih dan diasah selagi masih "miskin", sehingga nantinya kalau sudah kaya raya bisa ngasih sumbangsih segedhe-gedhenya kaya Bill Gates. Kami pun demikian, bisa dihitung dengan jari, hanya beberapa bulan kami menikmati dunia kerja. Bilapun gaji semua anggota ditotal, tidak akan bisa mengalahkan gajinya Bill Gates. Tapi sedikit demi sedikit donasi dikumpulkan dari anggota yang sementara hanya berasal dari teman satu angkatan. Dan setiap bulan alhamdulillah bisa terkumpul sekian ratus/kadang hingga mencapai beberapa juta untuk di donasikan. Teman Gue juga udah mencar ke tempat antah berantah! Ini mah kecil. Kami pun juga demikian, berpusat di Surabaya dan punya anggota yang tersebar di Jawa bahkan ada yang di Sulawesi. Aktifitas yang kami lakukan (sementara) berpusat di satu titik, tetapi anggota lain yang berada di tempat berbeda bisa memantau segala aktifitas dari media jejaring sosial, seperti Facebook. So, internet dimanfaatkan sebagai media komunikasi. Seminggu Gue kerja 5 - 6 hari Bro, capek kalo masih ikut ngurusi foundation! Kalo ini kembali pada niat, bila mau serius pasti bisa. Program foundation tidak harus dilakukan setiap hari, bisa dibuat program setiap dua atau tiga bulan sekali. Awalnya, kami pernah menjalankan meeting setiap minggu untuk membahas suatu program. Dan rasanya memang melelahkan dan menguras waktu pribadi. Setelah itu dibuat kesepakatan yang tidak akan mengganggu waktu pribadi masing-masing anggota. Lantas siapa yang mau ngejalanin foundation, kan semua pada bekerja! Yap, untuk yang satu ini memang paling berat. Seperti yang di katakan Soekarno, "Berikan Aku 10 Pemuda, Maka Akan Kuguncang Dunia". Butuh kerja ekstra guna menemukan pemuda/i yang mau mengguncang dunia. Cara paling mudah adalah dengan menghubungi setiap kontak yang ada di HP, apalagi sekarang banyak provider yang memberi fasilitas sms gratis, enak kan tuh bisa ngajak ke semua temen secara gratisan. Kalau satu orang tidak mau, ga usah patah semangat, tinggal mencari yang lainnya lagi, Gitu aja kok repot. Seandainya setiap kampus, setiap fakultas, setiap program studi, setiap angkatan punya atau membentuk foundation-foundation seperti kami, niscaya penduduk Indonesia akan merasakan kesejahteraan yang merata. Tak perlu lagi menunggu pemerintah mengucurkan BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masysrakat). Foundation kecil kami merupakan salah satu cara merawat jiwa mahasiswa. Masih ada banyak cara lain yang bisa dilakukan. Dengan profesi anda sekarang pun juga bisa, yang jelas selagi masih muda, "Hasilkan karya dan mari berAKSI mengguncang dunia".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun