Mohon tunggu...
Imam Santoso
Imam Santoso Mohon Tunggu... Dosen - Pembantu Ketua III STAI Al-Fatah Bogor

Akademisi dan Expert di Bidang Public Relations dan Branding Program, Jurnalis Independen, Konsultan Komunikasi dan aktifis sosial media, Dai dan alumni Pondok Pesantren Al-Fatah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dulu Lahir Prematur, Kini Menderita Di Penjara

5 November 2014   23:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:32 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Penulis bersama ibu Nuraidah pasca sidang di PN Jaksel (05/10)"][/caption] Jalan hidup manusia memang hanya Tuhan yang tahu, sehingga Nuraidah (55) yang berharap agar putranya Zaenal Abidin (28) menjadi  orang yang sukses dalam menyelesaikan studinya di Universitas Pamulang terpaksa menahan sesak dadanya. Betapa tidak, bak petir di siang bolong Zaenal dituduh melakukan tindakan asusila kepada Siswa ekspatriat MAK (6) di Jakarta International School (JIS) pertengahan Maret 2014 silam.

Zaenal bersama 4 teman sejawatnya para petugas kebersihan di sekolah elit itu ditahan atas tuduhan serupa. Setelah itu, keempat temannya, termasuk Azwar yang dikabarkan meninggal dunia akibat bunuh diri, dihadirkan juga.

Dan saat ditanya apakah selama proses penyidikan mereka mendapatkan kekerasan fisik, Awan membenarkan. Demi meyakinkan pernyataan itu, Awan meminta Agun, Zaenal dan Sjahrial untuk bergabung dan menceritakan semuanya. Lalu, mereka secara bergantian menceritakan pengalaman tragis mereka.

”Saya pernah ditonjok, disabet pakai selang bahkan ditodong pistol. Saya dipaksa mengaku kalau saya dan teman-teman inilah yang melakukan kejahatan,” jelas Awan.

Dan, keterangan Awan diamini Zaenal yang mengaku sempat disundut rokok sampai disteples. ”Bahkan, saya dibanting seperti dismack down. Gara-gara itu, akhirnya saya jadi sulit bernafas,” ungkap Zaenal.

Dingin dan kerasnya penjara, ternyata bukanlah penderitaan pertama Zaenal. Sang Ibunda menuturkan bahwa sesungguhnya, Zaenal  adalah bayi yang terlahir prematur dan tergolong lambat pertumbuhannya.

"Sampai usia 5 tahun, Zaenal belum bisa berjalan kecuali ngesot (merayap) dilantai," ujar Nuraidah lirih. Namun ia tetap menyayangi  putra bungsunya itu sepenuh hati. Kasih sayangnya masih tetap sempurna, meski Zaenal minta diantar ke sekolahnya di tingkat SLTA.

Sebagai orangtua, ia menyadari kekurangan anaknya yang lahir prematur akan menghambat perkembangan mentalnya juga, hingga seperti apapun kondisi anaknya ia tak mengeluh dan berputus asa.

Taat Beribadah dan berakhlak baik

Di lingkungan sekitar rumahnya di Ciputat, Zaenal dikenal sebagai pemuda yang baik dan taat beribadah. Ia bahkan pernah bekerja sebagai marbot masjid dan mengajarkan Al-Quran kepada anak-anak di sebuah masjid dekat rumahnya.

"Dia memang rajin, semua tetangga senang sama Zaenal," kata Ibunya. Putranya itu juga dikenal suka berbagi rejeki, meski bukan orang berada. Pendapatannya yang tak seberapa sebagai tukang ojek dan terkadang buruh bangunan tak menjadikan tangannnya enggan berbagi pada sesama.

"Hampir semua tetangga sudah merasakan hasil jerih payahnya, dari pendapatannya ia membaginya untuk orangtuanya dan lingkungan sekitarnya khususnya anak-anak yang tak bisa jajan karena tak ada uang," kata Nuraidah. Jiwa sosialnya yang tinggi itu juga yang menjadikan warga sekitar rumahnya tak percaya kebenaran tuduhan asusila yang menimpa Zaenal.

Gaji di JIS untuk bayar kuliah

Meski terlahir dari keluarga kurang mampu, Zaenal bukan tak tahu pekerjaan ayahnya sebagai tukang ojek sulit untuk menyokongnya belajar di Perguruan Tinggi. Karena itu ia tak menuntut biaya kuliah kepada orangtuanya.

"Ia tak pernah minta, malah dia yang selalu memberi kami," kata sang Ibu. Zaenal memang anak yang mandiri, ia mencari pekerjaan lebih mapan agar mampu membiaya kuliahnya, sekaligus membantu keluarganya.

Beruntung, sebuah perusahaan outsourching di Jakarta Selatan merekrutnya untuk bekerja sebagai petugas kebersihan (Cleaning Service) untuk ditugaskan di Jakarta International School. Dari penghasilanya itulah ia membagi rejekinya untuk dirinya dan keluarganya.

Paling banter, Zaenal hanya meminta Rp 200 ribu untuk membayar SPP kuliahnya di Universitas Pamulang, Ciputat. Karena itu pula, orangtua dan saudara-saudara Zaenal tak pernah menghalangi niat Zaenal untuk kuliah.

Namun, entah cobaan apa yang hendak diberikan tuhan kepada Zaenal, hingga ia ikut terseret dalam tuduhan asusila yang ramai pada pertengahan Maret silam. Zaenal sendiri mengaku tak pernah mengenal korban MAK (6) maupun orangtuanya yang telah menuduhnya dengan perbuatan keji itu. Ia hanya tahu, dirinya dan teman-temannya sedang dizalimi.

”Saya sama sekali tak pernah melakukan seperti yang dituduhkan. Makanya kepada penyidik saya bilang, di sana saya cuma kerja, kerja dan kerja. Hidup saya sudah susah mas,” ujar Agun, teman Zaenal yang ikut ditangkap.

Ingin Putranya dibebaskan.

Berbagai sidang yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan hingga hari terakhir yang memanggil saksi dari jaksa penuntut umum, belum bisa menguatkan tuduhan yang dilontarkan. Patra M. Zein, pengacara Zaenal dan kawan-kawannya menegaskan bahwa saksi dari JPU justeru menguatkan kebenaran bahwa terdakwa tidak bersalah.

Atas dasar fakta-fakta itu, Patra yakin jika kliennya tidak bersalah dan tidak melakukan kejahatan seperti yang dituduhkan. ”Yang jelas fakta yang ada tidak sesuai dengan berkas perkara,” tegas Patra.

Sang Ibunda juga hanya memiliki harapan yang sangat sederhana, "Saya tidak berharap apapun yang terbaik, kecuali kebebasan Zaenal anak saya agar dia bisa melanjutkan cita-citanya melalui kuliahnya," kata Nuraidah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun