Mohon tunggu...
Imam Mudin Zaqi
Imam Mudin Zaqi Mohon Tunggu... Mahasiswa PGMI UIN Sunan Kalijaga

22104080008 : Mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang tertarik pada dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menanam Hanya dengan Bungkus Bekas Bubur: Inovasi Ramah Lingkungan di Rumah

18 Juni 2025   15:18 Diperbarui: 18 Juni 2025   22:22 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis bersama praktikan (sumber: dokumen pribadi)

Yogyakarta -- Siapa sangka, benda yang selama ini dianggap sampah, yakni sterofoam bekas bungkus bubur ayam, ternyata bisa disulap menjadi media tanam yang produktif. Inovasi sederhana ini dilakukan oleh kakak dari penulis yang terinspirasi dari konten TikTok. Dalam video berdurasi kurang dari satu menit, ia mempraktikkan bagaimana sterofoam bekas yang umumnya langsung dibuang ke tempat sampah bisa dimanfaatkan sebagai media hidroponik untuk menanam bawang merah. "Mulai, jangan lagi membuang sampah sterofoam," ujarnya dalam narasi video yang viral tersebut. "Karena, ini tuh bisa kita sulap menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat."

Langkah awal (sumber: dokumen pribadi)
Langkah awal (sumber: dokumen pribadi)
Proses pembuatan media tanam ini cukup sederhana. Pertama, permukaan atas sterofoam diberi pola lingkaran menggunakan koin dan pulpen. Kemudian, lubang dibuat dengan menggunakan cutter sesuai dengan pola. Setelah itu, bagian atas sterofoam dipotong dan dibalik, lalu diletakkan kembali ke dalam wadah dan diisi air hingga menyentuh permukaan sterofoam. Bibit bawang merah lalu disiapkan, bagian atasnya dipotong agar tunas cepat tumbuh, kemudian ditata di atas permukaan sterofoam dengan memastikan bagian bawah bawang menyentuh air. Wadah kemudian diletakkan di tempat teduh agar tidak terkena cahaya matahari langsung. Hasilnya cukup mencengangkan. Dalam dua hari, tunas mulai muncul, dan pada hari ketujuh, panjang daun bawang telah mencapai rata-rata 10 sentimeter. "Ternyata pertumbuhan bawang merah relatif cepat," jelasnya di akhir video. "Dan inilah manfaat yang aku dapatkan, yaitu stok daun bawang merah yang kapan saja bisa aku panen."

Secara ilmiah, metode ini termasuk dalam sistem hidroponik sederhana yang disebut Deep Water Culture (DWC), di mana akar tanaman dibiarkan menggantung dalam larutan nutrisi tanpa media tanah. Penggunaan sterofoam sebagai pelampung adalah pilihan yang cukup cerdas. Sterofoam atau polistirena dikenal memiliki sifat ringan, tidak mudah larut dalam air, dan secara kimia cukup stabil dalam kondisi netral. Dalam konteks hidroponik, sterofoam berfungsi menjaga posisi tanaman agar tetap mengapung dan akarnya bisa menyerap larutan nutrisi dengan optimal. Menurut sejumlah studi hortikultura, sistem hidroponik seperti ini bisa menghemat penggunaan air hingga 90 persen dibandingkan metode tanam konvensional karena air bersirkulasi dan langsung diserap oleh akar.

Sementara itu, dari sisi lingkungan, inovasi ini memberikan solusi atas persoalan limbah sterofoam. Bahan ini dikenal sulit terurai secara alami. Butuh waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk terurai sempurna di alam. Karena sifatnya yang ringan dan volumenya besar, sterofoam sering kali memenuhi tempat pembuangan akhir (TPA). Dengan menjadikan limbah ini sebagai media tanam, selain mengurangi beban TPA, juga memberikan nilai ekonomis baru bagi rumah tangga. Selain itu, masyarakat juga bisa mulai mandiri dalam penyediaan bahan dapur seperti daun bawang, cabai, dan sayuran lainnya.

Namun demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode ini. Sterofoam bekas makanan sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dengan sabun agar tidak meninggalkan minyak atau sisa makanan yang dapat menyebabkan kontaminasi mikroba. Beberapa ahli menyarankan untuk mensterilkan media tanam menggunakan larutan pemutih ringan (natrium hipoklorit) atau air panas sebelum digunakan kembali. Selain itu, pengguna perlu memantau kondisi air, termasuk kadar keasaman (pH) dan konduktivitas listrik (EC), untuk memastikan tanaman mendapatkan nutrisi yang sesuai.

Peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam jurnal Urban Farming Solutions menyebutkan bahwa metode hidroponik pasif dengan pelampung seperti sterofoam sangat cocok diterapkan di daerah perkotaan. Sistem ini tidak memerlukan lahan luas, tidak butuh listrik, dan bisa memanfaatkan bahan-bahan bekas dari rumah tangga. Dalam eksperimen mereka, hasil panen sayur seperti kangkung dan selada dalam sistem DWC dengan pelampung sterofoam menunjukkan hasil yang baik selama kontrol nutrisi dijaga secara rutin.

hari pertama penanaman (sumber: dokumen pribadi)
hari pertama penanaman (sumber: dokumen pribadi)
Kembali ke kisah viral di TikTok, video yang dibuat dengan narasi sederhana dan gaya bahasa yang akrab ini tidak hanya mengedukasi, tapi juga menginspirasi banyak orang. Tak hanya menyoroti kreativitas individu, video ini juga mengangkat kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga. Di kolom komentar, banyak warganet yang menyatakan akan mencoba metode serupa di rumah mereka. Beberapa bahkan menambahkan inovasi lain seperti menanam seledri, bayam, hingga tomat ceri menggunakan metode yang sama.

Dalam video singkatnya di Tiktok, kreator video ini mengatakan bahwa motivasinya adalah mengurangi sampah rumah tangga dan mencoba menanam sesuatu yang bisa langsung dimanfaatkan. "Saya bukan petani, bukan juga orang sains, tapi saya ingin rumah saya punya sedikit tanaman yang bisa dipanen sendiri," ujarnya. Ia juga menyarankan agar masyarakat tidak langsung membuang barang bekas, karena bisa saja ada nilai baru yang bisa digali dari barang-barang tersebut.

Inovasi seperti ini sebetulnya bukan hal baru, tapi pendekatan yang dilakukan menggabungkan konten viral, bahasa sederhana, dan solusi nyata membuatnya sangat relevan di era digital. Ditambah dengan kepedulian terhadap lingkungan, maka langkah ini layak diapresiasi. Pemerintah daerah dan lembaga pendidikan bisa menjadikan contoh ini sebagai bagian dari program edukasi lingkungan dan urban farming di sekolah maupun komunitas.

Seminggu setelah penanaman (sumber: dokumen pribadi)
Seminggu setelah penanaman (sumber: dokumen pribadi)
Dengan munculnya ide-ide kreatif dari masyarakat seperti ini, harapannya adalah semakin banyak orang yang terdorong untuk mulai bercocok tanam sendiri dan mengurangi ketergantungan pada pasokan pasar. Terlebih di tengah meningkatnya harga kebutuhan pokok dan risiko krisis pangan global, langkah-langkah kecil seperti ini bisa menjadi solusi jangka panjang yang berkelanjutan.

Inovasi yang kakak saya lakukan menjadi bukti nyata bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil di rumah sendiri. Hanya bermodal sterofoam bekas, bawang merah, dan semangat untuk mencoba, siapa pun bisa berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan mandiri pangan. Kini, tinggal bagaimana kita mempraktikkannya dan menyebarkan inspirasi tersebut kepada lebih banyak orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun